Dunia Hawa – Ada apa dengan jargon “Pemimpin harus muslim”? Diskusi di masjid Al-Azhar kemarin berlangsung seru. Kami membahas mulai dari perang Suriah sampai potensi men-Suriah-kan Indonesia. Dan tidak luput juga perbincangan ke arah Pilgub DKI, topik yang hot melotot saat ini.
“Sejak kapan jargon pemimpin harus muslim di propagandakan?” Tanya saya membuka pembicaraan. “Dulu kita tidak pernah mendengar pertentangan disana. Bahkan Gubernur Jakarta ke 7, Henk Ngantung beragama Katolik. Tidak ada catatan yang mempermasalahkan apa agamanya. Lalu kenapa sekarang begitu kencangnya isu pemimpin harus muslim?”
Aku tersedak tahu sumedang disediakan panitia. Tahu itu benar2 menempel di tenggorokan seperti ada lem-nya.
“Dengan jargon kembali kepada Al-quran dan sunnah, konsep pemimpin harus muslim ini digulirkan. Banyak dari mereka yang muslim, mengamini bahwa ayat Alquran sendiri berkata bahwa pemimpin harus muslim, dan menentang perkataan Tuhan, tunggu saja azab yang akan menimpa Indonesia..
Tuhan tidak salah, tetapi sejarah mencatat bahwa firman2 itu banyak digunakan manusia untuk kepentingan politiknya. Sudah banyak ulama yang moderat yang menolak bahwa kata “awliya” di Alquran bukan berarti pemimpin tetapi seorang wali. Sudah jelas bahwa baik Gubernur maupun Presiden bukanllah seorang wali, karena wali berhubungan dengan umat, bukan dengan administrasi negara.
Lalu kenapa itu dipaksakan untuk mengukur kepemimpinan administrasi di negara bukan berdasarkan agama, seperti Indonesia ini ?”
Ini bagian yang paling menarik. Sayang, ga ada kopi karena ruangan tertutup dan ber-AC. Saya sebenarnya lebih senang diskusi di warung kopi dengan kebul2. Apalagi ketika si tahu ada isi-nya.
“Ini karena agenda menjadikan Indonesia sebagai negara khilafah..” Lanjutku.
“Jargon pemimpin harus muslim dengan mem-plesetkan arti dan tafsir dari ayat, adalah bagian dari propaganda menuju negara khilafah. Mereka yang mengusung jargon pemimpin haram dari non muslim ini adalah juga kelompok pendukung khilafah. Dan mereka menyebarkan pahamnya itu kemana2, diamini oleh mereka yang tidak tahu apa2.
Program mereka bersifat jangka panjang, menanamkan dulu bibit2 perpecahan di memori orang2 yang tidak paham tetapi ingin beragama dan pada satu saat, pada titik yang tepat, akan membenturkan umat beragama yang akan memecah belah NKRI… Baru mereka masuk untuk menguasainya…”
Semua terdiam. Menatap saya dengan tatapan nanar.
Saya rasa bukan karena ngeri apa yang akan menimpa nantinya. Tetapi menghitung waktu supaya cepat keluar dari ruangan ber-AC ini, lari ke warkop dengan kopi tiga rebuan dan menyelamatkan mulut yg mulai terasa masam. Saya sangat mengerti, saya juga gelisah….. Kopi, mana kopii….
[denny siregar]
No comments:
Post a Comment