DUNIA HAWA - Terima kasih pak Jokowi.. Mungkin itulah yang sekarang ingin terucap dan ada di dalam hati saudara saudara kita di Papua, terutama di daerah pegunungan.
Instruksi Jokowi bahwa secepatnya harga BBM di Papua sama dengan harga BBM di pulau lainnya adalah sebuah hadiah mendekati penghujung tahun ini. Dengan instruksi ini mau tidak mau Pertamina harus berbenah, menata seluruh model distribusinya.
Memang seharusnya dari dulu tidak boleh ada perbedaan harga antara Sabang sampai Merauke. Konsep "sambung menyambung menjadi satu" tidak berlaku bagi Papua, karena di beberapa daerah disana, bensin selalu jauh lebih tinggi dari saudara-saudaranya, mencapai 60 ribu sampai 100 ribu per liter.
Jokowi memerintahkan Pertamina melakukan subsidi silang, keuntungan penjualan di daerah barat harus bisa menutup biaya transportasi ke timur. Ia tidak mau selalu bergantung pada APBN, Pertamina harus mencari jalan keluarnya sendiri.
Ini sebenarnya hal yang tidak sulit dilakukan sejak dahulu, jika Indonesia kembali pada UUD 45, pasal 33 ayat 3. ”Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”.
Masalahnya, mereka yang dahulu memimpin tidak mau..
Perbedaan harga yang tinggi antara Jawa dan Papua, menciptakan mafia di kalangan penjualan BBM. Mereka beli di Jawa dengan harga 6.450 per liter dan dijual 60 ribu per liter di Papua. Sesudah dikurangi biaya tranportasi pun, para mafia minyak yang menguasai jalur penjualan itu, sudah untung sangat besar. Dan ini sudah berlangsung puluhan tahun lamanya.
Dalam waktu 2 tahun saja, Jokowi sudah berhasil membongkar biaya tinggi di Papua akibat tingginya harga BBM. Dengan turun drastisnya harga BBM di tahun 2017 nanti, maka ekonomi akan menggeliat disana. Turunnya harga BBM di Papua mengiringi gencarnya pembangunan infrastruktur disana.
Papua memang mendapat perhatian khusus bagi Jokowi. Wilayah kaya itu sekarang sedang digoyang isu HAM yang tidak pernah tuntas. Bisa dibilang, ada yang ingin menjadikan Papua seperti Timtim yang lepas dari Indonesia. Bedanya dengan Timtim, Papua sangat kaya dan sumber daya alamnya akan dikeruk habis-habisan oleh para kapitalis dari negara maju.
Terima kasih pak Jokowi..
Begitu mungkin kalimat yang terucap dari hati saudara kita disana. Mereka yang dulu selalu jadi anak tiri, sekarang bisa sejajar bersama saudara lainnya.
Bahkan jika pengelolaannya benar, bukan tidak mungkin Papua akan menjadi wilayah terkaya dan orang akan berbondong- bondong kesana...
"Brondong??"
"Bondong, bukan brondong Alby Nawawi..Mikirnya brondong mulu, malu ama kumis !"
"Kak.. "
"Apa??"
"Kangen.."
Hoeks..
[denny siregar]
No comments:
Post a Comment