Wednesday, November 30, 2016

Begini Pembelaan Ahmad Dhani Mengenai Tuduhan Hina Jokowi

DUNIA HAWA - Ahmad Dhani sempat mengeluarkan perkataan kontroversialnya saat orasi dalam unjuk rasa 4 November lalu. Sepertinya semua pembaca sudah tahu apa isi orasinya. Buntut dari perkataan tersebut membuat Perwakilan Laskar Rakyat Joko Widodo (LRJ) dan Pro Jokowi (Projo) melaporkan Dhani karena diduga melecehkan kepala negara dan menyerahkan bukti visual berupa video.


Namun Dhani mengatakan dia tidak bermaksud menghina Presiden Joko Widodo. Menurutnya, unjuk rasa itu bertujuan meminta pemerintah menuntaskan proses hukum terhadap Gubernur nonaktif DKI Ahok terkait dugaan penistaan agama Islam. Ditemani oleh wakil ketua DPR Fadli Zon, Ahmad Dhani mengatakan orasinya justru bertujuan mengedukasi peserta. “Saya ingin bilang ****** tapi tidak boleh. Saya ingin bilang **** tapi tidak boleh,” katanya saat mengulangi petikan orasinya. Ia mengaku ingin mengedukasi massa demonstran yang berteriak melontarkan hinaan kepada Jokowi. Ia menyebutkan orasinya hanya untuk mengingatkan orang-orang di bawah podium untuk tidak berkata seperti itu.

Saya PAUSE sebentar.

Saya sempat bingung membaca statement ini. Saya sempat berpikir cukup lama bagaimana statement tersebut bisa mengedukasi masyarakat. Saya juga sudah melihat videonya, dan terus berpikir dengan cara seperti apa pernyataan tersebut bisa memberikan sebuah pelajaran. Apakah dia ingin memberi edukasi dengan menghina Presiden, lalu lantas diproses hukum, sehingga semua orang bisa melihat dan tahu beginilah akibatnya kalau menghina kepala negara? Mungkin pembaca bisa membantu saya memberikan opini untuk ini.

Lebih lanjut lagi, Dhani tidak akan tinggal diam dan akan melakukan perlawanan jika pada akhirnya ditetapkan sebagai tersangka. Salah satu faktornya adalah dia sempat dihubungi ahli pidana yang diperiksa penyidik, dan menurut ahli tersebut pernyataan Dhani tidak mengandung unsur pidana. Selain itu Fadli Zon juga membela Dhani dengan mengatakan, “(Dhani) tidak sebut nama, Presiden mana, Presiden Zimbabwe atau Presiden Kuba? Secara pidana itu tidak ada. Tidak perlu ada kriminalisasi terhadap kasus seperti ini.”

Saya STOP di sini.

Saya tidak akan men-judge apa yang dilakukan Dhani karena saya bukan Hakim atau Jaksa. Biarlah ini menjadi urusan pihak kepolisian. Sekarang saya akan membahas pelajaran penting di balik ini. Kita tutup pembahasan mengenai dia.

Andaikan saya melontarkan hinaan kepada Presiden seperti itu, apakah itu etis? Jika saya tanyakan kepada para pembaca, saya yakin semua akan menilai saya keterlaluan atau salah besar. Hinaan, apalagi kepada seorang Presiden tentunya sangat tidak sesuai dengan norma-norma adat ketimuran. Bahkan setahu saya, orang barat saja tidak sembarangan mengeluarkan statement berupa hinaan dengan kata-kata kasar pada kepala negara.

Presiden adalah seorang kepala negara. Kita sebagai warga negara ibarat anak yang sesudah seharusnya menghormati kepala negara yang dalam hal ini ibarat orang tua kita. Anak seperti apa yang memaki orangtuanya sendiri, apalagi di depan umum dan dilihat banyak orang? Seburuk apa pun seorang Presiden, toh beliau dipilih oleh lebih dari sebagian besar rakyat Indonesia. Mau mengkritik diperbolehkan. Negara tidak melarang seseorang untuk berunjuk rasa, mengkritik pemerintah dan menyampai aspirasi. Mengkritik silakan, tapi kalau memaki-maki dan mengatai dengan kata-kata kasar? Jujur saja, Indonesia termasuk negara yang memberikan kebebasan bagi warganya untuk menyatakan aspirasi, tapi sayangnya makin hari makin parah dan menjadi-jadi. Bebas malah disalahartikan bisa sesuka hati seolah Indonesia adalah milik sendiri. Mungkin hanya Indonesia satu-satunya negara di mana warganya bisa bebas sesuka hati mem-bully, mencaci, bahkan menghina Presiden. Di negara lain kita tidak bisa bebas seperti itu. Bahkan di beberapa negara, kalau kita menghina dan memaki kepala negara, kita akan babak belur bahkan lenyap dari peredaran Bumi.

Bagaimana kalau hal-hal seperti ini terdengar oleh dunia internasional? Bukankah yang malu adalah diri kita sendiri. Tentu saja akan timbul opini bahwa pemerintah kita memble, tidak berwibawa dan dijadikan bulan-bulanan warganya sendiri. Bagaimana kalau kita keluar negeri, lalu ditanya di mana kita berasal dan kita menjawab Indonesia, mereka akan teringat seperti ini, “Oh, Indonesia, ya? Yang Presidennya sering di-bully dan dihina itu, kan?” Bagaimana perasaan kita? Yang malu juga kita sendiri.

Hal seperti ini pasti akan menyebar dengan mudah, bagaimana kalau hal-hal seperti ini dipelajari anak-anak? Mereka sedikit banyak pasti akan berpikir bahwa menghina kepala negara adalah wajar-wajar saja. Seperti itukah edukasi yang ingin kita berikan? Kalau TIDAK SUKA pada Presiden, silakan kritik, silakan unjuk rasa. Kalau SANGAT TIDAK SUKA, jangan pilih lagi pada Pilpres berikutnya. Tapi tolong jangan pakai makian dan lontaran kata-kata kasar.

Bagaimana menurut Anda? Silakan beri komentar!!
(Perbedaan pendapat adalah hal biasa. Jika tidak setuju, mari berdebat dengan sehat. Tunjukkan pada pembaca lain bahwa di Seword, perbedaan pendapat ditindaklanjuti dengan debat yang positif, membangun dan edukatif, bukan saling hujat dan caci).

Salam Entahlah,

@xhardy


Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment