Ketika anak-anak memasuki masa sulit makan, biasanya orangtua akan
memaksa mereka makan dengan berbagai cara. Dengan alasan untuk memenuhi
kebutuhan gizi anak, tak jarang orangtua -khususnya ibu- melontarkan
paksaan dan ancaman agar anak mau menelan makanannya.
"Pemaksaan
sampai ancaman ini seharusnya tidak boleh dilakukan kepada anak, karena
akan memengaruhi perkembangan anak," ungkap pakar nutrisi dan diet dari
komunitas Sehati, Emilia Achmadi, MSc, saat talkshow
Enfagrow di fX, Jakarta, beberapa waktu lalu. Menurut Emilia, ada
beberapa kategori yang tergolong sebagai bentuk pemaksaan kepada anak
agar mereka mau makan (dan sebaiknya tidak dilakukan):
1. Memberi makanan sebagai hadiahDalam
kategori ringan, orangtua akan memberikan berbagai iming-iming agar
anak mau makan. "Misalnya, kalau mau makan maka mereka akan mendapat
cokelat, es krim, dan aneka makanan lainnya," tambahnya. Meskipun anak
sebenarnya tidak mau makan, namun reward yang ditawarkan akan membuat mereka mau makan demi mendapatkan makanan yang disukainya.
Meski
proses iming-iming ini akan membuat anak mau makan saat itu, namun akan
selalu tertanam dalam pikiran anak bahwa setelah makan mereka akan bisa
menyantap makanan apa saja yang mereka inginkan. Parahnya lagi, mereka
akan beranggapan bahwa makanan reward ini boleh dimakan
sebanyak-banyaknya karena mereka sudah makan nasi. Efek yang paling
parah, mereka tidak bisa mengontrol asupan makanan ke dalam tubuh, dan
berakhir dengan obesitas.
2. Menakut-nakuti anakDalam
kategori ini, orangtua akan mengancam anak-anaknya untuk mau makan.
Biasanya mereka akan mengancam dengan berbagai hal yang tidak disukai
anak. Padahal, keengganan anak untuk makan pasti ada sebabnya. Bisa jadi
makanan yang disediakan kurang enak dan kurang menggugah seleranya.
Namun, biasanya orangtua lebih mementingkan agar makanan yang bergizi
ini disantap habis oleh sang anak.
"Yang tak kalah penting dari
rasa dalam sepiring makanan adalah tampilannya, khususnya untuk anak.
Dengan tampilan yang menggugah selera, anak pasti akan lebih bersemangat
untuk makan," ungkap Executive Chef The Dharmawangsa Hotel, Vindex
Tengker, dalam kesempatan berbeda.
Proses
menakut-nakuti agar anak mau makan ini bisa mengakibatkan dampak
psikologis berupa serangan anoreksia dan bulimia pada anak. Karena
"proses" makan yang mereka lakukan ini hanya dilakukan untuk
menyenangkan orangtuanya saja, tanpa perlu dicerna lebih lanjut di dalam
perutnya. Bukan tak mungkin anak akan memuntahkan kembali makanan
tersebut ketika orangtuanya tidak memperhatikan mereka lagi.
3. Mengancam
Kategori yang paling parah adalah ketika orangtua mulai mengancam anak-anaknya agar mau makan. Misalnya jika anak tidak mau makan, si ibu tidak mau bicara dengannya, anak akan ditinggal sendirian, atau akan dipukul saat tak mau makan, dan lain sebagainya. Proses ancaman ini ketika dilakukan dalam jangka waktu yang lama terbukti bisa menimbulkan trauma tersendiri dalam diri anak. "Mereka akan mengalami sentimen negatif pada makanan," tukas Emilia.
Kategori yang paling parah adalah ketika orangtua mulai mengancam anak-anaknya agar mau makan. Misalnya jika anak tidak mau makan, si ibu tidak mau bicara dengannya, anak akan ditinggal sendirian, atau akan dipukul saat tak mau makan, dan lain sebagainya. Proses ancaman ini ketika dilakukan dalam jangka waktu yang lama terbukti bisa menimbulkan trauma tersendiri dalam diri anak. "Mereka akan mengalami sentimen negatif pada makanan," tukas Emilia.
Sentimen negatif ini akan berakibat pada adanya
rasa takut terhadap makanan, sehingga ketika tiba saatnya makan mereka
akan selalu terbayang pada ancaman yang diberikan orangtuanya. "Ada rasa
depresi ketika melihat makanan, dan akhirnya makan hanya karena takut
akan ancaman orangtuanya. Ini sangat berbahaya," jelasnya.
sumber :
buka juga yang ini :