Sunday, March 12, 2017

Blunder Anies-Sandi Minta Dukungan Pengusaha yang Disebut ‘Babi’ oleh Rizieq


DUNIA HAWA - Anies-Sandi terus menggalang kekuatan. Kini pasangan ini sudah mendapat dukungan hebat dari pengusaha yang dipanggil ‘babi’ oleh Rizieq Shihab. Dialah konglamerat Hary Tanosoedibjo, pengusaha dan pemilik raksasa media Group MNC.

Soal sebutan ‘babi’ dari Rizieq ini, itu terjadi empat tahun silam. Tribunnews mengutip ucapan Rizieq saat memberikan orasi berapi-api di Bundaran HI 14 September 2013. “Hary Tanoe adalah babi. Siap potong babi? Siap bakar babi? Siap kemplang babi?”

Anies-Sandi tidak peduli ucapan ‘babi’ dari Rizieq itu. Politik ya politik. Segala cara perlu dilakukan untuk meraih kekuasaan. Siapapun yang mau mendukung, dengan hati gembira diterima. Deal-deal apapun di balik dukungan itu, akan diakomodasi. Yang jelas, menang dulu. Soal gontok-gontokan, itu soal kemudian.

Khusus Rizieq-FPI misalnya, Anies tetap bangga mendapat dukungan dari mereka. Walaupun Rizieq tersangka penista Pancasila, dua kali terpidana, dan diduga terlibat kasus heboh Firza Hots, Anies tetap meminta dukungan Rizieq. Anies-Sandi melonjak kegirangan ketika FPI mau terjun langsung mengawal kotak-kotak suara di setiap TPS pada tanggal 19 April mendatang.

Dukungan sangar dari Hary Tanoe memang sepintas menambah kekuatan Anies Sandi. Dalam kacamata Anies-Sandi, dukungan propaganda media dari Hary Tanoe sangat signifikan untuk mempengaruhi pemilih. Selain dukungan media Tanoe, Anies-Sandi juga bisa mendapat dukungan dana. Maka dukungan yang diperoleh Anies-Sandi dari Hary Tanoe, merupakan tambahan eforia menuju kemenangan.

Akan tetapi dukungan dari Hary Tanoe itu menambah berbagai blunder bagi Anies-Sandi. Dukungan Hary Tanoe juga jelas sarat kepentingan. Hary Tanoe yang bermimpi menjadi presiden lewat partainya Perindo, akan mulai menyetir Anies-Sandi kelak. Lewat DKI, Perindo akan mulai berbicara. Jelas selain keuntungan ekonomi yang bakal diperoleh, Hary Tanoe juga akan memetik keuntungan politik menuju Pemilu legislatif dan Pilpres 2019 mendatang. Jadi ada perang kepentingan di dalamnya.

Saya lihat bahwa dukungan Hary Tanoe menjadi blunder bagi Anies-Sandi, itu di dasarkan fakta-fakta sebelumnya. Saat Tanoe mendukung dan mengkampanyekan habis-habisan Partai Hanura 2014 lalu, hasilnya sama sekali tidak signifikan. Padahal, saat itu lewat media-media yang dimilikinya, Hary Tanoe sangat yakin bahwa Hanura akan menyodok dan menjadi partai papan atas di Republik ini.

Hary Tanoe mungkin bermimpi bahwa masyarakat Jakarta bisa dininabobokan oleh TV. Nyatanya, masyarakat Jakarta yang mobilitasnya tinggi, tak punya waktu menonton banyolan TV atau Koran-koran milik Hary Tanoe. Pun media online Hary Tanoe semacam Okezone, Sindonews bukanlah rujukan utama.

Pembangunan opini yang akan dibangun oleh Hary Tanoe demi memenangkan Anies-Sandi dan menjungkalkan Ahok sebetulnya akan sia-sia. Buktinya hantaman keras Hary Tanoe kepada Ahok selama ini tidak berhasil. Bahkan Ahok sukses memperoleh suara tertinggi di Pilkada DKI Jakarta 15 Februari lalu.

Itu berarti serangan media Hary Tanoe kepada Ahok sebetulnya sudah stagnan. Jelas kegagalan media Hary Tanoe untuk menyerang Ahok, selain disebabkan karena masyarakat Jakarta  sudah melek informasi, juga karena di-counter-attack oleh media yang dimiliki oleh Chaerul Tanjung seperti Detik.com dan Tempo. Kompas.com dan Tribunnews juga cenderung netral dalam mengekspos berita.

MNC Group terlihat kesulitan menempatkan diri selain menyerang Ahok. MetroTV pun mengarah mendukung Ahok. Posisi unik adalah TVOne yang kebingungan antara mendukung Ahok atau mendukung Anies mengingat Ahok dianggap dekat dengan Presiden Jokowi. Ini kebingungan media yang kekanak-kanakan ala TVOne.

TVRI dan KompasTV serta Berita Satu yang cenderung netral dalam mengekspos berita dengan titik keadilan bagi Ahok. Dan inilah yang membuat Hary Tanoe gagal mempengaruhi opini publik lewat media-media yang dimilikinya. Publik cenderung malas membaca dan menonton apapun berita dari media-media Hary Tanoe.

Jadi jelas sekarang bahwa meminta dukungan dari Hary Tanoe yang disebut ‘babi’ itu oleh Rizieq menjadi blunder bagi Anies-Sandi. Para pendukung Anies-Sandi dari kaum khilafah akan kebingungan. Alasannya, sekarang di kubu Anies-Sandi ada pihak ‘babi’ yang juga dikenal kafir ikut mendukung Anies-Sandi.

Sekarang cara-cara Anies-Sandi untuk membangun imagenya terlihat semakin konyol. Lihat saja pengetahuan Anies soal DP mobil, motor yang disamakan dengan DP rumah. Dulu DP rumah nol persen dan bergeser ke DP rumah nol Rupiah. Kini menurut Anies kalau DP mobil, motor, nol persen, maka  rumah juga harus boleh DP nol persen.

Mungkin Anies tidak paham bahwa pemerintah sekarang masih mewajibkan DP motor 15% dan DP mobil 25 persen dan bukannya nol persen. Mungkin Anies juga sudah tidak paham bahwa di dalam kubunya sekarang sudah ada berbagai rasa. Ada rasa sapi ala PKS, rasa cabe rawit ala FPI dan rasa strawberry ala Hary Tanoe. Jika semuanya ini diblender menjadi jus, maka rasanya adalah rasa firsa hot.

@asaaro lahagu


Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment