DUNIA HAWA - Coba perhatikan baik-baik ilustrasi atau "gambar kartun" di atas ini. Kemudian bernafaslah secara pelan-pelan, kosongkan pikiran dan segala perasaan yang aneh-aneh. Kita coba meditasi, bertafakur, atau mengheningkan cipta sejenak. Setelah itu mari kita pikirkan dan renungkan dalam-dalam gambar ini dengan akal sehat dan nurani yang paling dalam.
Untuk sementara hilangkan sebentar rasa amarah, emosi, dan egoisme kita. Untuk sementara hilangkan asumsi-asumsi primordial bahwa "sayalah yang paling benar, agamakulah yang paling otentik, Tuhankulah yang paling Tuhan." Untuk sementara, coba bayangkan jika "kamu" adalah "mereka". Coba bayangkan, jika "mereka" kamu tertawakan dan olok-olok. Juga coba Anda bayangkan, jika mereka menertawakan dan mengolok-olok kamu.
Jika Anda merasa sakit ketika diolok-olok dan ditertawakan, mereka juga sama. Jika Anda merasa dan bersikukuh bukan "menyembah benda mati" (apapun bentuknya: patung, batu, pohon, dlsb), mereka juga sama. Jika Anda mengklaim dan meyakini apa yang Anda sembah itu adalah "zat" yang bernama Tuhan, bukan patung, batu, pohon dan lainnya, mereka juga sama. Karena itu janganlah suka menertawakan dan mengolok-olok agama dan sistem kepercayaan orang lain.
Karena Tuhan adalah "Zat" yang "Maha Gaib", yang "Supra-natural" (Supernatural Being) sehingga "wujud"-Nya tidak bisa ditangkap oleh manusia yang merupakan "mahluk biasa" yang kotor-njetor ini, maka yang bisa mereka lakukan adalah menciptakan "simbol-simbol sakral" tertentu yang dianggap sebagai manifestasi "kekuatan supernatural-keilahian" sebagai medium untuk mengekspresikan kedekatan dan kebaktian terhadap "Tuhan" mereka.
Apakah umat Kristen, Konghucu, atau Hindu, misalnya, menyembah patung? Tentu saja tidak. Kalau mereka umat "penyembah patung", tentu semua patung mereka sembah. Tapi kenyatanya tidak. Apakah suku-suku tertentu penyembah pohon? Tentu saja tidak. Buktinya tidak semua pohon mereka sembah. Lalu, apakah kaum Muslim adalah penyembah batu hanya karena mereka sujud di depan Ka'bah? Tentu saja tidak karena memang tidak semua batu mereka "sembah."
Kenapa hanya "patung itu", "pohon itu", dan "batu itu" saja yang mereka sucikan? Kenapa? Karena pada hakikatnya bukan patung, pohon, dan batu itu yang mereka "sembah", melainkan "zat sakral" (apapun namanya) di balik patung, pohon, dan batu itu. Jadi, jangan menuduh umat lain "kafir", kalau Anda juga sebetulnya melakukan "kekafiran" yang sama. Sebaliknya, jika Anda merasa "tidak kafir" dan merasa sebagai "penyembah Tuhan", mereka juga demikian.
Karena itu marilah kita saling bersikap toleran, menghargai dan menghormati agama, kepercayaan keyakinan sesama umat manusia, bukan malah saling mencaci-maki dan menertawakan antar sesama mahluk Tuhan Yang Maha Kuasa.
Jabal Dhahran, Arabia
Prof.Dr.Sumanto al Qurtuby, MSi, MA
Staf Pengajar Antropologi Budaya di King Fahd University of Petroleum and Minerals, Arab Saudi
No comments:
Post a Comment