Dunia Hawa - Haruskah umat manusia itu bergama atau memiliki "agama"? Jawabnya singkat: "tidak". Perlukah manusia beragama? Jawabnya gampang: "perlu tidak perlu". Artinya, perlu bagi yang memerlukan (agama) dan tidak perlu bagi yang tidak memerlukan (agama).
Apakah untuk menjadi baik dan "saleh", orang memerlukan agama? Jawabnya juga mudah: "tidak perlu". "Onderdil" manusia ini sudah sangat lengap dengan aneka ragam pancaindra dan peralatan yang mampu menuntun manusia menjadi ini dan itu. Jadi, untuk mengetahui baik-buruk terhadap sesuatu, seseorang tidak perlu agama.
Di dunia ini ada ratusan juta dan bahan milyaran manusia yang tidak mengenal "agama formal". Di jagat raya ini ada ratusan juta pengikut ateisme, agnotisisme atau "sekularisme". Tetapi mereka baik-baik saja, "sehat walafiat". Banya sekali orang-orang mulia di bumi pertiwi ini yang hidupnya didarmakan untuk umat manusia dan kemanusiaan tanpa harus ada embel-embel agama ini dan itu.
Apakah amal baik mereka selama di dunia menjadi sia-sia hanya karena tidak "secara formal" beragama? Wah itu urusan Zat "sang pengecat lombok". Apakah mereka kelak masuk surga atau neraka juga bukan urusan manusia. Bukankah masalah "dunia akhirat" itu juga produk dari "tafsir" agama-agama tertentu?
Soal "alam akhirat" itu "urusan nanti" dan menjadi hak prerogatif Tuhan yang maha bijak dan adil. Jangan sekali-sekali ke-ge-er-an masuk surga kelak hanya karena menganut agama ini-itu. Tugas manusia di dunia ini adalah merawat dan menjaga harmoni alam semesta beserta isinya, termasuk umat manusia.
Apalah artinya beragama dan mengaku-aku sebagai "manusia agamis", kalau ternyata perilaku individual dan sosialnya amburadul serta jauh dari norma-norma dan nilai-nilai kemanusiaan. Saya melihat banyak orang tidak beragama yang hidupnya "sangat humanis" dan "agamis" sementara banyak manusia yang mengaku beragama tetapi hidupnya bengis, "tidak agamis" dan tidak manusiawi. Karena itu saya pikir dewasa ini, banyak orang beragama yang justru membutuhkan agama itu sendiri. Mikirrr...
Jabal Dhahran, Arabia
Prof. Sumanto al Qurtuby
Staf Pengajar Antropologi Budaya di King Fahd University of Petroleum and Minerals, Arab Saudi, dan Visiting Senior Research Fellow di Middle East Institute, National University of Singapore
No comments:
Post a Comment