Sunday, March 12, 2017

Jenazah Ditolak? Jangan Khawatir Ada GP Ansor


DUNIA HAWA - Spanduk-spanduk penolakan jenazah pendukung Ahok ramai bertebaran. Awalnya banyak yang menyangsikan mereka akan benar-benar akan melakukan itu. Tapi ternyata hal tersebut benar-benar terjadi salah satunya seperti yang dialami oleh keluarga Hindun. Padahal mensholatkan jenazah itu fardhu kifayah, wajib bagi orang-orang sekitarnya. Mereka beralasan bahwa Nabi tidak mensholatkan orang munafik, seolah-olah mereka seperti Nabi.

“Sampai ada orang atau kelompok orang yang tidak membolehkan mensalatkan jenazah yang beda pilihan politik, kan ini sudah keterlaluan menggunakan agama. Padahal dalam Islam mensalatkan jenazah muslim itu adalah fardu kifayah. Kalau orang disuruh meninggalkan kewajiban ini dosa siapa, kan nggak boleh begitu,” ujar Ketua Umum Pengurus Pusat GP Ansor Yaqut Cholil.

Melihat fenomena yang keji ini, maka Pengurus Pusat GP Ansor telah mengimbau kepada seluruh pengurus GP Ansor di berbagai daerah agar mengurusi jenazah muslim yang ditolak pengurusannya oleh warga. Bahkan dengan paket lengkap yaitu menggelar tahlilan untuk mendoakan jenazah tersebut.

“Kita perintahkan di seluruh cabang kalau ada warga yang muslim yang meninggal dan tidak diurus jenazahnya karena perbedaan politik, kami perintahkan kepada sahabat-sahabat pegurus GP Ansor untuk merawat jenazah itu. Baik untuk mensalatkan, mengkafani, menguburkan bahkan mentahlilkan selama 40 hari kita laksanakan,”

Nabi itu dapat petunjuk dari Allah. Allah lah yang mengatakan kepada Nabi “Jangan sholatkan si A”. Nabi kemudian tidak mensholatkan tetapi hanya Nabi saja, sementara sahabat-sahabat Nabi tetap mensholatkan. Alasan lainnya karena karena doa Rasul maqbul jadi tidak selayaknya Rasul turut mendoakan kaum Munafik.

Entah lah ini sebenarnya umat Islam aliran apa sampai merasa dirinya nabi, nampaknya sih umat Islam aliran Pilkada. Hanya garang disaat-saat urusan Pilkada, tapi lemah syahwat ketika uang rakyat dicuri koruptor. Mungkin ini yang disebut oleh Denny Siregar umat yang tuhannya Anies-Sandi?

Jelas-jelas mensholatkan jenazah itu wajib, kok ditolak? Mungkin mereka lebih takut Anies-Sandi kalah daripada murka Allah. Belum lagi soal gerakan sholat subuh berjamaah, sudah dari dulu Allah menyuruh sholat subuh berjamaah tapi hati mereka tidak tergerak. Namun ketika mereka takut Anies-Sandi kalah, maka ramailah di masjid mengerjakan sholat subuh berjamaah, nampaknya jenis ghirah Pilkada.

Mengenai tudingan munafik, kafir, syirik dan sebagainya kepada sesama muslim sebenarnya sudah diperingatik oleh Imam al-Ghazali dalam kitabnya Bidayah al-Hidayah “Janganlah engkau memvonis syirik, kafir atau munafik kepada seseorang ahli kiblat (orang Islam). Karena yang mengetahui apa yang tersembunyi dalam hati manusia hanyalah Allah SWT…….” Kalau kita sih ikut Imam al-Ghazali yang jelas-jelas ilmu tinggi. Entah siapa Imamnya kalau umat Islam aliran Pilkada.

Juga Kitab Aqidah Thahawiyah yang menjadi pegangan ulama salaf mengingatkan kita semua:

“Kami tidak memastikan salah seorang dari mereka masuk surga atau neraka. Kami tidak pula menyatakan mereka sebagai orang kafir, musyrik, atau munafik selama tidak tampak lahiriah mereka seperti itu. Kami menyerahkan urusan hati mereka kepada Allah ta’ala”.

Kecaman terhadap penolakan jenazah serta pemaksaan terhadap warga untuk mendukung Anies-Sandi termuat dalam status Emmy Hafild ini

“Marah, sedih, tidak percaya. Inilah perasaanku malam ini. Alm Ibu Bania yang meninggal kemarin atau hari ini, dipersulit pengurusan jenazahnya karena anaknya semua memilih Ahok. Pak RT nya sudah mendata semua warganya yg coblos Ahok. Akhirnya jenazah diurus setelah keluarga itu buat pernyataan di atas materai bhw tgl 19 coblos Anies.Saya kira itu berita bohong, masak sih ada Ketua RT yang seperti itu? Saya lapor kepada Lurah Pdk Pinang dan minta untuk ngecek kebenarannya, sambil berharap itu tidak mungkin terjadi, dan itu hoax. Ternyata kejadian itu benar adanya dan sekarang sudah ditangani polisi. Alm ibu Hindun juga di Jln Karet Karya 2, Rt 5/ Rw 2 juga mengalami perlakuan yang sama."

Saya sedih sekali, Pilkada menyebabkan umat Islam Jakarta menjadi biadab seperti ini? Mengapa Anies Sandi berdiam diri saja menghadapi kebiadaban seperti ini, mendiamkan modus operandi penistaan jenazah? Pilkada, kerakusan untuk meraih kekuasaan, menyebabkan seseorang hilang rasa kemanusiaannya, hilang kewarasannya dan tumpul norma-norma peradabannya. Segitu pentingnyakah jabatan bagi seorang Anies sehingga membiarkan ini terjadi dan meraih keuntungan dari situ? Astaghfirullah hal adziim, hanya ada satu kata, "LAWAN!!”

@gusti yusuf

Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment