Monday, July 11, 2016

Kisah Ibunda Jokowi dan Nenek Jonru yang Masuk Neraka


Dunia Hawa – Ibu adalah tema yang sesuci sumber sumber agama. Tidak ada satu agama di bumi yang melecehkan peranan ibu. Tidak ada dalam garis sejarah serta peradaban tercatat di mana seseorang sebagai ibu dilecehkan karena menjadi ibu.

Tentara atau para perampok boleh jadi dikabarkan pernah membunuh bayi dan ibunya, menembaki anak dalam kandungan yang sekaligus membunuh sekaligus ibunya, tapi tentara tidak pernah melakukannya untuk secara langsung mengecam konsep ibu.

Dengan demikian menyerang, meneror, mempertanyakan konsep ibu, adalah menjadi hal yang paling sangat sangat sangat sangat rendah pada kualitas kemanusiaan seseorang. Walau mempertanyakan, menyerang, menyakiti seseorang dengan cara menyebut-nyebut ibunya sering jatuh dalam ekspresi mundane (dilakukan iseng, bosan, sekilasan) yang tanpa sengaja, dan kadang berakhir dengan ucapan permaafan, dan rasa menyesal.

Tapi, apa yang dilakukan oleh Riah Ukur aka Jonru menyerang dan mempertanyakan seorang Ibu dalam konsep ibu, ditujukan secara sadar demi keuntungan politik dan tujuan melukai hati seseorang agar mendapatkan respon politik  terkapitalisasi, yang dalam hal ini Ibu presiden Indonesia, Joko “Jokowi” Widodo. 

Dalam postingan laman Facebook nya, Jonru kembali menyerang Jokowi menggunakan ibunya. Dia menjelaskan bahwa silsilah presiden penting, kejelasan dia keturunan siapa penting. Sekilas itu satu pernyataan yang baik. Dan Jokowi pun telah memperkenalkan Ibunya Sujiatmi kepada publik.

Namun, yang menjadi masalah di sini bukan lantaran Jokowi tidak punya ibu, menyembunyikan silsilah dan sejenisnya. Melainkan Jonru dengan bebal menolak dan menuding Ibu yang diperkenalkan Jokowi kepada masyarakat sebagai bukan ibunya.

Dengan kata lain, Jonru menyerang Sujiatmi, dan sekaligus Jokowi.

Jonru menyerang Sujiatmi dan menudingnya bukan Ibu Jokowi, dan Jonru menyerang Jokowi dituding berbohong tentang ibunya.

Lalu pentingkah itu? Tidak. Konsekuetifkah itu dalam situasi perpolitikan Indonesia? Tidak. Lalu cerdaskah? Tidak.

Lalu apa tujuan Jonru? Penjelasan sederhana dia terlihat ingin membuka semua kemungkinan bahwa Jokowi adalah keturunan PKI. Dan tololnya itu dianggap ketahuan dengan cara mencari tahu siapa Ibu dan bapaknya yang barangkali lebih dekat pada gerakan Partai Komunis Indonesia (PKI).

Dan tidak benar bahwa ayah serta ibu Jokowi terlibat PKI. Karena jika benar logisnya hidup Jokowi tidak akan sehebat ini, berat untuk sekolah hingga kuliah, usaha dipersulit, diminta lapor karena tidak bersih, tidak lolos P4 dan seterusnya.

Tapi serius, kenapa dengan PKI? Di sinilah masalahnya, karena rupanya di dunia fana ini masih ada para idiot yang berpendapat bahwa PKI itu sejenis ras, melekat seumur  hidup dan turun temurun secara genetis.

Padahal orang bisa pagi harinya jadi PKI, sorenya jadi Golkar. Siangnya dia masih Marxis, di malam hari dia jadi pendukung khilafah. Hari ini dia teriak teriak hancurkan setan setan desa, besok hari dia bawa proposal dukung pendirian retail market di kampungnya. 

PKI hidup di era masyarakat Indonesia tahunya partai sekedar partai hore hore. Cuma pengen rame-ramean, ikut pesta demokrasi. Jikalau ada lantas permusuhan hingga perkelahian berujung nyawa antara pendukung parpol satu dengan lainnya, memangnya di era Orde Baru dan Reformasi yang macam itu tidak ada? Jika ada ustad yang dibunuhi di era 60 an. Lalu apa di era 80, 90, 2000 tidak ada?

Intinya rasa takut dan phobia orang orang pada PKI, bagai mengajak orang orang phobia pada suatu mode rambut. Karena orang gampang rubah rubah mode sesuka hati. Kalu Anda tuding Jokowi PKI, lalu ternyata Jokowi ikut FPI dan aktif di FPI anda bisa bilang apa? Lalu jika Anda tuding baju Jokowi kesempitan besoknya Jokowi pake baju longgar Anda mau omong apa? Masalahnya dengan demikian hanya mengerucut satu hal, Anda tidak suka pada Jokowi. Apapun yang Jokowi pilih selalu salah. Perbedaannya, orang tidak suka pada Jokowi banyak, ada yang idiot dalam mengekspresikannya, ada yang benar dalam mengekpresikannya.

Toh.. Orang orang waras akan cenderung menyukai kisah perjalanan hidup dibanding kestatisan. Jika benar orang tua Jokowi pernah jadi anggota hore hore PKI, sebagaimana di era itu orang zamannya hore hore an, bukankah normal bila sekarang bukan lagi tim hore PKI, lagipula PKI nya sudah bubar?  Itupun jika benar. Yang artinya jika Jokowi keturunan mereka yang pernah ikut PKI artinya bagus bagus saja tanda di era lalu ada demokrasi, di mana orang ketipu parpol parpol tengik sok sokan bawa Indonesia menuju sejahtera, padahal numpuk periuk nasi sendiri.  lalu orang orang yang ketipu itu ikutan hore horean. Jika tidak benar pun itumah biasa. Lalu di mana masalahnya?

Masalahnya akhirnya mengerucut jadi satu hal, yakni kedunguan yang mengarah pada ketidakpatutan tentang konsep Ibu sebagai urusan domestik orang lain.

Dalam kepatutan masyarakat, apabila seseorang pria setengah baya memperkenalkan gadis muda adalah ibunya, orang orang berhenti di titik itu. Oke itu ibunya. Walau janggal, seorang pria setengah baya memiliki ibu gadis muda. Mereka sepakat, tidak banyak tanya, tidak ingin terlalu selidik, tidak INGIN MENCAMPURI URUSAN DOMESTIK ORANG. Karena tidak ingin dirinya mengalami hal serupa, ditelanjangi dan dipertanyakan, plus dipermalukan ke semua orang urusan domestiknya.

Tapi akhirnya saya menemukan suatu jawaban yang menjelaskan banyak hal kenapa Jonru bertindak sedemikian nekat menyerang seorang wanita karena menjadi ibu seseorang, dan menyerang seorang anak karena menyebut seorang wanita sebagai ibu nya. Dalam twitt tragis tertanggal 11 maret 2016. Di sana @jonru menjawab pertanyaan dari @HartoyoMdn

“Perlu kau tahu, nenek kandungku pun mati dalam keadaan kafir, dan dia pasti masuk neraka, padahal aku mencintainya.”

Kalimat singkat itu menjelaskan “ciri kejiwaan” seorang Jonru. Dan bagi kita bisa melengkapi jawaban mengapa ada orang dengan rendahnya menyerang ibu orang lain, karena pada neneknya nya sendiri pun dia tetap “Menjonru” bahkan menulis “PASTI” masuk neraka. 

[salafynews]

Artikel Terkait

No comments:

Post a Comment