Monday, November 21, 2016

Berkaca ke Rohingya

DUNIA HAWA - "Gajah di pelupuk mata tak tampak, semut di seberang lautan tampak"


Berapa juta kali kita sudah dengar peribahasa ini? Sebuah peribahasa yang menjelaskan perilaku manusia yang cenderung alpa (lupa) terhadap kesalahan sendiri, tapi mudah mencari kesalahan orang lain.

Apa sih yang terjadi di Rohingya ?


Penjelasan mudahnya adalah kelompok mayoritas menindas kelompok minoritas. Mentang mentang jumlah lebih banyak, merasa berkuasa, lalu berbuat seenaknya..

Hal seperti itu tidak perlu jauh jauh ke Rohingya, di Indonesia yang mirip-mirip seperti itu sedang terhadi setiap hari di depan hidung kita.

- Berapa rumah ibadah agama minoritas yang ditutup paksa sepihak oleh ormas? Padahal beberapa sudah mengantongi izin

- Berapa rumah makan dan toko etnis minoritas yang menderita kerugian diobrak abrik oleh ormas yang dulu rajin sweeping?

- Berapa perayaan agama / aliran islam minoritas yang dilarang sepihak dengan berbagai alasan? misal: Waisak di candi, Asyuro umat Muslim Syiah

- Berapa vihara yang dibakar tempo hari hanya karena 1 orang protes soal azan di tanjung balai? Apakah sebanding?

- Berapa gereja yang jadi bulan-bulanan serangan bom kelompok teroris islam radikal, dan berapa korban yang telah jatuh?

- Kasus Ahok pun dikait-kaitkan dengan agama minoritas dan etnis minoritas. Ujung-ujungnya terlihat spanduk "Ganyang Cina" di aksi 411.

Apa Bedanya dengan Rohingya?


Tidak ada bedanya. Karena faktanya yang sedang terjadi di Indonesia tidak lebih baik daripada apa yang menimpa Muslim Rohingya di Myanmar.

Yakni kelompok yang merasa mewakili agama mayoritas berbuat zalim dan sewenang-wenang terhadap agama dan etnis minoritas.

Jadi sebelum meributkan Rohingya, lebih baik berkaca diri dulu, apakah kita sendiri tidak sedang melakukan hal yang sama? Mengobarkan permusuhan kepada agama dan etnis tertentu..

Berkaca Itu Memang Paling Sulit


@gus permadi arya ( muslim nahdliyin )



Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment