Tuesday, October 25, 2016

Benarkah Umat Islam di Indonesia Toleran dan Umat Non Islam di Barat Tidak Toleran?


DUNIA HAWA - Saya beberapa kali membaca argumen di bawah ini (saya tidak kutip lengkap):

"Di Amerika, Jerman, Inggris, Australia, sering ada demo anti Islam. Di Indonesia, tidak pernah ada demo anti Kristen. Siapa yang fasis?"

Si penulis ini pasti ingin membangun imej bahwa yang sebenarnya tidak toleran adalah orang-orang non-muslim di Barat, sementara umat Islam di Indonesia toleran.

Ada kesalahan logika di sini.


Di Barat, apa yang disebut sebagai gerakan anti Islam terjadi karena adanya persepsi bahwa umat Islam adalah imigran yang tidak tahu berterimakasih kepada negara yang menampung mereka. Jadi, umat Islam bukanlah penduduk asli AS dan Eropa. Mereka adalah imigran yang pindah ke Barat untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Masalahnya sekarang ada banyak persoalan yang dianggap ada karena kehadiran para imigran ini.

Banyak imigran muslim yang tidak mau bercampur dengan masyarakat Eropa, karena mereka memandang barat sebagai kafir, liberal dan menyebarkan nilai-nilai buruk. Kebetulan pula mayoritas imigran Islam ini dianggap tidak juga memiiki keunggulan keahlian tertentu yang bisa meningkatkan ekonomi Barat. Kebanyakan ada di lapisan ekonomi bawah. Di masjid-masjid, sering terdengar seruan yang menjelek-jelekkan Barat, kafir, Kristen dan seterusnya.

Apalagi kemudian hadir gerakan-gerakan teroris atas nama Islam yang memakan korban di sejumlah kota di AS dan Eropa. 

Ini yang menumbuhkan semangat anti Islam terutama di kalangan tidak berpendidikan dan kaum menengah ke bawah di Barat. Secara serampangan mereka menggeneralisir kaum muslim dan menyerang Islam yang mereka anggap sebagai biang masalah.

Tentu saja gerakan anti Islam itu tidak bisa diterima dalam perspektif masyarakat demokratis. Untungnya mereka masih minoritas dan kalangan mayoritas di Barat terus melindungi Islam.

Di Indonesia, kondisinya sama sekali lain. Umat Kristen adalah bagian dari bangsa Indonesia dari awal kelahiran negara ini. Mereka bukan imigran. Mereka bukan pendatang. Dan kini pun umat Kristen tidak menimbulkan masalah.

Dalam hal ini, justru memprihatinkan bahwa di banyak kasus kita mendengar umat Kristen mengalami kesulitan membangun rumah ibadat hanya karena mereka dianggap sebagai 'minoritas'. Itu seharusnya tidak terjadi.

Karena itu, argumen yang saya kutip di awal tulisan itu sebenarnya tidak relevan untuk digunakan sebagai bukti bahwa umat Islam melindungi hak beragama umat non-Islam. Indikatornya seharusnya bukan ada tidaknya unjuk rasa anti Kristen. Yang seharusnya dilihat adalah apakah umat Kristen saat ini memiliki hak sejajar dengan umat Islam dalam setiap apsek kehidupannya.

[ade armando]

Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment