DUNIA HAWA - Sindir menyindir antara Djarot dan Sandiaga memang tidak bisa di hindari lagi. Tapi ada baiknya begitu. Sindiran dibalas dengan sindiran. Dengan begitu, masyarakat DKI Jakarta jadi tahu karakter sebenarnya dari calon pemimpin yang akan mereka pilih nantinya.
Sebelumnya, Djarot yang menyindir Sandiaga karena Sandiaga meminta kepolisian menunda pemeriksaan atas dirinya pada hari Selasa (21/03/2017) kemarin untuk kasus dugaan tindak pidana penggelapan pejualan lahan di Jalan Curung Raya, Tangerang, Banten, pada tahun 2012 yang lalu dengan alasan sibuk kampanye.
“Pak Ahok itu lho setiap Selasa masih disidang, enggak pernah mangkir, taat pada hukum ya enggak,” ujar Djarot di Kebon Jeruk, Selasa (21/3/2017).
Djarot menyindir Sandiaga dengan cara membandingkan sikap Sandiaga dengan sikap Ahok yang tidak pernah mangkir dari jadwal persidangan setiap minggunya. Djarot juga menekankan bahwa padatnya jadwal tidak bisa dijadikan alasan oleh seseorang untuk tidak taat kepada hukum.
Rupanya sindiran Djarot tersebut tidak diterima oleh Sandiaga. Sandiaga juga melemparkan sindiran yang tidak kalah pedasnya.
“Ini perseteruan dua orang super kaya. Mungkin Pak Djarot enggak ngerti kasusnya, kasihan juga komentar sesuatu hal yang dia tidak mengerti,” kata Sandiaga di Recapital Building, Melawai, Jakarta Selatan, Selasa (21/3/2017).
Pedas memang pedas tapi sayang ada yang dilupakan Sandiaga. Sandiaga lupa menyindir dengan “santun” seperti jargon yang diusung oleh pasangannya yakni Anies Baswedan. Sehingga masyarakat menilai sindiran yang diutarakan Sandiaga tersebut menjadi blunder. Mempertontonkan kesombongan tidak pada tempatnya.
Apa balasan dari Djarot? Itu yang kira-kira ingin diketahui oleh masyarakat.
“Jelas saya enggak mengerti, kan bukan kami yang berseteru. Maka, supaya semua orang mengerti perseteruan dua orang super kaya itu, ya datang dong (saat dipanggil polisi),” kata Djarot di Sunter Agung, Jakarta Utara, Rabu (22/3/2017).
Nah, jawaban Djarot yang brilian ini telah “menampar” Sandiaga dengan elegan. Telak! Setelah saya telaah, ada benarnya juga apa yang dikatakan Djarot. Bagaimana kita bisa mengerti perseteruan dua orang super kaya kalau dipanggil polisi saja Sandiaga mangkir.
Kalau Sandiaga datang, nanti akan banyak mulut yang berucap “Ooo… begini toh perseteruan antar dua orang super kaya. Tidak ada jambak-jambakan rambut kayak perseteruan antar dua orang wanita”.
Secara logika, kalau Sandiaga tidak bersedia memenuhi panggilan polisi, berarti memang ada apa-apanya. kalau tidak salah, kenapa mesti takut. Iya kan?
“Berarti memang ada masalah kalau seperti itu,” ujar Djarot.
Tuh, Djarot saja berpikiran seperti orang kebanyakan.
“Saya angkat topi Pak Sandiaga sukses, punya integritas, sehingga kini menjadi pengusaha yang super kaya,” kata Djarot.
Kalau masalah Sandiaga yang super kaya, tidak cuma Djarot tapi semua orang mengakuinya. Itu adalah fakta yang tidak bisa dibantahkan lagi. Tapi mempertunjukkan kesombongan lewat sindiran, itu yang membuat banyak orang tidak berkenan.
***
Pertarungan di Pilgub DKI ini selain panas juga dipenuhi hal-hal menarik. Selalu ada hal-hal tak terduga yang terjadi. Ini bisa menjadi patokan sampingan bagi masyarakat DKI Jakarta untuk menilai siapa yang pantas memimpin ibukota untuk lima tahun kedepannya.
No comments:
Post a Comment