Tuesday, May 2, 2017

Buruh Pembakar Karangan Bunga Ahok Ternyata Pendukung Anies, Pelaku Sedang Diburu Polisi


DUNIA HAWA - Pada peringatan hari buruh Senin kemarin, terjadi sebuah insiden pembakaran karangan bunga untuk Ahok, oleh massa yang tergabung dalam Federasi Serikat Pekerja Logam, Elektronik dan Mesin Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (FSP LEM SPSI). Alasannya adalah ingin bersih-bersih Balai Kota. Bahkan ada ultimatum, jika dalam 3 hari tidak segera dibereskan, maka mereka akan kembali bersih-bersih.

Banyak yang mengatakan, para Ahokers sungguh lebay, karangan bunga dibakar saja diributkan dan dipermasalahkan. Justru yang mengatakan itu dan yang membakar itu adalah orang yang lebih lebay. Apa salah bunga ditaruh di situ? Iri? Dengki? Atau tidak senang melihat Ahok dikirimi karangan bunga yang katanya jika ditotalkan mencapai miliaran Rupiah?

Masa melihat bunga saja sampai mengamuk. Betul-betul emosi sumbu pendek, digesek sedikit langsung menyala dan beberapa detik kemudian, duarrrrrr. Ada yang bilang ini adalah pemborosan uang yang sangat keterlaluan. Hei, lihat itu demo aksi 411 dan 212 dan lain-lain, yang mencapai seratus miliar? Itu berapa kali lipat pemborosan? Belum lagi dana-dana lain selain itu dan dana pengawalan sidang Ahok. Bukankah itu lebih gila, mengeluarkan dana sebanyak itu demi Ahok seorang. Jangan munafik.

Dan massa buruh FSP LEM SPSI adalah kelompok pendukung Anies-Sandi. “Aksi pembakaran karangan bunga ini kami lakukan karena Ahok tidak menaikkan UMP sampai sekarang. Bakar karangan bunga ini adalah sebagai simbol bersih-bersih,” kata Idrus, Sekjen FSP LEM SPSI. Dia juga mengakui bahwa organisasi buruhnya mendukung Anies-Sandi yang katanya berjanji kepada mereka saat kemapanye lalu akan menampung semua aspirasi buruh, seperti menaikkan UMP dan tuntutan lainnya.

“Anies-Sandi sudah berjanji akan penuhi tuntutan kami. Kami juga ada kontrak politik dengan Anies-Sandi waktu kampanye kemarin. Dia berjanji tidak akan gunakan PP 78 dalam menentukan UMP,” kata Idrus. Dengan kata lain mereka mendukung Anies-Sandi karena Ahok tidak memenuhi tuntutan itu. Catat dan ingat itu baik-baik. Ketika ditanya apakah ada pesanan politik tertentu pada pembakaran karangan bunga, dia menjawab tidak ada dan bahkan akan bertanggung jawab.

Kalau nanti diciduk, jangan mewek saja. Pemaksaan tuntutan seperti ini sudah tidak bisa dibiarkan. Ini sama seperti anak kecil yang sejak kecil dibiarkan manja dengan pemberian-pemberian tertentu. Jika tidak dipenuhi maka akan merengek terus. Mau tak mau orangtua akan mengalah dan mengabulkan tuntutannya. Nah, dari sini anak kecil tersebut mulai belajar dan sadar bahwa jika keinginan tidak terpenuhi, cukup dengan merengek tanpa henti. Lama-lama pasti akan dikabulkan. Para buruh juga seperti ini, dikasih hati minta jantung, dikasih jantung minta kotoran kuda. Nafsu mana ada habisnya. Sekali perusahaan pindah lokasi atau bangkrut atau mengganti tenaga buruh dengan mesin, siap-siap nangis darah massal.

Kalau memang tidak ada pesanan politik, untuk apa lagi bakar-bakar? Toh, Ahok sudah kalah dan dalam waktu 6 bulan, dia akan turun tahta. Kenapa masih ribut-ribut minta tuntutan? Ini namanya manja yang sudah keterlaluan. Makin lama makin melunjak, dan lama-lama mereka pasti akan memijak-mijak.

Menurut kabar terbaru, polisi sedang mengusut kasus pembakaran sejumlah karangan bunga tersebut. Kasus ini sedang dalam tahap penyelidikan. Penyelidikan ini dilakukan untuk menelusuri apakah ada unsur pidana, apakah ada provokator dan lainnya. Salah seorang buruh melalui pengeras suara memprovokasi buruh lainnya untuk membakar karangan bunga yang berjajar di trotoar jalan Medan Merdeka Selatan.

“Kita bersihkan Balai Kota dari sampah-sampah karangan bunga Ahok. Kalau bukan kita yang bersihkan, siapa lagi? Satpol PP dari kemarin nggak ngapa-ngapain,” kata orator tersebut. Salah satu peserta aksi mengambil satu karangan bunga dan membakarnya. Api pun kian membesar ketika beberapa karangan bunga lainnya ditarik dan dijadikan bahan bakar.

Silakan diusut, dan kalau sudah tertangkap pelakunya, silakan disorot, apakah orang tersebut tetap garang, atau menjadi macan ompong ketakutan di pojokan. Heran melihat demo di Indonesia, yang rata-rata merusak. Apa pun dirusak, seolah sudah menjadi trademark-nya demo di Indonesia. kalau tidak ada bakar-bakar ban atau apa pun, dan rusuh, seolah tidak sah demonya. Mari kita tunggu kinerja polisi mengenai kasus ini. Bagi yang mengatakan ini lebay, aksi demo berjilid-jilid sebelumnya jauh lebih lebay berkali lipat.

Bagaimana menurut Anda?

 @xhardy


SHARE ARTIKEL INI AGAR LEBIH BANYAK PEMBACA

Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment