HALAMAN

Wednesday, May 3, 2017

Buruh Pembakar Karangan Bunga Ahok Akhirnya Minta Maaf




DUNIA HAWA -- Di artikel saya sebelumnya, ada dijelaskan pihak kepolisian sedang mengusut insiden pembakaran karangan bunga yang melibatkan buruh pada unjuk rasa hari buruh tanggal 1 Mei lalu. Kasus ini sedang diselidiki, apakah ada unsur pidana atau apakah ada provokator yang memanas-manasi para buruh untuk membakar karangan bunga untuk Ahok-Djarot.

Dengan sok gaya, para buruh (entah siapa) membakar karangan bunga. Bunga hanya membakar, mereka juga memberi ultimatum, jika dalam 3 hari tidak segera dibersihkan, maka mereka akan membersihkan sendiri karangan bunga tersebut. Mungkin mereka merasa di atas angin karena bermodalkan massa yang banyak. Apa pun berani dilakukan dan diucapkan kalau sedang ramai. Masalahnya beranikah kalau hanya seorang diri dan berkoar-koar seperti itu?

Rasanya tidak. Karena menurut Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) DKI Jakarta Jupan Royter mengatakan buruh yang melakukan pembakaran telah meminta maaf. Mereka yang melakukan pembakaran tergabung dalam Federasi Serikat Pekerja Logam Elektronik dan Mesin (FSP LEM). “Ketua FSP LEM-nya sudah minta maaf,” kata Jupan.

Baru juga sehari, sudah minta maaf. Apa karena ketakutan diusut kasusnya? Makanya jangan kebablasan, mentang-mentang bermodal massa yang banyak lantas merasa kuat dan tak tertandingi. Berani karena ramai, gemetar karena sendirian. Hanya karena emosi dan benci pada Ahok, bunga yang tidak salah pun jadi korban pembakaran. Ngamuk-ngamuk padahal saat hujan, mereka malah menggunakan papan bunga untuk berlindung. Dasar tidak tahu diuntung. Lihat foto di bawah.


Begitulah kalau orang kalap yang hanya main emosi semata tanpa mempertimbangkan logika berpikir yang benar. Demi menuntut hak, ditambah dengan kebencian karena hak tak kunjung dikabulkan, emosi pun meledak. Garang, merasa kuat, bahkan main paksa dan intimidasi seolah tidak ada bedanya dengan sifat barbar. Begitu kasus mau diusut dan mau diciduk, mewek dan segera minta maaf. Begitu mudahnya orang bertransformasi dari macan kelaparan menjadi macan ompong kalau sudah kalah gertak.

Jupan mengatakan alasan pembakaran disebabkan karena buruh merasa kecewa terhadap Basuki dan Djarot karena urung meningkatkan upah. Sebelumnya para buruh mengaku sengaja membakar karangan bunga karena kesal dengan kebijakan Ahok-Djarot. “Karena UMP tidak naik-naik sampai sekarang. Kita mau lihat bagaimana sikapnya. Ini simbol sebagai bersih-bersih,” kata Sekjen Federasi Serikat Pekerja Logam Elektronik dan Mesin (FSP LEM) SPSI Idrus.

Dikatakan olehnya pembakaran karangan bunga adalah bentuk kekesalan para buruh yang upahnya tidak kunjung dinaikan oleh pemerintahan Ahok-Djarot. Terlebih, upah di Jakarta lebih rendah bila dibandingkan dengan daerah lainnya. “Ini kekesalan kami yang selama ini tuntutan kami tak didengar, masa kalah dengan Bekasi, Karawang, Cikarang,” ujar dia.

Ini juga namanya tak tahu bersyukur. Upah di DKI Jakarta termasuk tinggi dan lebih tinggi dari daerah lainnya di Indonesia. Jadi maunya upah paling tinggi se-Indonesia? Permintaan macam apa itu? Maunya gaji paling tinggi, fasilitas terbaik, dan main ancam-ancam kalau tidak terpenuhi. Kalau tidak senang, sebentar lagi Anies-Sandi akan menjabat. Suruh aja mereka yang urus, saya mau lihat sejauh apa kenaikan upah buruh. Lagian buruh yang tergabung dengan FSP LEM SPSI telah melakukan kontrak politik dengan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta terpilih Anies-Sandi. Bahkan, kontrak politik itu ditandatanganinya pada saat masa kampanye berlangsung. Menurut mereka Anies sudah janji tidak gunakan PP 78.

Kalau sudah begitu, tidak ada alasan lagi bagi buruh menuntut ini itu pada Ahok. Lagipula sejak kapan Ahok jadi bos perusahaan yang bisa seenaknya naikkan upah? Semua harus diperhitungkan matang-matang, dan menguntungkan kedua belah pihak. Buruh maunya menang sendiri tanpa melihat sisi dari perusahaan atau pabrik. Para buruh mungkin tidak tahu negara tetangga seperti Vietnam sedang menjadi incaran banyak investor karena berbagai kebijakan yang menguntungkan. Maka jangan heran kalau nanti perusahaan dan pabrik pada pindah ke sana, karena buruh di sana tidak banyak ngoceh seperti di sini, juga tidak seperti anak-anak yang kalau tidak dipenuhi keinginanannya, langsung main kasar.

Mereka berharap pada Anies mengenai ini? Menurut saya ini lucu, dan ujung-ujungnya mereka bakal gigit jari kecewa. Para buruh datang dengan mindset gaji/upah bisa naik terus tanpa batas. Sejauh apa gaji buruh, ditambah lagi keinginan mereka yang minta ini itu seolah mereka ini direktur atau CEO yang harus diberi banyak fasilitas? Perusahaan nothing to lose, kalau sudah tidak sanggup, paling pindah ke kota atau negara lain. Selesai. Buruh? Silakan jadi pengangguran. Salah siapa?

Bagaimana menurut Anda?

@xhardy


SHARE ARTIKEL INI AGAR LEBIH BANYAK PEMBACA

No comments:

Post a Comment