HALAMAN

Thursday, January 12, 2017

Denny Siregar ; Oprasi Senyap Pak Jokowi


DUNIA HAWA - Sejak lama Jokowi paham bahwa ia akan banyak digoyang, terutama ketika ia harus memberantas banyak mafia yang sudah puluhan tahun berkuasa.


Dan ada satu waktu ia harus menghadapi gejolak besar yang memanfaatkan umat Islam untuk berhadapan dengannya. Karena itu ia harus mengambil langkah langkah penting dalam keputusan strategisnya.

Pertama, angkat Tito Karnavian sebagai Kapolri. Tito ini sangat strategis karena ia sangat paham gerakan Islam radikal global dan lokal. Track record Tito sejak awal memang spesialisasinya disana..

Ketika saat Jokowi digoyang dengan masuk melalui pintu penistaan agama oleh Ahok, maka kita bisa melihat betapa strategisnya peran pak Tito. Jika bukan beliau Kapolrinya, entah gimana situasi sekarang..

Kedua, bungkam aktor-aktor dibelakang layarnya. Cara membungkam aktor itu bukan dengan main tangkap dan penjarakan, karena itu akan memunculkan kediktatoran baru. Tapi cukup panggil mereka dan shock therapy dengan tuduhan makar.

Lihat kan sekarang, sudah pada bungkam? Mulai dari Rachmawati sampai Ahmad Dhani sudah tidak lagi berani berkoar. Mereka tiarap semua. Perhatikan juga, kemana sekarang Fadli Zon dan Fahri Hamzah yang dulu sempat berkibar?

Ketiga dan ini yang paling penting, bunuh karakter para tokoh penggerak yang mengatas-namakan Islam. Pembunuhan karakter ini ada berbagai cara :

Satu, melalui persidangan Ahok. Dimana akhirnya persidangan itu membuka kedok bahwa mereka yang mewakili saksi itu ternyata bukan orang pintar.

Dan perlahan-lahan masyarakat yang kemarin terprovokasi mulai sadar bahwa mereka memihak orang yang salah. Jokowi memisahkan antara provokatornya dan masyarakat yang terprovokasi.

Kedua, laporkan mereka. Kesalahan terbesar para penggerak aksi berbaju ulama itu adalah mereka masuk perangkap strategi pemerintah. Pemerintah seakan terlihat tak berdaya dan membiarkan mereka. Dengan begitu mereka -seperti balon yang ditiup- akan membesar.

Seperti balon, jika mereka dipaksa diledakkan tentu efeknya adalah kerugian. Makanya, mereka tidak ditangkap karena jika ditangkap bukan dengan cara dan waktu yang tepat, tentu mereka akan menjadi pahlawan.

Caranya, kempeskan pelan-pelan. Habib Rizieq yang tadinya bermimpi jadi Imam besar, sekarang panik menghadapi banyak laporan mulai penistaan Pancasila, ceramah agama, lambang di mata uang dan laporan masyarakat Sunda yang merasa terhina.

Tanpa disadari musuhnya, Jokowi membelah satu persatu kekuatan besar itu menjadi kepingan kecil yang tak berguna. Masih ingat tragedi Koalisi Merah Putih yang sekarang tanpa nama?

Pola perang Jokowi ini seperti sudah menjadi ciri khasnya. Sama seperti ia memindahkan PKL di Solo dengan tenang. Sama seperti ketika ia menyelesaikan kisruh KPK VS Polri jilid 2.

Sama seperti ketika ia memisahkan Rizal Chalid dan menyingkirkan Setnov dari kursi ketua DPR lalu mengakuisisi Golkar dan menjadikan partai yang dulu musuh besarnya itu menjadi bagian dari koalisinya.

Jokowi tipikal pembunuh senyap. Ia membiarkan orang meremehkannya, padahal disitulah sebenarnya kekuatannya.

Jika ia seorang ninja, ia tidak membunuh dengan samurai, tetapi dengan racun yang disiapkan. Ia bersahabat dengan mereka, membiarkan mereka mentertawakannya, dan tanpa sadar musuhnya mati dengan penuh kebahagiaan karena mengira sudah berhasil mengalahkannya.

Dia orang Solo, itu yang banyak orang lupakan. Ia ramah ketika orang baik padanya, dan ia tetap ramah ketika orang jahat padanya. Jokowi adalah gabungan dari visi Soekarno dan kecerdikan Soeharto dalam memerintah.

Dalam bidak catur, ia bukan raja. Karena ia tahu, raja hanya bisa berjalan selangkah, berat dengan kedudukannya. Ia menempatkan diri sebagai kuda, karena kuda mampu bergerak tanpa ada yang menghalangi jalannya. Kuda juga dianggap bukan bidak yang terkuat, karena itu ia tidak pernah menjadi ancaman nyata.

Itulah kenapa setiap main catur, pasti yang pertama kali saya incar adalah sepasang kuda. Gabungan mereka berdua itu sungguh mengerikan.

Sekarang kuda Jokowi sudah melangkah maju ke pertahanan lawan. Dan raja gendut, gempal, besar dan lamban itu sedang gemetar ketakutan karena posisinya sedang diincar.

Itulah awal dari kata, "Sampai lebaran kuda!!".

Semoga sejarah kata lebaran kuda ini bisa dimuat di Wikipedia atau situs "Did you know?".

Saya itu bingung, entah mau seruput atau mau ketawa.

@denny siregar


No comments:

Post a Comment