Friday, December 9, 2016

Starbucks, McDonald, dan Omong Kosong Boikot

DUNIA HAWA - CEO Starbucks menyatakan dengan tegas dukungannya terhadap LGBT. Di Indonesia beredar meme fitnah seakan CEO Starbucks menolak orang-orang yang tidak mendukung LGBT untuk masuk ke gerai-gerainya. Meme ini adalah usaha setengah putus asa untuk mengajak orang memboikot Starbucks. Putus asa karena ajakan terang-terangan tidak pernah berhasil. Melalui meme itu hendak dibangun citra bahwa Starbucks memusuhi non-pendukung LGBT.


Setiap tahun ada berapa kali ajakan untuk memboikot produk tertentu? Amunisi yang paling laris adalah anti-Israel. Setiap kali kekisruhan Israel-Palestina memuncak, maka orang-orang marah, lalu mengajak untuk memboikot produk-produk yang dituduh mendanai Israel. Benarkah produk-produk itu mendanai Israel? Mungkin saja. Banyak pihak menyumbang ke Israel, baik untuk kemanusiaan, maupun berupa bantuan untuk tujuan militer. Tapi itu tadi, statusnya mungkin saja. Karena kita tidak pernah benar-benar tahu bagaimana faktanya.

Tapi itu tadi. Ajakan boikot itu tidak pernah efektif. Hari-hari ini gerai Starbucks di depan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi sepertinya tetap dipenuhi oleh antrian pembeli. Demikian pula ribuan gerai lain di berbagai negeri muslim. Sama halnya, gerai-gerai produk lain seperti McDonald, Coca Cola, KFC, dan sebagainya tetap ramai di tengah ajakan boikot itu.

Kenapa ajakan boikot tidak pernah efektif? Alasan pertama, mungkin karena yang ingin memboikot memang hanya segelintir orang. Adapun sebagian besar umat Islam tidak peduli dengan ajakan itu.

Lagipula, produk-produk yang mau diboikot itu memang diperlukan. Ada banyak orang yang perlu dengan produk-produk itu sehingga tetap membelinya. Bahkan mungkin yang mengajak boikot itu sendiri diam-diam juga tetap membeli.

Menarik untuk diperhatikan bahwa produk-produk ini bukanlah kebutuhan primer, meski wujudnya adalah makanan dan minuman. Ini hanyalah produk-produk gaya hidup. Dengan produk-produk ini orang-orang sedang menyatakan status sosial mereka, bahkan nilai hidup mereka.

Apa artinya? Orang-orang yang membeli produk-produk ini sebenarnya sedang menyatakan bahwa gaya hidup mereka lebih penting daripada “Islam”. Sengaja saya beri tanda petik pada kata Islam dalam kalimat tadi. Islam dalam tanda petik itu adalah Islam seperti yang dianjurkan oleh kalangan penganjur boikot.

Nah, siapa para penganjur boikot itu? Mereka biasanya orang-orang yang ingin agar negara diatur dengan syariat Islam. Tidak sedikit di antaranya pendukung gagasan khilafah. Tentu saja mereka tidak peduli pada hak-hak individu, karena bagi mereka tidak ada hak atau kebebasan individu dalam Islam. Atas nama Islam mereka ingin mengatur urusan orang lain,  termasuk cara berpakaian, bahkan urusan senggama orang lain.

Tapi di atas itu semua, karakter terpenting mereka adalah hipokrit. Itu tadi, ada yang diam-diam membeli juga produk yang mereka kampanyekan untuk diboikot. Atau, mengajak boikot suatu produk tapi tetap memakai produk lain yang punya sifat yang sama dengan yang diboikot.

@hasanudin abdurakhman, phd


Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment