Sunday, July 3, 2016

Pilih Opor Ayam atau Opor Onta?


Dunia Hawa - Kepada man-teman dan sodare-sodare ane yang mengatakan atau mengkhotbahkan atau mengfatwakan bahwa mudik itu bid'ah, lebaran itu bid'ah, mengucapkan "minal aidin wal faizin" itu bid'ah, dilarang mudik ke kampung. Mudik adalah bid'ah, dan bid'ah adalah sesat, dan kesesatan itu tempatnya di Neraka. Mudik juga tradisi "Islam Nusantara" bukan "Islam padang pasir".  

Juga antum-antum semuanye ye dengerin baek-baek: dilarang makan ketupat, dilarang makan lontong, dan dilarang makan opor ayam. Karena Nabi Muhammad tidak pernah makan ketupat, lontong, apalagi opor ayam. Jadi semua itu "bidengah", sesat, jahanam, dan karena itu haram dilakukan. Sebagaimana mudik, ketupat, lontong, dan opor ayam juga termasuk "tradisi kuliner Nusantara" yang kalian kapirkan. 

Karena dilarang mudik, antum-antum semuanye silakan menjadi "penunggu" Jakarte dan kote-kote lain. Pokoknya dilarang mudik. Kalau Anda memergoki mereka ikut-ikutan mudik, segera ditangkap dan dilaporkan ke yang berwajib (siapa ya yang "berwajib" itu? Banser kali he he). 

Jika Anda memergoki mereka makan ketupat, lontong, atau opor ayam juga segera difoto dan direkam lalu di-upload di You Tube dan medsos. Kemudian Anda perhatikan dengan seksama bagaimana ekspresi wajah mereka saat makan ketupat, lontong, dan opor ayam yang mereka bid'ahkan itu. Keenakan atau tidak? 

Selanjutnya, setelah direkam, Anda sodorkan ke mereka "makanan Sunah Nabi", yaitu korma dan roti sambil bilang: "Ikhwan/ukhti, maap ye lontong, ketupat dan opor ayam itu bukan makanan sunah Nabi. Yang sunah Nabi itu ini nih kurma dan roti." Atau bisa juga ditambahi "opor onta". Ah, "opor onta" ruwet lagi: ontanya sunah, opornya bid'ah. Terus, gimana donk??

[sumanto al qurtuby]

Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment