Thursday, December 1, 2016

Umat Islam yang Lucu dan Lugu

DUNIA HAWA - Saya sering berpikir, pantas saja umat Islam ini susah maju dan berkembang (misalnya index intelektualitasnya jeblok, ekonominya morat-marit) karena mereka—baik yang elit apalagi kalangan bawah—cara berpikir dan bertindaknya lucu-lucu dan lugu-lugu. Tetapi kalau “diingatkan”, “diluruskan” atau “diajak diskusi yang bener” malah marah-marah, ngamuk, mengapir-sesatkan, dan ngumpat-ngumpat sampai semua nama hewan di kebon binatang keluar semua. 


Merasa paling agamis sendiri, paling Islamis sendiri, paling berakhlak sendiri, paling pintar sendiri, paling benar sendiri dan seterusnya adalah salah satu ciri menonjol dari orang-orang yang “serba kedikitan”: dikit otaknya, dikit ilmu pengetahuannya, dikit wawasannya, dikit pengalamannya, dlsb. 

Sebetulnya “serba dikit” tidak apa-apa asal ada kemauan untuk mendengar, belajar, bergaul, dan menimba pengalaman, pengetahuan, dan kebijaksanaan dari yang lain. Orang-orang kampung itu misalnya adalah contoh dari orang-orang yang “serba dikit” tetapi mereka mau mendengar, belajar, bergaul, dan menimba pengalaman, pengetahuan dan kebijaksanaan dari yang lain sehingga mereka bisa bersikap toleran.  

Yang “bahaya” itu orang-orang yang “serba dikit” tadi tapi tidak mau mendengar, belajar, bergaul, serta menimba pengalaman, pengetahuan, dan kebijaksanaan dari yang lain. Orang-orang jenis terakhir itu yang biasanya suka “berangasan” dalam bertutur-sapa maupun berperilaku: dikit-dikit main bunuh, dikit-dikit ngamuk, dikit-dikit main kekerasan, dikit-dikit mengumpat, dlsb. 

Kelucuan dan keluguan (sebagian) umat Islam itu bisa dilihat dan disaksikan dari berbagai aksi atau tindakan mereka yang lucu-lucu dan lugu-lugu. Apa sih urgensi dan substansi rombongan jalan kaki berkilo-kilo meter menyusuri jalan raya itu? Apa sih urgensi dan substansi demo besar-besaran apalagi demo atas “kasus imajiner” beraroma politik bernama “penistaan agama”?  

Jika mau “berjihad bela Islam”, bukankah akan lebih baik dan bermanfaat untuk publik Muslim dan umat manusia jika jihad itu dilakukan untuk membenahi dunia pendidikan yang terbelakang, perekonomian yang amburadul, kemiskinan yang mengglobal, kebodohan yang merajalela, kerusakan alam yang terjadi dimana-mana, masalah kesehatan yang memburuk, dlsb. 

Energi umat Islam akan jauh lebih bermanfaat jika dilakukan untuk memberantas dan memerangi mentalitas umat yang kerdil, mentalitas elit yang korup, masyarakat yang mengidap “budaya jorok” sehingga hobi berkata kotor maupun buang sampah sembarangan sehingga menyebaban lingkungan (baik “lingkungan fisik” maupun “lingkungan sosial”) kita tidak sehat dan bau pengap. 

Jihad akan jauh lebih berguna dan mulia jika dilakukan untuk mendidik dan mencerdaskan anak-anak bangsa, membangun taman-taman bacaan rakyat, menolong kaum fakir-miskin, membela kaum tertindas, melindungi kaum yang lemah, dan seterusnya. Semua itu jauh lebih religius, lebih Islami, lebih Qur’ani, dan lebih bermartabat ketimbang aksi jalan kaki dan demo massal yang hanya akan menghasilkan badan pegel-linu saja.

Jabal Dhahran, Arabia


@Prof.Dr.Sumanto al Qurtuby, MSi, MA

Staf Pengajar Antropologi Budaya di King Fahd University of Petroleum and Minerals, Arab Saudi

Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment