Dunia Hawa - Meskipun belum diberitakan secara resmi, tetapi banyak pihak sudah memberikan keterangan bahwa Santoso, gembong teroris Poso mati tertembak.
Santoso adalah jejak terakhir dari kerusuhan Poso yang di mulai sejak tahun 1998. Kerusuhan Poso yang berawal dari kesenjangan sosial, perebutan politik, distribusi ekonomi yang tidak merata akhirnya meluas menjadi kerusuhan agama, Islam vs Kristen.
Kerusuhan Poso termasuk kerusuhan terpanjang di Indonesia pasca Reformasi atau kejatuhan orde baru. Konflik yang terus menerus dipelihara oleh berbagai oknum sampai perang antar aparat, menunjukkan ketidak-siapan Indonesia dalam reformasi.
Ini juga buah kepemimpinan orde baru yang sentralistik, meninggalkan jejak kemiskinan dan kebodohan di beberapa daerah tertinggal, sehingga membangun fanatisme sempit di masing2 agama, sehingga mudah dibenturkan.
Tidak perlu melihat foto2 kejadian Poso, karena sangat mengerikan. Korban lelaki, wanita dan anak2 dgn tanpa kepala bertebaran dimana2. Saya sendiri trenyuh dan heran, kemana hilangnya kemanusiaan ? Semua menjadi binatang, menjadi predator sesama, apapun agamanya. Tidak ada lagi konsep kasih dan sayang dari mereka2 yang - katanya - berTuhankan Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Santoso, yang dulu dikabarkan sebagai seorang tukang sayur yang ramah, berada pada periode kerusuhan ini. Dendam yang dia bawa, pendidikan dan pengetahuan agama yang rendah, menyebabkan ia dan kawan2nya mudah di doktrin untuk "membela diri".
Kebenciannya meluas bukan hanya pada umat Kristen saja, tetapi sampai pada pemerintahan Indonesia keseluruhan. Ia menyalahkan demokrasi sebagai penyebabnya dan untuk itu ia ber-ilusi mendirikan negara Islam dengan menyatakan bergabung bersama Islamic State.
Ilusi yang dia tanamkan kemudian dia propagandakan dan menjadi ideologi kuatnya. Senjata yang ia peroleh terindikasi dari kumpulan senjata2 yang ditanam dan disembunyikan untuk persiapan menghadapi kerusuhan berikutnya.
Bagi sebagian kecil orang yang akalnya sekecil Santoso, ia adalah syahid dan wajib di-elukan. Lihat saja, bentar lagi beredar di timeline foto2nya dengan diiringi pekikan takbir. Manusia2 yang menggenggam agama seperti celana jeans ketat sehingga tampak tonjolan dimana2.
Santoso hanya pemain kecil yang melambung karena peran media sosial, mulai fesbuk sampai you tube. Terbunuhnya dia - jika memang benar - hanya menuntaskan sebagian kecil PR aparat di luar PR lain yang lebih besar yaitu gerakan2 radikal mengatas-namakan agama dan terbentuknya negara Islam yang dibawa organisasi trans-nasional ke Indonesia.
Salam hangat untuk pak Tito yang sudah menuntaskan sebagjan janjinya. Kerjasama Polri dan TNI yang baik memperlihatkan bahwa aparat sekarang sudah jauh lebih terkoordinasi dibandingkan ketika awal peristiwa Poso dimulai. Tidak ada yang lebih unggul di antara kedua institusi, karena kesatuan tim Tinombala diatas segalanya.
Saya harus angkat secangkir kopi untuk keberhasilan ini ? Pasti.
Semoga kisah pahit di Poso tidak terulang lagi seiring kedewasaan kita dalam menempatkan agama sebagai hubungan internal kepada sang pencipta, bukan sebagai jubah kebesaran yang harus dibanggakan kepada sesama manusia.
"Mereka yang akalnya melemah, kebanggaan dirinya menguat.. " Imam Ali as.
[denny siregar]
No comments:
Post a Comment