Sunday, May 1, 2016

Para Zombie Berseragam


"Mas, apa bisa melatih kami lebih profesional? "

Dunia Hawa - Dulu saya begitu bangga mendapat permintaan seperti itu dari sebuah dinas di pemerintahan. Saya membayangkan bahwa sebuah badan pemerintahan adalah mesin raksasa yang sangat bisa memberikan pengaruh bagi sekitarnya.

Maka saya pun bersungguh-sungguh membangun sebuah stasiun radio dengan konsep pendidikan untuk semua. Saya merancang, melatih, membangun dan mengeluarkan semua apa yang saya punya, saya ketahui dan saya pelajari.

Hanya dalam waktu 3 bulan saja saya mulai memahami akar permasalahan yang besar di sebuah badan pemerintahan.

Permasalahan terbesar mereka adalah mental.

Inilah musuh mereka selama ini yang mengungkungi mereka berpuluh tahun lamanya. Mental peminta, mental asal bapak senang, mental sikut-sikutan, mental penjilat dan sekian banyak hal buruk lainnya yang tidak pernah saya dapatkan selama saya berada di luar mereka.

Mereka seperti punya dunia sendiri. Dunia yang orang lain tidak boleh sentuh. Mereka merasa abadi disana, tidak mungkin dipecat. Kompetisi buat mereka bukanlah prestasi, tetapi bagaimana menginjak, menjilat, menyuap atasan, kuat-kuatan koneksi.

Bukan sepenuhnya salah mereka. Proses rekruitmen sejak awal mereka sudah membayar sampai menjual semua harta orang tua. Bodoh tapi saudaramu menjabat maka peluangmu jauh lebih besar, dan atasan yang dulunya seperti mereka juga mewariskan hal yang sama.

Sungguh, saya frustasi disini... meski harus saya kuatkan.

Raksasa itu gemuk dan sangat lamban. Kerjanya hanya tidur, bersenang-senang di kantin pagi dan siang, pulang secepat-cepatnya, dan menunggu bagi bagi hasil proyek. Gada uang jangan harap mereka bergerak. Amplop seperti agama, terus diyakini kehadirannya. Mengeluh itu bagian dr hidup mereka.

Dua tahun cukuplah sudah...

Saya yang dulu begitu optimis menjadi pesimis dan akhirnya apatis. Saya keluar supaya tidak berubah menjadi mereka. Sungguh mengerikan dunia mereka, seperti sekalangan zombie yang dikumpulkan dalam kandang. Tidak ada kehidupan disana. Mereka sejatinya mati. Tidak mau berubah, karena perubahan untuk mereka adalah mimpi buruk yang menghancurkan tidur panjang itu.

Jadi saya sangat paham kenapa Ahok selalu emosi ketika berhadapan dengan jajarannya. Saya sangat paham kenapa Ahok akhirnya harus berdiri menantang mereka, "Lu apa gua yang minggat dari sini..." Jika dulu saya punya kuasa seperti dia, tentu akan saya lakukan. Sayangnya, saya dianggap orang luar oleh mereka, bukan bagian dari seragam mereka.

Dan saya tersenyum ketika Menpan Yudi berkata sudah menginventarisasi PNS yang tidak produktif dan membebani keuangan negara. Jumlah mereka ada 56 ribu orang, bayangkan.. Mereka akan dibersihkan. Mundur atau dipaksa keluar.

Revolusi mental memang harus dimulai dari tubuh pemerintah sendiri. Mindset mereka bukan kerja, tetapi uang. Meski ditambahkan sekian miliar sekalipun di kantung mereka, mereka tidak akan pernah berubah. Itu sudah budaya sejak lama yang ditularkan dari generasi ke generasi. Orang orang bodoh jadi atasan, orang orang pintar apatis dan menjadi pemalas, orang orang kreatif berubah menjadi pencuri dan mencari peluang di luar.

Kasihan para kantin, kasihan hotel hotel, kasihan para amplop, kasihan para rumah makan.. mereka akan kehilangan banyak pelanggan. Mungkin mereka sekarang menangis berpelukan, pengguna mereka berangsur-angsur hilang. Hidup sudah kembali menemukan dirinya yang sesungguhnya keras.

Ah, mengenang situasi itu seperti minum kopi pahit yang masih terasa di lidah. Untunglah pemerintahan kali ini berani menambahkan sedikit gula....

Selamat berjuang, para "The Walking Dead.". Izinkan saya menonton sejenak pertunjukan memburu kalian.....

[dennysiregar.com]

Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment