Sunday, March 19, 2017

Anies Baswedan Blak-Blakan Ingin Lenyapkan Ahok


DUNIA HAWA - Singkat saja, aku ingin sekali menuliskannya. Begitu yang sering diucapkan oleh Losa Terjal. Jadi aku pinjam saja kata-katanya! Hehe…

Beberapa waktu yang lalu, seorang penulis sudah pernah membahas mengenai Anies Baswedan terkait isu reklamasi untuk mendulang suara. Dan pada 19 Maret 2017, Anies Baswedan kembali membuat sensasi dengan mempersoalkan masalah reklamasi. Saya sudah lupa, sudah berapa kali Anies Baswedan menyentuh isu reklamasi.

Ketika Anies Baswedan mencoba mencolek reklamasi, sebetulnya dia sedang mencolek warga DKI Jakarta untuk memberikan suaranya kepada Anies-Sandiaga. Karena sebagaimana pengakuan Eep Saefulloh Fatah yang juga menjabat sebagai Konsultan Politik Anies-Sandi, isu reklamasi merupakan cara efektif untuk mendulang suara bagi paslon nomor pemilihan tiga tersebut.

Begitupun, Anies kembali mempertanyakan sikap Ahok terkait keukeuhnya Ahok melanjutkan reklamasi. Sebenarnya Anies tidak sedang ingin bertanya tentang itu, melainkan dia ingin mencari simpati warga kelas menengah kebawah yang terkena proyek reklamasi yang kediamannya berada di garis pinggir pantai. Karena dengan begitu dia akan disebut pahlawan. Ya pahlawan kesiangan.

“Saya heran kenapa Pak Ahok kekeuh‎ betul untuk reklamasi kekeuh melanggar aturan,” ujar Anies di Jakarta Utara.

Kok heran sih pak, Nis? Gak usah pura-pura polos gitu, lagiankan anda sudah tahu bahwasannya reklamasi akan tetap berjalan sekalipun anda teriak hentikan reklamasi. Lagi, saya meragukan kekonsistensian ucapan anda, mungkin sekarang anda menolak reklamasi, tapi apa anda yakin menghentikan reklamasi kalau ditetapkan sebagai Gubernur DKI? Saya tidak percaya, maaf karena bapak tipe orang yang inkonsisten.

Berdirinya Anies dan Sandiaga dibarisan terdepan menolak reklamasi adalah murni untuk menimba suara. Itu terlihat, ketika Anies-Sandi menyebut reklamasi selalu diikuti pernyataan yang menjelek-jelekkan reklamasi, mengatakan reklamasi tidak berpihak kepada rakyat miskin, dan sebagainya. Pernahkan kalian mendengar Anies-Sandi memuji reklamasi? Saya tidak pernah.

Manfaat Reklamasi


Sekalipun mendapatkan penolakan dari lawan politiknya, Ahok tetap pada pendiriannya. Reklamasi harus terus dijalankan, ini yang saya suka dari sikap dan karakter Ahok. Jika untuk kebaikan dan kemajuan, kenapa harus dihentikan? Betul tidak!

Inilah manfaat dari proyek prestisius reklamasi tersebut!

• Ada potensi sebesar Rp 158 triliun dari hasil penjualan properti di pulau reklamasi selama 10 tahun.

Kontribusi tambahan ini bisa digunakan untuk membangun sejumlah infrastruktur di Jakarta, termasuk pembangunan tanggul di Jakarta Utara, guna mengatasi banjir.

• Reklamasi mampu menyerap 1 juta tenaga kerja

Ahok mengatakan pembangunan reklamasi mampu memperkerjakan 1 juta tenaga kerja. Dan apabila ini dihentikan akan merugikan banyak pihak.

• Groundbreaking tematik kampung nelayan

Ahok mengatakan, apabila reklamasi berjalan sukses, Pemprov DKI berencana membangun groundbreaking tematik kampung nelayan. Sehingga apabila reklamasi dibatalkan bukan hanya negara dan pemerintah yang dirugikan, melainkan nelayan juga terkena imbasnya.

Hal inilah yang tidak dilihat oleh Anies. Padahal soal kelebihan dan kekurangan itu ibarat dua sisi mata uang yang tidak bisa dikesampingkan. Kita tidak bisa melihat hanya sisi negatifnya saja, melainkan harus melihat sisi positif. Inilah yang tidak dilakukan oleh Anies Baswedan, karena dia hanya ingin melihat lawannya hitam dan Anies putih.

Jadi, ketika Anies mengatakan Ahok tidak berpihak kepada nelayan dan masyarakat kecil, sebenarnya ini hanya trik lama, ingin mendapatkan simpati tak lebih. 

“Hunian rakyat bawah malah dibuat aturan untuk ditiadakan, sebenarnya memihak kepada siapa, era gubernur yang tidak memihak rakyat kecil harus ditiadakan,” tutur Anies.

Lihat ucapan Anies, sebagai mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies tidak layak sebagai contoh. Kata-katanya tersirat ucapan provokatif.  Cermati ucapannya Anies, ucapan itu bermakna, bahwasannya Ahok harus ditiadakan. Sungguh sangat menyedihkan.

Inilah susahnya kalau tidak ada program yang unggul, efeknya jadi mencari-cari kesalahan program lawan. Ujung-ujungnya bukan adu program lagi, tapi adu fitnah. Padahal bukankah Anies-Sandi memiliki program hiburan malam syariah, 3 miliar per RW dan kafe dangdut.

Tapi kenapa mereka tidak mau berdiri berkoar-koar untuk mempromosikan programnya tersebut sebagaimana mereka berkoar-koar mengkritik Ahok dalam menolak reklamasi.


@tiur panondang 17


Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment