Penyakit kaki gajah atau elephantiasis atau
filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria.
Ada tiga jenis cacing filarial antara lain Wuchereria Bancrofti, Brugia malayi dan Brugia Timori.
Parasit-parasit tersebut masuk ke dalam tubuh manusia melalui gigitan
nyamuk dan menjadi cacing dewasa di dalam kelenjar getah bening
(kelenjar limfe). Hal ini menyebabkan tersumbatnya aliran limfe sehingga
menimbulkan gejala bengkak (lymphoedema) yang tidak beraturan dan
nyeri. Biasanya menyerang pada kaki dan organ genital.
Infeksi ini dapat diobati dengan obat anti filarial berupa kombinasi Diethyl Carbamazine Citrat (DEC) dengan albendazole atau ivermectin dengan albendazole. Atau untuk mencegah timbulnya infeksi baru dapat diberikan Diethyl Carbamazine Citrat (DEC).
Pada
fase lanjut (fase kronis) obat-obat anti filarial kemungkinan tidak
dapat lagi digunakan untuk menyembuhkan penyakit kaki gajah secara
tuntas sehingga dibutuhkan modalitas lainnya seperti pembedahan untuk
mengatasi hidrokel, perawatan kulit dan latihan untuk meningkatkan
pengeluaran limfe dari bagian yang mengalami pembengkakan.
Keterangan gambar :
1.
Pada saat nyamuk menghisap darah, larva filaria stadium 3 masuk
(menginfeksi) ke dalam tubuh manusia melalui kulit atau luka gigitan
nyamuk.
2. Larva berkembang menjadi cacing dewasa di dalam jaringan sub kutaneus.
3.
Cacing betina berukuran panjang 40 sampai 70 mm dengan diameter 0,5 mm
sedangkan cacing jantan berukuran panjang 30 sampai 34 mm dengan
diameter 0,35 sampai 0,43 mm. Hasil perkawinan cacing dewasa
menghasilkan microfilariae yang berukuran 250 sampai 300 µm dengan
diameter 6-8 µm dan memiliki lapisan. microfilariae aktif pada malam
hari (periode diurnal). Pada siang hari, microfilariae dapat ditemukan
di darah tepi dan kadang-kadang dapat ditemukan di paru.
4. Nyamuk menghisap microfilariae sehingga masuk ke usus nyamuk.
5. Di dalam usus tengah nyamuk, lapisan pelindung microfilariae lepas kemudian bermigrasi ke otot dada nyamuk.
6. Di dalam otot dada nyamuk, microfilariae berkembang menjadi larva stadium 1
7. Dan semakin berkembang hingga menjadi larva stadium 3
8. Kemudian larva stadium 3 bermigrasi ke alat penghisap nyamuk dan dapat menular ke manusia lain melalui gigitan nyamuk.
Filariasis biasanya dikelompokkan menjadi tiga macam, berdasarkan
bagian tubuh atau jaringan yang menjadi tempat bersarangnya: filariasis
limfatik, filariasis subkutan (bawah jaringan kulit), dan filariasis
rongga serosa (serous cavity). Filariasis limfatik disebabkan
Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori.
Gejala
elefantiasis (penebalan kulit dan jaringan-jaringan di bawahnya)
sebenarnya hanya disebabkan oleh filariasis limfatik ini. Brugia timori
diketahui jarang menyerang bagian kelamin, tetapi Wuchereria bancrofti dapat menyerang tungkai dada, serta alat kelamin.
Filariasis
subkutan disebabkan oleh Loa loa (cacing mata Afrika), Mansonella
streptocerca, Onchocerca volvulus, dan Dracunculus medinensis (cacing
guinea). Mereka menghuni lapisan lemak yang ada di bawah lapisan kulit.
Jenis filariasis yang terakhir disebabkan oleh Mansonella perstans dan
Mansonella ozzardi, yang menghuni rongga perut. Semua parasit ini
disebarkan melalui nyamuk atau lalat pengisap darah, atau, untuk
Dracunculus, oleh kopepoda (Crustacea).
Selain elefantiasis, bentuk serangan yang muncul adalah kebutaan
Onchocerciasis akibat infeksi oleh Onchocerca volvulus dan migrasi
microfilariae lewat kornea. Filariasis ditemukan di daerah tropis Asia,
Afrika, Amerika Tengah dan Selatan, dengan 120 juta manusia terjangkit.
WHO mencanangkan program dunia bebas filariasis pada tahun 2020.
Sumber : WHO dan CDC