Sunday, January 15, 2017

Debat dan Narasi Ahok yang Nyentrik

DUNIA HAWA - Apa yang anda pikirkan tentang debat Cagub-Cawagub DKI jilid 1 kemarin? Tentu ribuan dari kita (walau bukan warga DKI) ikut berpartisipasi sebagai penonton dalam debat itu.


Termasuk saya, yang bukan warga DKI, tetapi menikmati rytme dan irama debat yang dimoderatori oleh presenter ketje; Ira Koesno.

Saya tertarik (dan mengamini) pernyataan salah satu Cagub yang ikut tampil dalam debat. Bagi saya pernyataannya cukup nyentrik, dan bermakna luas. Sekali lagi bermakna luas, jadi kalo ada yang memaknainya berbeda dari pendapat saya, ya, sah-sah saja.

Begini; bahwa diamond-nya manusia itu; otak, perut, dompet. Sudah tau dong itu pernyataan siapa? Saya bukan pengidola orang yang membuat statement, tetapi apa salahnya kita memetik makna dari setiap kata para debator.

Baik, mari kupas pernyataan "on early year" tersebut; "Otak, Perut, Dompet". Ini nampaknya bukan sebuah visi misi ya, tetapi hanya statement yang bisa jadi menggiring kita kepada visi dan misi si pembuat statement.

Otak. Dalam KBBI otak adalah benda putih yang lunak terdapat di dalam rongga tengkorak yang menjadi pusat saraf. Otak juga merupakan struktur pusat pengaturan yang memiliki volume sekitar 1.350cc dan terdiri atas 100 juta sel saraf atau neuron. Wow banget kan!!! Coba kalo manusia tidak memiliki benda ini, bayangkan deh! Semua manusia akan menjadi robot. Tentu ini sulit dibayangkan.

Jadi, menurut saya sesuatu yang luar biasa jika ada manusia (kepala daerah) yang masih peduli dengan otak manusia-manusia lainnya (rakyatnya). Tentu cara yang ditempuh bukan hanya dengan mendikte rakyat. Jalur pencerdasan yang realistis, tentu yang paling utama, bukan pencerdasan yang teoritis. Nanyain moral dan ahklak--> cek folder otak, masih waras nggak?

Perut. Perut lapar, akan memicu pelemahan otak dalam berpikir;malas. Perut kenyang, akan menyebabkan mata ngantuk;malas juga. Lalu, apa solusinya? Ya, ngisi perut secukupnya, bekerja secukupnya, jangan malas. Karena kalau kesejahteraan perut terpenuhi, otak juga akan merespons dengan sejahtera.

Jalur penyejahteraan perut pun, aku rasa bukan dengan penyaluran uang sekian M per-rt/rw, emang duit nenek lu. Memberi pancing akan lebih manusiawi daripada memberi ikan. Rakyat akan "kebergantungan".

Dompet. Isi perut biasanya tergantung isi dompet. Kalo dompet kempes, perut tak sejahtera, otak pun jadi malas berpikir cerdas. Tapi, karena posisi dompet ini di poin terakhir, jadi otak dulu yang harus cerdas. Cerdas dalam bertindak dan bekerja tentunya. Kalo hanya belajar moral dan ahklak, keluarga adalah lembaga empunya, bukan kepala daerah.

Aku rasa konsep otak, perut, dompet ini realistis. Se-realistis konsep Karl Marx tentang Kesadaran dan cita-cita; bahwa hidup rohani masyarakat, kesadarannya, agamanya, moralitasnya, nilai-nilai budayanya, hanya bersifat sekunder, karena hanya menungkapkan keadaan primer (struktur kelas dan pola produksi).

Kesejahteraan tidak akan terwujud dengan mendengarkan teori-teori tanpa wujud yang aplikatif. Menina-bobokan rakyat, itu sama saja mengurung rakyat pada zona nyaman.

Hal ini tentunya kembali ke pribadi rakyatnya masing-masing. Marx juga berpendapat bahwa cara manusia berpikir ditentukan oleh cara ia bekerja. Bekerja: Otak cerdas, perut sejahtera, dompet pun senyum.

@nikodemus niko


Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment