Monday, March 20, 2017

Anies-Sandi “Mulutmu Harimaumu”


DUNIA HAWA - Semakin hari ucapan Anies semakin membuat gerah. Bicaranya  nyinyir  nggak ketulungan. Sepertinya mereka lupa akan sebuah pepatah “mulutmu harimaumu”. Setelah saya perhatikan narasi-narasi yang disampaikan sepanjang pilkada DKI Jakarta ini selalu sopan, halus namun berisi sindiran yang mematikan. Paslon dengan nomor urut tiga ini makin cenderung menyuarakan provokasi dan propaganda yang memancing perselisihan. Belum termasuk pernyataan-pernyataan implisit yang seringkali bermuatan fitnah dan tuduhan terselubung kepada paslon pesaingnya di kontestasi demokrasi ini.

Bukan hanya Calon Gubernurnya, Calon Wakil Gubernurnya Sandiaga Uno, pun sama seperti itu. Lagi dan lagi Sandi terus menyerang Ahok dengan persepsi dirinya sendiri, dia tidak peduli jika ucapannya nanti akan menimbulkan fitnah.

Berulangkali Sandi mengeluaran statement tentang Ahok yang padahal dia saja tidak yakin akan statement tersebut. Setelah beberapa kali menyatakan pendapat yang bernada fitnah tentang Ahok, Sandi kembali menyerang Ahok terkait kampanye senyap yang dilakukan sang Gubernur Petahana. Tanpa dapat konfirmasi ke Ahok maupun timnya, dia langsung berspekulasi negative. Spekulasi ini mengundang cibiran dari mereka yang tahu alasannya kenapa Ahok melakukan kampanye senyap.

 “Jadi iya memang itu salah satu bentuk kampanye yang tentunya biasanya kalau operasi senyap itu bertemu dengan tokoh-tokoh yang tidak ingin di-publish. Bisa tokoh politik, bisa tokoh bisnis, untuk menggalang pendanaan,” ujar Sandiaga di Jalan Kebon Kelapa Tinggi, Kelurahan Utan Kayu Selatan, Matraman, Jakarta Timur, Minggu (12/3/2017).

Sandiaga menyebut jika pertemuan cagub-cawagub dengan beberapa pengusaha besar dan tokoh politik terkadang tidak boleh dipublikasi. Hal ini mungkin terjadi pada kampanye senyap Ahok.

“Karena yang ditemui Pak Basuki mungkin tidak mau di-expose, baik itu pengusaha, karena terdampak bisnisnya kalau misalnya nantinya Pak Basuki tidak menjabat lagi, maupun tokoh politik yang mungkin terancam posisinya,” sebut Sandiaga.

Sandiaga meminta warga untuk memaklumi aktifitas kampanye senyap Ahok. Pihaknya memandang kampanye senyap yang tidak boleh diketahui masyarakat pasti ada tujuannya, dan ini wajar dalam perpolitikan saat ini.

Sandi juga menilai wajar jika aktifitas kampanye senyap Ahok itu dilakukan dengan berbagai tujuan. Anies-Sandi memandang semua pertemuan dengan berbagai pihak seperti tokoh politik dan bisnis harus dibuka kepada masyarakat.

Sebenarnya ini adalah asumsi yang bisa menyesatkan masyarakat. Sebab Ahok melakukan kampanye senyap bukan dengan tujuan yang disebutkan Sandi. Bahkan sangat melenceng dari tujuan sebenarnya.

Sama halnya dengan Anies, baru-baru ini dia mengeluarkan opini yang tidak semestinya. Celotehan menyangkut Djarot yang menghadiri undangan dari peringatan 51 tahun supersemar di TMII menimbulkan berbagai reaksi. Seperti kita tahu, Djarot dikatai dengan banyak makian ketika menghadiri acara tersebut oleh pendukung Anies.

Kepada salah satu media online, Anies memberikan opini publik yang menyedihkan perihal sikap tak beradab yang ditunjukkan terhadap kesantunan Djarot dalam menghadiri undangan resmi yang beliau terima. Anies menuturkan secara tidak langsung bahwa Djarot layak menerima hal tersebut karena dianggap oleh Anies sebagai pemimpin yang telah melecehkan warganya. Berikut ini kutipan pernyataan Anies di media tersebut:

“Karena itu jangan pernah melecehkan, karena masyarakat juga akan merespon balik. Jadi kalau pemimpin menghargai rakyat, insya Allah rakyat menghargai pemimpin,” ungkap Anies di Kebun Sirih, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu, (12/03).

Anies tak menyadari bahwa Anies justru lebih banyak turut andil di dalam menumbuhkan rasa kebencian di benak pendukungnya. Bukan saja karena basis massa pendukung Anies-Sandi selama ini merupakan kelompok penebar ujaran kebencian dan rasis terbesar seperti FPI, tetapi juga di kala Anies mendapatkan memontum untuk mendinginkan suasana, ia malah menyiramkan “bensin” agar suasana memanas.

Semua dilakukan tak lain hanya ingin mencapai satu tujuan, memenangkan Pilkada DKI Jakarta tahun 2017 ini. Publik sudah tahu bagaimana Anies merangkul kelompok ormas anti kebhinnekaan semacam FPI dan sejenisnya. Orang-orang seperti ini menghalalkan segalanya hanya demi kekuasaan, termasuk intimidasi dan kekerasan atas nama Tuhan dan keagamaan. Padahal kedua hal ini hakikatnya sangat bertentangan.

Setidaknya ada beberapa hal yang saya garis bawahi atas pernyataan Anies-Sandi yang provokatif dan bermuatan kebencian.

@wilny


Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment