DUNIA HAWA - Tampan, gagah, berkarir di militer adalah model pemimpin yang selalu menjadi acuan pada masa lalu.
Dan disanalah pak SBY menang, ketika pilpres 2004 masuk dan menyalip lawan lawan politiknya - yang pada waktu itu - rata rata orang sudah males ngeliatnya. Dia lagi, dia lagi.. gada orang laen apa?
Dan inilah yang dikerjakan oleh pak SBY sekarang. Dengan mengandalkan anaknya yang sebenarnya sedang cemerlang karir militernya, dipaksa untuk mundur supaya terjun ke dunia politik.
Dalam pandangan beliau, tidak ada calon yang kuat melawan Ahok sekarang ini. Lawan Ahok harus memenuhi ciri ciri di atas, di samping dia harus muslim tentunya. Dan yang cocok menurutnya tentulah Mayor Inf Agus Yudhoyono, anaknya.
Adakah yang salah? Tidak juga. Tidak ada yang salah dalam harapan seorang bapak kepada anaknya dan tidak ada yang salah ketika seorang anak berbakti kepada kedua orangtuanya.
Agus Yudhoyono adalah lulusan terbaik Akmil, peraih bintang Adhi Makayasa. Karir ke depannya tentu cemerlang. Ia bisa menjadi Pangkostrad, Kasad sampai ke Panglima TNI AD. Kalau semakin cemerlang tentu berpeluang juga menjadi Presiden nantinya.
Tapi itu pun belum cukup ternyata, setidaknya sekarang ini. Jabatan Gubernur DKI lebih memancarkan cahaya ketika itu tersedia. "Now or never.." Mungkin begitu perintah SBY kepada putranya.
"Tidak perlu menjadi Panglima dulu, karena menjadi Presiden adalah segalanya. Ketika kamu menjadi Presiden nantinya, semua akan membayar karirmu yang hancur jalannya..."
SBY bertaruh sangat besar disini begitu juga Agus. Kalau Agus menang menjadi Gubernur, maka impian sang bapak -ditunjang dengan fasilitas dan uang - supaya dinastinya kembali menduduki jabatan, akan semakin dekat. Tetapi kalaupun gagal, Agus tidak perlu khawatir. Ia tidak perlu seperti Norman Kamaru yang akhirnya jualan mie ayam. Tujuh turunan sudah terpenuhi semua kehidupannya.
Agus memang harus dinaikkan sekarang, karena jika menunggu karir militernya nama SBY bisa hilang. Ini masalah dinasti, mumpung bapak masih ada dan orang orang masih memandang bapak. SBY tentu tidak bisa berharap pada Ibas, karena Ibas tidak memenuhi kriteria tampan, gagah dan berkarir di militer. Satu kriteria yang ada pada Ibas cuman muslim, itu ajah.
Untuk Mayor Inf Agus Yudhoyono, selamat bertarung, semoga menang meski seharusnya menang itu bukan tujuan karena jabatan itu bersifat amanah bukan peluang. Yang perlu diperhatikan lagi, sekarang bukan masanya fisik menjadi andalan tetapi otak dan pelaksanaan.
Untuk mas Ibas, sabar ya... Saya yakin ini bukan karena bapak pilih pulih. Bapak pasti juga sayang sama mas Ibas, cuman memang mas agus duluan yang dimajukan. Udah ah, jangan merajuk gitu.. senyum dong.. nah gitu, yuk kita menanam pohon di Kalimantan meski banjirnya di Garut dan Sumedang..
Untuk bang Ruhut...
Ah, macam mana pulak ini bang. Tak usah tertawa keras keras kali pun kau. Tak elok itu. Sini kau, bang.. maen catur dulu kita sambil minum kopi. Atau ambil dulu gitar itu, banggg.. nyanyi dulu kita keras keras..
"Buteeeeeeeetttt.. dipangungsian do amangmu ale butetttt.."
[denny siregar]
No comments:
Post a Comment