Sunday, November 6, 2016

Rencana Kontraproduktif

DUNIA HAWA - Kita semua tahu bahwa Grand Design dari berbagai kelompok Islam radikal adalah untuk mendirikan Negara Islam di Indonesia. Agenda ini semakin tampak nyata pasca kejatuhan Orde Baru dimana banyak aliran radikal yang sebelumnya tiarap, sembunyi dan bergerak di bawah tanah mulai bermunculan dan menyatakan misinya secara terang-terangan. Tidak sedikit juga para teroris pelarian seperti Abu Bakar Ba’asyir yang semula lari ke luar negeri akhirnya kembali lagi ke Indonesia untuk menggerakkan lebih banyak lagi aksi aksi terorisme.


Era reformasi membuka banyak aliran kran demokrasi yang semula mampet dan tertutup dan hal ini dimanfaatkan dengan sangat baik oleh mereka. Merekapun meresmikan diri dengan membentuk berbagai organisasi, ormas maupun partai yang konon berbasis pada agama. Kelompok ini semakin menunjukkan taring dan wajah aslinya pada saat Pilkada DKI 2012 lalu dimana mereka sangat aktif menebarkan kampanye hitam dan isu SARA bahkan di masjid dan tempat tempat ibadah meskipun akhirnya kalah juga. Pilpres 2014 mereka mengulangi metode yang sama dan lagi-lagi mereka harus menelan kekalahan pahit yang hingga kini masih belum bisa mereka lupakan dan terus membuat mereka sakit hati dan merencanakan balas dendam hingga hari ini.

Pilkada DKI kali ini mereka kembali mempertontonkan aksi dan metode yang sama meskipun cara tersebut terbukti tidak efektif dan telah membuat mereka mengalami kekalahan yang menyakitkan dua kali berturut-turut. Rupanya mereka termasuk orang yang tidak pandai belajar dari pengalaman sehingga terus saja terjatuh pada kesalahan dan kebodohan yang sama.

Efek dari tindakan ini sebenarnya justru menjadi bumerang yang akan merugikan mereka sendiri. Masyarakat sekarang telah menjadi semakin cerdas dan kritis didukung dengan adanya keterbukaan informasi sehingga mereka juga bisa memilih, memilah dan melakukan analisa sendiri sehingga tidak mudah tertipu oleh propaganda yang menyesatkan dan upaya mengadu domba. Pada akhirnya kelompok garis keras seperti ini akan semakin tidak laku dan dijauhi oleh masyarakat yang semakin kritis dan cerdas sehingga agenda besar mereka hanya akan menjadi impian di siang bolong semata.

Perkiraan saya mereka akan kalah lagi pada Pilkada DKI kali ini sehingga mereka harus menanggung malu mengalami kekalahan dengan skor 3-0 secara berturut-turut. Dan kelak pada Pilpres 2019 Jokowi masih akan mencalonkan lagi dan mereka masih akan menghadang serta menjegal dengan cara cara dan metode yang sama dan kembali akan mengalami kekalahan telak 4-0 yang tragis dan menyakitkan. 

Seiring dengan waktu dan perkembangan kecerdasan masyarakat maka kelompok mereka akan terus menyusut dan partai mereka akan menjadi partai gurem serta semakin ditinggalkan orang sehingga agenda mereka untuk menjadikan Indonesia sebagai Negara Agama pada akhirnya hanya akan tinggal menjadi kenangan saja. NU sebagai ormas Islam terbesar yang toleran dan moderat masih akan menjadi benteng penjaga NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika yang tidak mungkin bisa mereka jatuhkan.

Inilah akibatnya jika mereka menitikberatkan perjuangan mereka hanya pada ego kelompok, ambisi kekuasaan serta paradigma kecurigaan dan kebencian. Seharusnya mereka lebih mengedepankan akal sehat, hati nurani, kebijaksanaan dan sifat welas asih untuk bisa meraih simpati masyarakat sehingga tanpa harus berjuang keras dan menghalalkan segala carapun mereka akan bisa meraih tujuannya yang katanya adalah “rahmatan lil alamin” itu.

Sungguh benar pepatah dan ajaran Jawa yang mengatakan “perang tanpa gaman, ngluruk tanpa bala, menang tanpa ngasorake” (perang tanpa senjata, menyerbu tanpa pasukan dan menang tanpa merendahkan) dan hal ini berhasil ditunjukkan oleh Jokowi yang orang Jawa tulen tersebut. Dia tidak pernah berniat dan bermimpi menjadi Presiden namun atas kehendak langit dia berhasil menjadi orang nomor satu di negeri ini karena memiliki hati nurani untuk rakyat, bukan untuk kepentingan pribadi dan golongannya. Vox Populi, Vox Dei. Suara rakyat adalah suara Tuhan.

Ingat juga filosofi dan ajaran kebijaksanaan Tao dari Cina yang mengatakan : “Barangsiapa pergi terlalu jauh dia akan tersesat. Barangsiapa mencari dia akan kehilangan. Barangsiapa yang berusaha menguasai, dia akan hancur. Tapi dengan menyatu dengan Tao (kebijaksanaan universal) maka seolah-olah seluruh dunia ada dalam genggamannya.”

Salam Waras dari hati nurani yang terdalam....

[muhammad zazuli]

Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment