DUNIA HAWA - Republik Arab Suriah atau Syiria adalah sebuah negara di Asia Barat. Di sebelah Barat berbatasan dengan Lebanon dan Laut Mediterania. Utara berbatasan dengan Turki. Timur berbatasan dengan Irak. Barat daya berbatasan dengan Yordania selatan, dan Israel. Ibu Kota negara ini adalah kota Damaskus.
Kota Damaskus sudah lama dikenal sebagai kota pelajar. Dalam sejarah kekhalifahan Islam, Damaskus telah banyak melahirkan ulama besar seperti; Hafiz Abdul Aziz At-Timiy, Hafiz Abu Zar`ah tokoh hadis terkemuka Syekhul Islam Ibn Taymiah, Ibn `Asakir, Abu Syamah, Ibn Katsir, Ibn Malik, Ibn Syathir, Rashid, Ibnu Baythar dan Ibnu Nafis.
Penduduk Suriah terdiri dari berbagai etnis dan agama. Keseluruhan penduduknya berjumlah sekitar 22.500.000 Jiwa. Muslim Sunni di Suriah merupakan mayoritas. Jumlah mereka sekitar (lebih dari 70 %) atau sekitar 16,2 juta / 16.200.000 Jiwa, terdiri dari : Sekitar 59-60 % atau 13.500.000 Jiwa adalah Sunni etnis Arab, sekitar 9 % atau 2.025.000 adalah Sunni etnis Kurdi, sekitar 3 % atau 675.000 adalah Sunni etnis Turkomen.
Adapun Syi'ah di Suriah hanya sekitar 13 % atau 2,9 juta (2.925.000 Jiwa), yang terdiri dari berbagai aliran Syi'ah, antara lain Alawit, Syi'ah Itsna Asyariyah, Ismailiyah dan lainnya. Penganut agama Kristen terdapat sekitar 10 % atau 2.250.000 Jiwa, di mana mayoritas adalah Antiokhia Ortodoks, sisanya termasuk Katolik Yunani, Assyria Gereja Timur, Armenia Ortodoks, Protestan dan lainnya.
Dan terakhir adalah penganut Druze, yaitu sekitar 3 % atau 500.000 jiwa terutama di daerah selatan Jabal al-Druze. Al-Dzarazi, sebuah komunitas keagamaan di Timur Tengah.
Kini, penduduk Suriah juga merasakan beratnya hidup di bawah dua rezim diktator yang kekejamannya menyamai Namrudz dan Fir’aun. Selama lebih dari 40 Tahun, penduduk Suriah di bawah rezim Asadain (dua Asad), Hafidz Asad dan Basar Asad. Selama masa itu, berbagai penderitaan melanda mereka.
Hingga kini tidak kurang dari 4 juta warga Suriah mengungsi ke negeri Tetangga. Libanon, Yordania, Turki hingga ke Eropa, seperti Islandia dan Yunani. Puncaknya, masyarakat dunia ditarik perhatiannya pada Alain Kurdi. Sosok balita yang ditemukan di pinggiran Pantai Turki dalam keadaan tidak bernyawa.
Konflik Suriah tumbuh semenjak protes kebangkitan dunia Arab (pemberontakan Arab) tahun 2011, dan meningkat ke konflik bersenjata untuk memprotes dan menekan pengunduran diri Bashar al-Assad dari bangku pemerintahan Suriah.
Konflik yang terjadi di Suriah merupakan Propaganda yang dibuat oleh AS dan Israel. Sudah bukan rahasia lagi, rezim Assad Suriah adalah sekutu kuat Rusia selain Iran di Timur tengah, dan dalam upaya melemahkan Suriah, Amerika Serikat tidak segan-segan memberikan pendanaan yang besar dan persenjataan kepada Teroris Al-Qaeda yang dikemas menjadi “Pemberontak Suriah Penjuang Demokrasi”.
Dunia juga telah mengetahui bahwa pemberontak Suriah tidak lain adalah teroris Al-Qaeda sejak tahun 2012. Al-Qaeda membentuk Al-Nusra Front, sayap militer khusus untuk memerangi rezim Assad sejak 23 Januari 2012.
Menurut Prof. Dr. Seyyed Mofid Hoseini dalam kuliah umum di Auditorium SPS UIN Jakarta, pada hari Selasa (18/10), Konflik Suriah adalah propaganda yang dibuat oleh Israel dengan bantuan Amerika Serikat. Bentuk propaganda yang dilakukan oleh Israel dan As mengatakan bahwasannya konflik Suriah adalah konflik Sunni dan Syi’ah.
Media-media Baratlah yang menyebarkan propaganda. Mereka menggiring opini masyarakat dunia bahwa pertikaian yang terjadi di Suriah adalah konflik Sunni- Syi’ah. Kenyataannya di Suriah, di bawah kepemimpinan Bashar al-Assad, pemeluk berbagai aliran agama di Suriah dapat hidup rukun dan saling menghormati satu sama lain.
Menteri Penerangan Suriah, Omran Ahed al-Zouabi menegaskan di Suriah tidak terjadi konflik Sektarian (konflik Agama karena perbedaan kelompok dan Politik). Suriah terkena serangan teroris dan itu dipimpin oleh ISIS, Nusra, Jaiz Islam dan banyak lagi nama yang masih bersangkutan dengan al-Qaeda. Selain hal itu, Suriah juga mendapatkan tekanan politik dan ekonomi. Suriah di embargo oleh Amerika, negara-negara Eropa maupun Arab.
Sementara itu, ketua Ikatan Ulama Suriah, Dr Taufiq Ramadhan al-Buthi mengatakan media-media Barat memfitnah Suriah dengan melaporkan pemberitaan yang tidak sesuai dengan keadaan Suriah. Beliau mengatakan “Mereka melakukan propaganda karena mereka ingin menghancurkan Suriah. Al-Jazeera dan TV Arabiya berhasil memberitakan kondisi Suriah yang tidak sebenarnya. Kedua Stasiun TV tersebut masing-masing dimiliki oleh Qatar dan Saudi Arabia”.
Lebih lanjut beliau menbuktikan “Contoh pemberitaan Al-Jazeera yang tidak seimbang. Waktu itu saya mengajar di Universitas Damaskus. Saat pulang saya ditanya putra saya mengenai apa yang terjadi di kampus katanya ada demo besar. Saya jawab tidak ada demo besar hanya ada 35 siswa yang demo. Sedangkan semua mahasiswa ada 30 ribu orang”.
Semua tragedi yang terjadi di Suriah adalah propaganda Barat untuk mendukung cita-cita berdirinya negara Israel yaitu mewujudkan Israel Raya di Timur Tengah. Sesungguhnya proyek Israel raya ini sudah terbentuk jauh sebelum negara Israel terbentuk, dan proyek Israel Raya ini benar-benar dilaksanakan semenjak Israel meminta tanah di Palestina dan PBB meng-amininya pada tahun 1948.
Propaganda Barat (AS) dan Israel ini telah melahirkan penderitaan bagi bangsa Suriah. Ratusan ribu jiwa rakyat sipil melayang terjepit ditengah penanganan dingin dan kejamnya rezim Assad dan kebiadaban teroris pemberontak yang melakukan pembersihan etnis dan genosida, sebuah tragedi kemanusiaan yang belu terlihat tanda-tanda akan usai.
Oleh karena itu, Konflik yang terjadi di Suriah dan Timur Tengah tidak pernah benar-benar karena Agama. Mungkin bisa disimpulkan, Agama dijadikan kedok, menimbang begitu banyaknya aspek dan kepentingan yang memutar “roda darah” konflik Timur Tengah.
Bagi kita penikmat media massa, mulailah kritis menyerap setiap berita yang kita terima. Bagi kita sebagai seorang muslim, jika perang sudah terjadi di bumi Syam (Syiria, Yordania, Palestiana dan Libanon), suatu bukti nyata bahwa dunia sudah diujung kehancuran, akhir zaman hanya menunggu waktu.
No comments:
Post a Comment