Sunday, February 19, 2017

Pengkhianatan Rizieq cs Terhadap Cikeas Indikasi Kekalahan Agus di Pilkada


DUNIA HAWA - Ada yang aneh dengan kekalahan Agus Harimurti Yudhoyono di Pilkada DKI tahun 2017 ini. Saya mencoba kembali membuka lembaran kisah serta peristiwa yang sempat membuat nama Agus melambung tinggi, ketika pertama kali namanya diusung sebagai calon Gubernur oleh Partai Demokrat dan koalisinya.

Diawal-awal maju menjadi Cagub, elektabilitas Agus bersaing ketat dengan Ahok untuk merebut hati warga DKI, tak tanggung-tanggung elektabilitas Agus mencapai kisaran 37 persen. Tanpa mengesampingkan paslon lain, yakni Anies-Sandi memang kalah pamor dengan putra sulung SBY waktu itu. Namun sepertinya itu tak bertahan lama, seiring berjalannya waktu, elektabilitas Agus terjun bebas dikisaran 18 persen. Boro-boro untuk bersaing dengan Ahok yang konsisten diangka elektabilitas 35-39 persen, menghadapi elektabilitas Anies-Sandi saja, Agus mulai semepelengan alias memble.

Ada beberapa kisah serta peristiwa yang membuat nama Agus melambung tinggi, salah satu diantara kisah itu yang paling mempengaruhi nama Agus membumbung tinggi yakni adanya relasi FPI dalam hal ini Rizieq Shihab dengan Cikeas (SBY).

Ketika Agus pertama kali datang ke politik Indonesia, sang ayah memiliki harapan penuh terhadap putranya tersebut, yakni harus menang di pilgub DKI. Namun untuk meraih kemengan ini, SBY tahu tidak akan pernah mudah, karena berhadapan dengan Petahana (Ahok).

SBY pun memilih jalan pintas, yakni menggoreng isu SARA untuk menenggelamkan Ahok. Dan pada saat yang bersamaan, Ahok pada saat itu dituduh sebagai penista agama Islam, melalui video editan milik Buni Yani.

Taktik kotorpun dijalankan SBY untuk memuluskan jalan bagi Agus. Dia mengajak Rizieq Shihab menjalain relasi untuk ‘proyek’ hitamnya tersebut. Singkat cerita, desakan massa akhirnya membuat Ahok sebagai tersangka, nama Agus pun mengangkasa.

Turunnya Elektabilitas Agus


SBY sebelumnya beranggapan, satu-satunya cara menurunkan elektabiltas Ahok dengan membuatnya menjadi musuh Islam. Namun blunder, Ahok malah konsisten bahkan elektabiltasnya cenderung naik setelah menjadi tersangka. Simpati wargapun berdatangan untuk mendukung Ahok, dan persidangannya selalu dinanti-nantikan.

Sebaliknya elektabilitas Agus malah terjun bebas, banyak orang yang mengatakan bahwa debat pilgub menjadi indikasi penyebab elektabilitas Agus terjun bebas. Itu tidak sepenuhnya benar, menurut kacamata tembus pandang saya, yang menjadi penyebab menurunnya elektabilitas Agus adalah adanya musuh dalam selimut, yakni penghianatan yang dilakukan oleh Rizieq Shihab terhadap cikeas.

Seperti yang sudah saya katakan diawal, bahwa FPI dan Cikeas sudah terikat perjanjian untuk mendemo Ahok sebagai penista Agama, dan mengajak FPI dkk untuk memberikan dukungan penuh Agus. FPI pun merayu beberapa ulama serta HTI untuk menyakinkan SBY bahwa mereka setia mendukung putranya tersebut.

Cikeas akhirnya termakan rayuan FPI, SBY rela memberikan dana besar untuk menjalan Aksi demo 411 dan 212 tahun 2016 yang lalu, target utama jelas, yakni lumpuhkan Ahok sebagai lawan terberat di pilkada tahun ini.

Demo ini tanpa batas dan sangat kental terhadap politik, begitu yang dibaca oleh Jokowi pada saat itu. Melihat ketidak beresan tersebut, jokowi pun turun dari Instana menuju massa demo. “Biasa buat saya seperti itu biasa saja. Ya seperti yang saya sampaikan ada yang menunggangi untuk kepentingan-kepentingan lain.” Ujar Presiden Jokowi.

Memasuki tahun 2017, aksi demo tiga angka mulai kehilangan panggungnya. Apalagi pimpinan demo, Rizieq Shihab mulai terlilit kasus-kasus yang membuat namanya tercoreng. Rakyatpun bertanya-tanya tentang kesahihan ulama Rizieq Shihab.

Cikeas mulai getir, dana sudah mulai menipis, namun hasil masih nihil, Ahok masih berkeliaran dan cenderung elektablitasnya naik. Tak mau jatuh terlalu jauh, Rizieq dan HTI pun banting setir mendukung Anies-Sandi.

Relasi Anies-FPI


Perubahan arah inipun terlalu jelas, Rizieq Shihab buka-bukaan mengundang Anies sandi ke markas FPI. Pertemuan ini jelas, sebagai signal dukungan FPI kepada Anies. Sementara dilain tempat, Cikeas sudah membaca ada yang tidak beres dengan FPI. Merasa ditinggal, Demokrat mulai buat ancang-ancang untuk meminta FPI mengingat kontrak politik yang mereka jalin, yakni dukungan penuh untuk Agus.

FPI berusaha menenangkan kubu Cikeas, dengan mengeluarakan pernyataan, umat Islam DKI Jakarta bebas memilih pasangan nomor 1 atau 3, yang penting jangan kafir (Ahok). Namun pernyataan ini sebenarnya hanya sandiwara, dibelakang layar FPI dan HTI rupanya mendukung penuh Anies Baswedan.

Padahal sebelumnya HTI mengeluarkan fatwa haram pemilu, namun tiba-tiba 3 hari sebelum pilkada, sontak mengatakan tidak haram dan menjatuhkan dukungan kepada paslon nomor 3.

Penghianatan FPI, HTI dkk inilah yang menjadi penyebab jatuhnya suara Agus. Dari semula diangka 32 persen merosot ke angka 19 persen. Penghianatan ini jelas sangat menyakitkan bagi kubu Cikeas, dengan berakhirnya Agus di Pilgub DKI.

Petinggi partai yang mengusung Agus pun merenung ketika suara getir Agus menyatakan dia menerima kekalahannya di Pilgub ini. Sang ayah pun tak bisa berkata-kata lagi, karir anak hangus, penyesalan tidak ada gunanya lagi. Sementara srigala bersorban tersenyum melihat penderitaan ini. Kalau sudah seperti ini, jangan tanya siapa yang salah!

Begitulah kura-kura ..!!

@christovel silaban


Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment