Dunia Hawa - Bapak Kepala BPK yang terhormat, Jangan mundur pak... Jangan pernah.
Mundur bukan budaya kita. Budaya kita adalah bertahan. Mempertahankan jabatan.
Mereka yang teriak2 mundur itu sesungguhnya tidak paham, betapa sulitnya jabatan itu diraih. Harus nyogok sana sini, jilat sini sana, sikut kanan kiri. Trus ketika semua usaha itu menghasilkan jabatan tertinggi, disuruh mundur ?? Nehi ya, nehi !! *sambil joget2 di tiang listrik*
Lalu, siapa yang bisa kembalikan semua investasi itu ? Kalian ? Kalian yang menyuruh mundur ? Wong kalian cuman bisa teriak, tapi gak memberikan solusi. Lalu bagaimana nasib istri dan anak2 kami ? Mereka sudah terbiasa dengan semua kemewahan ini. Biasa belanja di singapura, kencing di jepang, ngadem di kanada dan selfi di Italia. Bagaimana kalian bisa menjamin kami tetap bisa seperti itu ?
Anak kami pun sudah naik mobil. Rumah mereka sudah siap dengan halaman yang luas. Sekolah mereka harus internasional. Dimana muka kami kalau semua itu harus kami buang karena tidak ada lagi uang ? Kalian mau membiayai kami ?
Maaf, panutan kami bukan Perdana Menteri Islandia. Dia mah memang begitu orangnya, malu dikit mundur. Hahaha, bodoh sekali. Contohlah kami, malu bukan sifat kami. Panutan kami adalah bangsa sendiri.
Seperti Fahri Hamzah, ia panutan kami. Ia berjuang sepenuh hati demi kursi. Kursi adalah Tuhan bagi kami. Disini kami mencari makan dan semua fasilitas. Kalau itu hilang, kalian bisa jamin kami tidak stroke ? Tidak post power syndrome ? Trus bagaimana kami bisa ngomong sama tetangga dan keluarga kami ? "Eh, pak mantan pejabat..." Arrgghh.. Maaf, sekali lagi itu bukan kami. Sama sekali bukan sifat kami.
Jabatan itu bukan amanat, sama sekali bukan. Lha bagaimana bisa amanat, wong meraihnya aja ga gampang ? Jabatan itu peluang, sebuah investasi. Kalau kami kaya dari sini, kenapa juga kalian sirik ? Bilang aja kalau kalian iri ga pernah dapat apapun sebanyak kami disini.
Panama paper itu cuma kertas. Kami tidak salah ! Sama sekali tidak ! Memang kami ga boleh menyimpan uang di luar negeri ? Orang lain boleh kok kami ga boleh ? Itu kan tidak adil. Kalau nama kami tertera disana, itu artinya kami lebih kaya dari kalian. Nama disana itu kehormatan bagi kami, camkan ya...
Dan perlu dicatat, kami ini muslim. Muslim, karena kami bersyahadat. Dan muslim, mau bagaimanapun kami, tetap masuk surga. Kalian kafir, mau bagaimanapun baiknya tetap di neraka. Hei, yang muslim, sembunyikanlah aib kami... Kan tidak boleh sesama muslim membicarakan aib saudaranya ? Itu dosa, tauk... Gak takut apa ma peci kami ?
Pak Jokowi, jangan dengarkan mereka pak. Tolong hargai semua usaha kami. Bagaimana nasib kami kalau tidak duduk disini lagi ? Uang kami belum kembali... Huhuhu.. Hikss.. Srrrottt *tarik ingus*
Dasar kalian.. Sukanya ributin rejeki orang. Sukanya mem-bully orang. Ini gara2 Ahok. Semua gara2 Ahok ! Pasti dia yang membocorkan semua ini. Dia punya jaringan cina internasional yang ingin menjatuhkan kami. Panama Papers itu buatan mereka semua. Kalau mau adil, kenapa cuman Panama saja yang dibuka ? Kemana Bunama ? Naknama ? Deknama ? Kemana ? Buka saja semua ? Bukaaaaa....
Ahok, awas lu ya, kami ini pribumi, bukan primata. Jangan mentang2 elu sekarang primadona, trus pringis2. Prilaku lu itu jaga, jangan suka prikaseubeulen. Ieu kumaha ? Kumahaaa ieuu ?
Kami akhir saja surat ini. Semoga hati kalian terbuka semua. Ingatlah, pembalasan akan lebih kejam. Kusumpahi kalian yang meminta kami mundur supaya sehat semua, sejahtera semua. Kami ga mau nyumpahi kalian supaya dapat hidayah, karena semakin kalian dapat hidayah, kalian terus menyerang apa yang kami lakukan.
Ingat pepatah, "Guru kencing berdiri, murid kencing berlari". Kalian tau, kencing berlari itu susah keluarnya ? Kami sudah pernah nyoba, meleper kemana2.
Tolong pahami kami.. Kami orang susah.
Dari kami,
Pecinta JKT 48.
Yell : "JKT 48, JKT 48.. Hurreeyyy"
[denny siregar]
No comments:
Post a Comment