Ketika Anda sedang merencanakan kehamilan, atau memasuki trimester
awal kehamilan, biasanya Anda akan diminta untuk mengonsumsi asam folat.
Anda mungkin akan memilih vitamin ini dalam bentuk suplemen atau susu
khusus ibu hamil yang sudah difortifikasi folat. Sisanya memilih
mengonsumsi folat melalui bahan makanan yang segar, seperti pada sayuran berwarna hijau, biji-bijian, kuning telur, hati, ginjal, dan buah.
Namun
sebenarnya, berapa banyak sih folat yang kita butuhkan, dan apakah
folat juga dibutuhkan oleh perempuan yang lajang atau tidak sedang
memprogram kehamilan?
Untuk itu Anda perlu mengenali lebih dulu
manfaat folat, yang sebenarnya adalah vitamin B. Vitamin ini berguna
untuk setiap tahapan usia dan kehidupan kita. Seperti yang sudah Anda
ketahui, kita disarankan untuk meningkatkan asupan folat saat menyiapkan
kehamilan dan pada awal kehamilan untuk mencegah kecacatan pada otak (neural tube defects/NTD) dan sumsum tulang belakang (spina bifida) pada bayi.
Menurut Mark Lawrence, profesor di jurusan Public Health Nutrition, Deakin University, asupan harian yang kita butuhkan dari folat adalah 1000 mcg per hari. Pada perempuan yang sudah terbiasa mengonsumsi makanan yang sehat dan bervariasi, serta tidak merencanakan kehamilan, mungkin saja kebutuhan tersebut sudah mereka penuhi. Jadi, mereka tak perlu lagi mengonsumsi suplemen folat atau makanan yang difortifikasi folat. Jika tidak, ada kemungkinan kita malah kelebihan folat.
"Folat itu
memang penting untuk kesehatan, dan karena vitamin ini larut dalam air,
sebenarnya sulit untuk mengukur apakah konsumsi kita berlebihan,"
katanya. "Hanya saja karena asam folat sekarang ini sering ditambahkan
dalam banyak makanan seperti sereal, jus, roti, maupun suplemen asam
folat dan suplemen multivitamin yang mengandung asam folat, bisa saja
asupan kita jadi berlebihan."
Para pakar kesehatan pun sekarang ini mempertanyakan kewajiban fortifikasi asam folat ke dalam makanan sehari-hari, seperti susu dan roti. Karena itu, Lawrence menyarankan untuk selalu membaca label informasi nutrisi pada kemasan makanan dan suplemen yang Anda konsumsi.
Para pakar kesehatan pun sekarang ini mempertanyakan kewajiban fortifikasi asam folat ke dalam makanan sehari-hari, seperti susu dan roti. Karena itu, Lawrence menyarankan untuk selalu membaca label informasi nutrisi pada kemasan makanan dan suplemen yang Anda konsumsi.
Kelebihan
konsumsi asam folat sendiri bisa memberikan beberapa efek samping. Di
antaranya mual, kembung, dan diare, sehingga memicu terjadinya
dehidrasi. Konsumsi berlebihan juga bisa menimbulkan perubahan suasana
hati, seperti gelisah, bersemangat, bingung, atau mudah terganggu. Efek
lainnya adalah kulit jadi kemerahan, kering, dan bersisik. Dalam kondisi
parah, kelebihan folat juga menyebabkan sulit tidur, bahkan kejang.
Riset
yang dilakukan para peneliti Kanada pada 2006 bahkan menyatakan bahwa
perempuan yang mengasup folat secara berlebihan bisa meningkatkan risiko
kanker payudara hingga 32 persen. Meski begitu, Dr Helen Zorbas, chief
executive di National Breast and Ovarian Cancer Centre, mengatakan bahwa
studi tersebut tidak menyediakan bukti-bukti yang kuat.
"Kebanyakan perempuan bisa memenuhi kebutuhan folat melalui pola makan yang seimbang," jelas Zorbas. "Mungkin ada perempuan yang disarankan untuk mengonsumsi suplemen berdasarkan kebutuhan kesehatannya secara pribadi, dan harus melanjutkan konsumsinya seperti yang diresepkan oleh dokter."
"Kebanyakan perempuan bisa memenuhi kebutuhan folat melalui pola makan yang seimbang," jelas Zorbas. "Mungkin ada perempuan yang disarankan untuk mengonsumsi suplemen berdasarkan kebutuhan kesehatannya secara pribadi, dan harus melanjutkan konsumsinya seperti yang diresepkan oleh dokter."
Selain itu, meski sangat dibutuhkan pada kehamilan awal, asupan folat dosis tinggi sepanjang kehamilan juga tidak baik. Mereka yang masih mengonsumsi folat di trimester akhir, 30 persennya cenderung memiliki anak yang akan mengidap asma, demikian temuan dari peneliti University of Adelaide.
Untuk memastikan berapa kebutuhan Anda, dan berapa
lama Anda harus mengonsumsinya, sebaiknya Anda berkonsultasi dengan
dokter. Sebab, mengonsumsinya setelah lewat trimester pertama juga tak
akan mengurangi risiko cacat otak pada bayi. Alias, sudah terlambat.
Sumber: Good Health
No comments:
Post a Comment