Tuesday, March 14, 2017

Surga Itu Murah Banget


DUNIA HAWA - Menjelang pemilihan Ketua RW 09, Kampung Apus, Cang Kosim lebih mengintensifkan pertemuan dengan warga pendukungnya. Selain meminta masukan dari warga soal program-programnya, dia juga berharap silahturahmi antar warga bisa semangkin erat. Hampir tiap malam warga berkumpul di Posko Tim Sukses Cang Kosim yang terletak di sebuah rumah kontrakan miliknya yang berjarak dua rumah dari kediaman Cang Kosim.

Madi, salah satu anggota Timses Cang Kosim didaulat sebagai tuan rumah posko yang selalu siap kapan saja menerima warga untuk berdialog, ataupun sekedar bertanya soal program-program Cang Kosim. Seperti biasanya, sehabis sholat Isya, Madi sudah standby di posko. Selain menunggu warga yang datang, sekali gus menyiapkan keperluan lainnya agar warga yang datang betah di posko. Terlihat beberapa orang warga sudah datang. Mereka duduk lesehan di lantai dengan beralaskan karpet.

Sudah sekitar lima orang warga yang sedang menunggu Cang Kosim. Mereka tampak ngobrol sambil minum teh dan kopi yang sudah disediakan oleh Madi sebagai tuan rumah posko.

“Biasanya jam berapa Cang Kosim datang, Di?” ujar Doni, salah seorang pemuda yang ikutan nimbrung di posko.

“Gak lama pasti dia datang. Kalau gak datang biasanya udah kasih tahu gua. Kalau gak kasih kabar apapun, berarti dia datang,” jawab Madi sambil menuangkan kopi dari teko.

“Assalammualaikum,” suara Cang Kosim memberi salam terdengar dari arah pintu masuk.

“Waalaikum salam,” jawab warga yang ada di ruangan serempak.

“Bagaimana nih kabarnya semua,” tanya Cang Kosim sambil menjabat tangan satu per satu warga yang hadir.

“Alhamdulillah, baik-baik semuanya, Cang,” ujar Hasbullah, warga Rt 10 yang hadir di posko.

“Syukur deh kalau pada baik-baik semuanya. Karena membangun harus dalam keadaan baik-baik, rukun, tenteram dan damai. Jadi apapun yang kita bikin akan lancar,” ujar Cang Kosim.

“Ini Cang kopinya,” tutur Madi sambil menyerahkan segelas kopi yang dibawanya.

“Makasih ya, Di. Nah, apa nih yang bisa kita diskusiin malam ini. Bebas-bebas aja deh. Ini buat pencerahan kita semua. Soalnya, belum tentu juga program gua bener. Pasti masih banyak celahnya untuk dikritisi. Siapa tahu ada warga yang juga punya usulan program bagus nih. Nanti, kalau gua jadi RW bisa kita kerjain bareng-bareng tuh programnya,” tutur Cang Kosim membuka diskusi.

“Kalau soal programnya Cang Kosim, buat kita-kita nih, sebagai warga gak ada masalah. Cang Kosim kan gak bakalan kerja sendirian. Pasti warga juga membantu,” ujar Dodi salah seorang warga.

“Iya. Kalau itu gak masalah. Tapi, ada masalah yang lebih serius di tengah-tengah warga nih. Ini yang kayanya kita harus sikapi,” kata Mad Rodin, warga lainnya.

“Masalah apaan tuh? Kayanya serius banget nih?” tanya Cang Kosim penasaran.

“Ini soal pilkada putara kedua, Cang,” ujar Doni.

“Apa masalahnya?” tanya Cang Kosim.

“Begini Cang. Warga nih binggung. Setelah masalah spanduk jenazah gak boleh disholatin, sekarang juga ada yang bilang, kalau milih si kotak-kotak kita masuk neraka. Soalnya kan si kotak-kotak non-muslim, kafir. Tapi kalau milih si baju putih, dijamin masuk surga. Soalnya dia muslim. Apa bener begitu, Cang?” papar Burhan dengan nada tanya.

“Soalnya, warga yang kurang paham soal ini jadi agak-agak ngeri dengan pilihannya nanti. Jadi takut dibilang kafir kalau pilihannya beda,” Toyib menimpali.

“Kaya gituan mah gak usah didenger. Orang frustasi yang nyebarin kaya gitu,” tutur Cang Kosim.

“Tapi di medsos viral banget tuh, Cang,” kata Doni.

“Sekarang gua tanya. Waktu putaran pertama, lu kan pada punya pilihan masing-masing. Gua yakin semua yang hadir di sini pilihannya pasti beda-beda. Kaya almarhum Sarip, yang beberapa hari lalu jenazahnya hampir gak diurus warga karena dituduh milih kotak-kotak. Katakanlah dia bener milih kotak-kotak, lalu apa lu semua yakin dia masuk neraka nanti? Kalau dia milih si baju putih, apa lu semua juga yakin dia pasti masuk surga? Ada yang bisa jawab gak?” tanya Cang Kosim.

“Ya… Mana ada yang tahu, Cang. Emangnya kita ikutan ke alam kuburnya, heheheh….” tutur Madi yang diselingi sedikit candaan.

“Madi bener. Urusan surga-neraka itu urusan Tuhan. Kita gak tahu siapa diantara kita yang masuk surga, siapa yang masuk neraka. Belum tentu orang yang kita anggap bejat dan ahli maksiat itu masuk neraka. Siapa tahu ada kebaikan yang dia lakukan dan kitan gak tahu kebaikan itu, ternyata kebaikan itu di mata Allah bisa menghapus dosa besarnya dia. Jadi, gak ada yang bisa jamin jika kita milih si baju putih kita masuk surga dan milih si kotak-kotak masuk neraka,” jelas Cang Kosim.

“Jadi begitu ya, Cang,” tutur Doni.

“Yang gua pahami sih seperti itu. Tapi gua gak tahu pemahaman orang lain. Kita kan bisa beda-beda pemahamannya. Yang perlu lu semua ketahui juga, partai-partai Islam di pilkada ada juga yang mencalonkan non-muslim. Kalau gak salah sih ada di 22 daerah. Banyak juga kan? Tapi gak diributin tuh. Gak ada yang teriak-teriak kafir. Semuanya santai aja,” tutur Cang Kosim.

“Yang bener, Cang. Bukan hoax kan?” tanya Hasbullah.

“Ya kagak. Ini berita resmi di media. Buat apa juga gua nyebarin hoax. Gak ada gunanya. Gua ungkapin ini biar kita bisa bikin perbandingan. Biar pikiran kita terbuka. Biar kita semua berpikir jernih. Biar kita semua tahu kalau di daerah lain ada juga partai Islam yang menundukung non-muslim, tapi gak dipersoalkan. Pertanyaannya, kenapa di Jakarta dipersoalkan? Ada apa ini?” papar Cang Kosim.

Suasana ruangan pun menjadi hening. Tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut warga yang hadir. Mereka nampak berkutat dengan pikirannya masing-masing.

“Kenapa ya si kotak-kotak diharamkan di Jakarta, sedangkan di daerah lain ada yang non-muslim tidak diharamkan? Bahkan sebelum kasus Al Maidah pun sudah diharmkan oleh pihak-pihak tertentu. Sepertinya gak adil deh kalau begini,” tutur Toyib.

“Bener yang lu bilang, Yib. Jadi gak ada hubungannya sama surga dan neraka,” kata Cang Kosim.

“Saya jadi inget postingan di media sosial. Cukup klik “suka” dan komentar “amin” bisa masuk surga. Kayanya surga itu murah banget deh. Gak perlu kita ibadah susah-susah. Cukup milih paslo itu, pasti masuk surga. Enak banget ya,” kata Doni.

“Kalau kita denger dari ulama-ulama nih, surga itu susah. Banyak syarat yang harus dipenuhi yang harus kita lakukan. Makannya hadianya itu surga. Jadi surga itu tidak murah dan tidak gampang,” tutur Mad Rodin.

“Ya udah, kita gak usah terlalu mudah dihasut sama yang begituan. Inget, pilkada ini urusan politik. Jadi, kita harus cerdas melihat info-info soal pilkada ini. Jangan sampe kita gampang ditakut-takutin. Kalau nilai-nilai agama yang dibawa ke ranah politik akan menjadi kemaslahatan. Tapi, kalau politik yang diseret-seret ke wilayah agama, akan melahirkan kerusakan. Kita herus jernih melihat persoalan yang ada. Jangan gara-gara soal pilihan yang berbeda kita dipecah-belah. Padahal kita sesama muslim bersaudara,” papar Cang Kosim panjang lebar.

“Ayo pada diminum kopinya. Jangan pada bengong aja. Otak boleh panas, tapi kopi harus habis, hehehehe…….” tutur Madi yang disambut dengan gelak tawa oleh yang lainnya.

@adhitia renata rakasiwi


Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment