Monday, November 21, 2016

Dari Denny Siregar Kepada Din Syamsuddin

Pak Din dan Ilusi Naga 


DUNIA HAWA

Saya beberapa minggu ini jujur agak heran dengan sikap pak Din..

Pak Din dulu setahu saya orangnya kalem dan bersahaja ketika memimpin Muhammadiyah. Entah kenapa khusus membahas Ahok ini, saya jadi sering makan cangkir baca ucapan beliau di media. Gak tahan juga saya untuk tidak mengomentarinya.

Siang, pak Din...


Akhirnya saya tahu kenapa pak Din begitu frontal dalam menyerang Ahok. Ternyata poin sebenarnya bukan masalah mulutnya Ahok ataupun surat Al-maidah, tapi masalah naga yang mencengkeram.


Saya juga kurang jelas masalah naga nag itu, yang dimaksud naga itu siapa ya pak? Apakah 9 naga yang terkenal itu, yang katanya menguasai perekonomian mulai dari pangan sampai papan?

Kalau memang yang itu, kenapa baru takut sekarang? Dulu kemana aja? Bukankah perekonomian kita sejak dulu dikuasai para naga? Kenapa pak Din tidak protes kepada almarhum Soeharto yang sejak awal memeliharanya? Atau kepada pak mantan yang 10 tahun diam menikmatinya?

Kenapa kok malah ke Ahok? Apakah karena Ahok ras cina dan si naga itu juga pasti cina?

Pak Din ini seperti lupa, Presiden sebelumnya gada yang cina, tapi si naga juga bercokol erat disini. Si naga yang cina itu menguasai impor pangan, menguasai properti dari ujung barat sampai timur Jakarta, menguasai banyak hal sampai ke penguasaan tempat hiburan.

Apa pak Din tidak tahu, para naga itu tidak penting : lu ras apa, lu agama apa, asal lu bisa gua beli semua ada tanda jadinya. Memangnya uang dan kekuasaan mengenal itu semua? Kalau masalah uang, semua orang agamanya sama.

Coba pikirkan lagi dengan baik..


Para naga itu sudah investasi ratusan triliun rupiah di Jakarta dalam bentuk properti misalnya. Apa mungkin mereka hanya bertaruh di satu orang Cagub saja? Terlalu riskan buat mereka, pak... Jika ada 3 calon, mereka pasti akan pasang di ketiga kakinya. Siapapun yang menang, pemenangnya pasti mereka.. Karena buat mereka, yang penting investasinya tetap aman..

Jadi apa yang harus ditakutkan? Kalau takut, golput aja... Apakah mengerahkan massa untuk demo trus masalah selesai? Serukan aja, jangan coblos Ahok.. selesai perkara. Atau mau tidak, serukan jangan coblos Agus dan Anies sekalian? Kok gada suaranya buat mereka?

Takut naga kok takutnya ke Ahok, pak? Bukankah wilayah administratif Ahok hanya seluas Jakarta? Harusnya ngomong langsung ke pak Jokowi, "Pak Jokowi, masalah naga ini adalah masalah nasional.."

Pakde pasti ngomong begini, " Wahai pak Din, tidakkah engkau melihat aku sedang memeranginya? Aku putus rantai makanan mereka di Petral. Aku putus mata pencaharian mereka di sektor pangan. Aku perang dengan mereka dimana-mana. Tapi pasti belum selesai. Menyelesaikan masalah yang sudah berakar begitu lama di Indonesia, tidak semudah memencet jerawat di hidung anak saya. Crot, selesai masalah. Masalah naga ini sudah menjadi kutil yang keras di wajah. Harus di operasi untuk mengangkat akar-akarnya. Paham, pak Din?

Nah, kenapa Pak Din tidak membantu saya saja ? Laporkan ke saya dan kalau perlu tim pengacara siapkan untuk melawan penguasaan mereka di mana-mana. Itu lebih baik daripada menumpahkan masalah ke Ahok semua..."

Plak, plakkk.. tampar aku, bang.. tamparrrr....

Pak Din yang terhormat,
Mungkinkah yang dimaksud naga itu adalah negara China? Yang katanya mau masuk dan menguasai perekonomian Indonesia, dan memasukkan banyak tenaga kerjanya ke Indonesia?

Kalau memang itu, ya tanyakan lagi ke pak Jokowi. Itu masalah nasional, bukan lagi lokal Jakarta.

Jawab Pakde lagi, "Wahai, pak Din... Selama ini ekonomi kita modelnya kapitalis dan dikuasai geng Amerika. Pak Din, kok gak protes ? Jika China datang dan menawarkan konsep ekonomi baru, kenapa kok malah ribut ? Apa bedanya Amerika dan China? Sama sama ingin menguasai ekonomi Indonesia?

Lihat tuh perusahaan multinasional di Indonesia, saham terbesarnya apa punya China semua? Mulai Danone yang memegang Aqua sampai Unilever yang memproduksi pembalut wanita, bukankah itu yang pegang matanya belo semua? Kenapa tidak protes juga ke mereka?

Lagian ngapain pak Din takutnya ke Ahok. Bukankah itu sepenuhnya masalah saya?"

Jlebb.. Jleeeebb... Perih, kisanak...

Ah, sudahlah pak Din.. Bapak kok jadi sering muncul di media sekarang ini? Apa karena sudah tidak memegang kekuatan di Muhammadiyah lagi? Dan sekarang hanya berpredikat "ulama" di majelis yang penuh dengan "ulama" pulak, yang kadang diminta nasihatnya dan lebih banyak tidak.

Contohlah Buya Syafii Maarif, senior bapak.. Beliau mengerti bagaimana mengisi hari tuanya dengan elegan dan penuh dengan pandangan bijaksana..

Sekali-sekali duduklah dengan Buya, pak.. dan minum kopi bersama.

Siapa tahu nasihat beliau yang menyejukkan hati bisa menentramkan terbakarnya api di dada pak Din, akibat bangga yang berlebih dengan agama dan rasnya sendiri, sehingga selalu curiga pada apa yang terlihat berbeda..

Kapan itu bisa terjadi, pak?

"Nanti, lebaran naga...."

@denny siregar

Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment