HALAMAN

Sunday, May 14, 2017

Memahami Sikap Jokowi yang Seorang Muslim Terhadap Kasus Penodaan Agama



DUNIA HAWA - Banyak analisa politik dipaparkan oleh teman-teman.

Hampir semua analisa melihat dari sudut persahabatan Jokowi dengan Ahok dan situasi perpolitikan yang sedang berlangsung saat ini. Setiap saya membaca semua analisa itu, saya merasa ada sesuatu yang masih belum teriungkap. Dan semua analisa berakhir dengan pertanyaan yang sama, “Kemana Jokowi selama ini?”

Sebelum saya memaparkan analisa saya, saya ingin berbagi apa yang saya pahami dari ceramah seorang Rizieq Shihab di Mekkah.

Sebenarnya untuk saya apa yang Rizieq Shihab lakukan di Mekkah itu lebih pantas disebut “curhatan” dengan apa yang sedang terjadi pada dirinya saat ini ketibang sebuah ceramah keagamaan.

Setiap kata yang dia ucapkan adalah kebalikan dengan apa yang terjadi dilapangan. Rizieq Shihab mengatakan bahwa perlakukan Pemerintah Indonesia kepada kelompok Fundamentalis sangatlah buruk.

Rizieq menceritakan bagaimana Indonesia sekarang ini memperlakukan para ulama, para tokoh agama yang ada dalam wadah MUI yang dikerdilkan, yang dilecehkan, yang dihina-hina, lalu Pemerintah mencari kesalahan-kesahalan. Kalau tidak ada kesalahan, dibuatlah fitnah-fitnah yang bisa diterima oleh masyarakat. Rizieq mengatakan bahwa kelompok Fundamentalis mendapat perlakuan sebagai berikut di Indonesia:

1. Jangan pernah melibatkan kelompok Fundamentalis didalam mengambil kebijakan negara. Saya melihat pernyataan dia ini lucu. Yang membuat kebijakan negara itu adalah Legislatif dan Eksekutif. didalam badan Legislatif ada partai keagamaan. PKS, PPP, PKB. Kalau yang Rizieq Shihab maksud harus melibatkan ulama-ulama MUI, NU, Muhammidyah, FPI, FUI, HTI, artinya Rizieq Shihab tidak paham bahwa semua kelompok keagamaan yang saya sebutkan itu adalah Ormas! Tidak ada undang-undangnya sebuah Ormas dilibatkan dalam mengambil kebijakan negara.

2. Jangan pernah memberikan ruang kepada kelompok Fundamentalis dimedia-media resmi, media mainstream tingkat nasional. Tutup Semuanya.

3. Jangan pernah memberitakan kebaikan sebesar apapun kebaikan yang dilakukan kelompok Fundamentalis.

4. Setiap ada kesalahan sekecil apapun yang dilakukan oleh kelompok Fundamentalis, harus diviralkan harus disebarluaskan, dan harus diulang-ulang supaya itu melekat dihati masyarakat bahwa mereka adalah orang-orang yang tidak layak untuk diberikan tempat di kita punya negeri.

5. Jangan pernah sebut mereka dengan rentetan gelar-gelar akademik mereka. Hanya sebut namanya saja untuk mengopinikan dimasyarakat bahwa kaum Fundamentalis itu kuper, bodo, tidak berpendidikan.

Padahal kalau kita lihat bagaimana kelompok Bumi Datar memperlakukan Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dan pendukungnya saat ini, kelima poin diatas sudah mereka lakukan semuanya pada Ahok dan pendukungnya.

Mengapa Jokowi Diam? Kemana Jokowi Selama ini?


Analisa saya, terdapat perbedaan perlakuan yang signifikan terhadap politik yang digerakan dengan latar ekonomi dan politik yang digerakan dengan latar agama.

Ketika Buruh berdemo, sebesar apapun demo itu, pihak pemerintah bisa dengan mudah mengirimkan utusan atau bahkan Presiden sendiri bisa dengan mudah muncul dan bersuara. Memutuskan atau menerima perwakilan mereka untuk membuat sebuah kesepakatan.

Kalau suara Presiden tidak memuaskan, mereka paling akan mendemo lagi dan membuat kerusuhan, tapi ruang pribadi apalagi ruang keyakinan seorang presiden tidak akan tersentuh. Ini semua masalah bagaimana otak memutar angka.

Tapi ketika politik digerakan oleh agama, maka ini akan menjadi sangat sensitive. Kita bisa melihat dengan jelas bagaimana Panglima TNI Gatot Nurmantyo, yang seorang Muslim, begitu hati-hati menjawab pertanyaan seputar kasus penodaan agama. Begitu pula dengan Presiden yang juga seorang Muslim, dia lebih memilih untuk tidak berkomentar dan menegaskan bahwa pemerintah tidak akan mengintervensi masalah.

Dalam kasus penodaan agama ini, setiap Pemimpin baik Presiden maupun Panglima TNI atau Kapolri, mereka seperti dihadapkan pada sebuah jeopardi atau buah simalakama. Kasus yang menyangkut agama sangat amat sensitive yang bisa menjungkalkan mereka.

Sebagai pribadi, mungkin saja Jokowi ingin menyampaikan bahwa tidak ada tindakan menodakan agama seperti yang dikatakan Imam Besar Mesjid Istiqlal. Apalagi Ahok adalah sabahatnya, Jokowi kenal betul dan tahu betul siapa dan bagaimana seorang Ahok.

Kita ingat siapa yang menuntut Ahok dipenjarakan, bukan? Yaitu MUI dengan fatwanya yang kemudian dikawal oleh FPI. Sebagai umat Muslim, jika Jokowi berpendapat dengan sejujur-jujurnya, maka dia akan langsung dianggap bertentangan dengan para Ulama karena menyatakan tidak ada tidakan penodaan agama.

Kita tahu bagaimana ganasnya kaum bumi datar, seperti yang dikatakan Rizieq Shihab di poin no. 4, Harus diviralkan, disebarluaskan, diulang-ulang agar melekat dihati dan pikiran masyarakat.

Sekecil apapun komentar Jokowi, pada posisi Jokowi sebagai Presiden dan seorang Muslim, akan menghasilkan hujatan yang maha dahsyat yang akan mampu membunuh tidak hanya karier tapi juga karakter presiden seketika.

Saya yakin, sebagai sahabat dekat, Jokowi dan Ahok sudah saling memahami, saling mensupport. Saya juga pikir, Jokowi setiap hari bicara dengan Ahok. Entah itu lewah burung merpati, entah lewat angin, entah pakai kode morse atau semapur atau lewat mimpi dan do’a. Tidak selalu harus lewat telpon atau menggunakan kecanggihan teknologi dan tidak harus bertatap muka.

Ahok tidak akan setegar itu tanpa dukungan jokowi. Ibu Veronica tidak akan setegar itu tanpa dukungan Jokowi dan Ibu Iriana. Apa yang menimpa Ahok dan Ibu Veronica adalah sesuatu yang maha dahsyat beratnya. Jokowi dan Ibu Iriana adalah orang yang terpenting untuk Ahok dan Ibu Veronica diluar keluarga besar mereka.

A friend indeed is a friend in need.


Jika Ahok dihadapkan bukan pada kasus penodaan agama, walaupun jokowi yang mereka bidik, dan kasus ini murni kasus pidana, saya yakin Jokowi tidak akan ragu untuk menyatakan dukungannya pada Ahok. Jokowi cukup memperlihatkan dukungan dia pada Ahok tentang banyak hal.

Ingat apa kata Buni Yani, “Semua produk yang ada label agamanya pasti laku dijual!”


Sisi keimanan Jokowi yang akan mereka serang habis-habisnya. Mereka akan mendokrin rakyat Indonesia dipelosok yang jauh dari informasi dan teknologi dengan cara no. 4 “Setiap ada kesalahan sekecil apapun yang dilakukan oleh Jokowi, harus diviralkan harus disebarluarkan, dan harus diulang-ulang supaya itu melekat dihati masyarakat bahwa Jokowi adalah seorang Presiden yang menentang agamanya sendiri, menentang agama Islam, seorang yang munafik, seorang kafir, seorang yang membela penoda agama.

Lalu mereka akan lakukan cara no. 3 “Jangan pernah memberitakan kebaikan Jokowi sebesar apapun juga. Tutup prestasi-prestasi dan hasil kerja jokowi dengan isu bobroknya keimanan dia”

Bayangkan!!

Harus kita sadari bangsa Indonesia masih belum pintar semua. Ah, tidak usah jauh-jauh, jakarta saja yang menjadi kota termodern se-Indonesia, dengan sangat mengejutkan ternyata yang pintar hanya 43% !!!

Sementara kita tahu pergerakan gerilya pasukan kaum Onta menyusup di tengah-tengah rakyat lewat langgar-langgar, mushola-mushola, mesjid sudah tentu. Pemuda mesjid, kampus-kampus, pengajian-pengajian ibu-ibu bahkan kaum intelektual.

Jangan pernah bertanya lagi “Kemana Jokowi selama ini?”. Kalau yang dimaksud dengan “Kemana” itu Jokowi secara lahir, maka jawabannya adalah “Jokowi ada di Istana sedang bekerja”. Tapi kalau yang dimaksud “Kemana” itu secara batin, maka jabawabnya adalah Jokowi selalu ada di dekat Ahok.  Saya yakin Ahok selalu ada dipikiran dan hati Jokowi! Saya yakin Ahok selalu ada dalam setiap do’a Jokowi.

Saya tidak akan pernah lupa pertemuan saya dengan seorang sahabat yang suaminya bekerja di perusahaan minyak Indonesia. Ketika kita bicara soal kasus penodaan agama, dengan lembut dia berkomentar, “Erika kan mendukung si penista agama!”. Jujur saya merasa tertampar walaupun itu benar. Dan saya tidak mau membela diri karena akan mengorbankan persahabatan, walaupun akhirnya saya menjaga jarak dengan dia.

Dalam pikiran seorang yang mengaku lulusan S2 yang terdokrin agama, tidak ada cerita tentang keadilan, kebhinnekaan, persatuan, nasionalisme, ketika kita bicara tentang kasus Ahok dengan tuduhan menistakan agama, mereka hanya bilang, “Kita cuma mau melihat Ahok dipenjara!”

Analisa sayapun saya yakin akan ada yang memprotes dan mengaitkannya pada Ayat Al Maidah 51 tentang pemahaman larangan menjadikan kafir teman dekat. Dan saya mengatakan, pemahaman ‘kafir’ setiap mazhab itu berbeda. Buat saya Ahok bukan seorang kafir. Ini pendapat pribadi dan saya tidak akan memperdebatkannya

@erika ebener


No comments:

Post a Comment