DUNIA HAWA - Pertama-tama saya ingin ucapkan, “Selamat buat Anies-Sandi. Semoga amanah. Dan selamat buat Ahok-Djarot, kesempatan yang jauh lebih baik sedang menanti kalian.”
Iya, kalah menang bukan itu esensinya. Tapi orang jujur akan tetap berkarya dan diterima dimana saja. Mungkin sudah saatnya Ahok menjadi milik seluruh Indonesia, bukan milik DKI Jakarta lagi. Toh, ibukota negara sudah mau pindah. Ternyata wacana Jokowi untuk memindahkan ibukota negara pas di momen pilkada merupakan sebuah kode.
Jadi kemungkinan terbesarnya Ahok tetap akan berkarir di dunia politik tapi dengan peran lain. Mungkin inilah peluang-peluang untuk seorang Ahok ke depan:
1. Menjadi gubernur di ibukota negara baru
2. Menjadi menteri.
3. Menjadi gubernur di Indonesia Timur mengingat cita-cita Jokowi untuk melakukan pemerataan ekonomi
4. Menjadi wakil presiden atau pun presiden.
5. Lainnya.
Jadi Ahok kalah pun, tetap pendukungnya senang. Kenapa? Karena beliau masih bisa berkarya dimana saja. Kinerjanya sudah terbukti! Yang tanda tanya besar itu, Ahok sudah kalah pun dan pendukungnya senang-senang saja, eh malah masih ada yang tidak bahagia melihat pedukung Ahok bergembira dengan nyinyir ke sana kemari.
Tapi meski begitu, ada yang bertanya, “Mengapa Ahok bisa kalah?”
Ayo, move on-lah. Kekalahan kali ini bukanlah kekalahan segala-galanya. Karena beliau akan menang dengan cara berbeda. Sakit memang. Apalagi jika suara hati ingin memenangkan nasib warga yang kurang beruntung di Jakarta.
Tapi kita juga perlu bersikap adil, cukuplah Ahok di Jakarta selama 5 tahun sebagai ajang pembuktian apakah beliau bisa dipercayakan amanah lebih? Beliau sudah membuktikan dan seluruh Indonesia sudah menyaksikan. Jadi kemanapun Ahok ingin berkarya, beliau akan disambut dengan tangan terbuka.
Saya curiga Jokowi sudah menyiapkan rencana yang jauh lebih baik untuk Ahok. Dan Ahok sudah tahu itu. Entah apa itu. Nyata dari sikap Ahok yang santai-santai saja. Mau menang atau kalah ya tidak urus. Dan nyata dari pertemuan Ahok & Jokowi sebelum pilkada. Saya yakin ada agenda lain yang dibahas selain pelaksanaan ASEAN Games. Mencurigakan sekali ya?
Kita tidak pernah tahu apa yang disiapkan Jokowi untuk Ahok. Tapi yang pasti itu jauh lebih baik dari sebelumnya. Saya jadi penasaran, Pemirsaaa! Terlalu lama menunggu bulan Oktober usai untuk tahu semuanya. *Kepo dot com.
Ingatkan ketika Jokowi dulu terpilih menjadi presiden? Pak Jokowi berkata bahwa Jakarta akan lebih baik jika beliau menjadi presiden. Ya, kemungkinan besarnya Jakarta akan lebih baik jika Ahok berperan dalam wujud lain. Bagaimana pun, kekalahan ini merupakan hasil terbaik.
Mengapa Ahok kalah?
Bagi saya Ahok kalah karena kemampuan berpolitiknya kurang mumpuni. Terlalu ribut sehingga mudah diserang dan digoreng. Beda dengan Jokowi yang lebih banyak diam tapi mematikan. Sangat sulit menemukan titik kelemahan Jokowi. Karena keluguannya membuat orang lain garuk-garuk kepala.
Semoga ini menjadi pembelajaran buat Ahok dalam dunia politik ke depan. Dalam berpolitik yang diperlukan prinsip, “Cerdik seperti ular, tulus seperti merpati.” Memang tidak usah terlalu banyak ribut. Yang penting tujuan tercapai. Karena Ahok benar-benar menghabiskan banyak waktu untuk meladeni orang-orang yang memang sengaja mengganggunya agar tidak fokus bekerja.
Mari kita ikut bergembira untuk sebuah harapan baru yang lebih baik lagi. Kekalahan hari ini hanya merupakan kekalahan sementara. Hanya bagian dari proses sebuah kemenangan besar yang sedang menanti di depan. Karena seorang pemenang tidak mungkin akan menang terus. Tapi yang pasti ketika kemenangan berikutnya tiba, maka itu merupakan kemenangan segala-galanya.
Kemenangan isu SARA? Siapa bilang? Mungkin itu di Jakarta, tapi tidak untuk Indonesia. Lagipula memang sudah lebih baik seperti ini. Semoga ke depannya kondisi negeri ini adem ayem. Dan tetap pemerintah dan rakyat akan terus berjuang melawan tindakan radikalisme dan rasisme.
Akhir pilkada, bukanlah akhir perjuangan. Itu hanya permulaan. Karena yang terpilih masih harus terus dikawal. Jangan lupa juga jabatan adalah amanah. Kedapatan bermain-main, siap-siap menghadap KPK. Karena di atas jabatan gubernur, masih ada jabatan yang lebih tinggi. Haiiiyaaaa.
Akhir kata, kemenangan yang sejati adalah kemenangan yang tetap mempertahankan nilai-nilai luhur dan hati nurani dalam keadaan apapun itu.
No comments:
Post a Comment