HALAMAN

Wednesday, December 27, 2017

Suara Monyet dari Surga



DUNIA HAWA Kenapa kelompok atau orang-orang yang mengaku agamis itu banyak yang mulutnya sangat kotor? Lihat saja komen-komen mereka. Berbagai macam makian dan kata buruk mereka lontarkan di page saya. Mulai bahasa lonte, anjing sampai yang lebih mengerikan seperti penggal dan bunuh.

Padahal ketika saya iseng ngintip profile mereka, di status mereka banyak yang berdoa, pasrah dan mengutip ayat dan hadis.

Kenapa bisa begitu bertolak belakang antara apa yang mereka yakini dan apa yang mereka perbuat?

Jawabannya adalah karena mereka mengikuti pemuka agama yang berpakaian ulama tapi bersifat iblis. Saya dulu pernah menulis dengan judul “Iblis berbaju ulama”.

Loh kok bisa begitu?

Kalau mau kembali melihat sejarahnya iblis, dia adalah mahluk yang sejatinya taat beribadah kepada Tuhan. Hanya karena kesombongannya, ia pun menjadi mahluk yang terkutuk.

Jadi, jangan coba tandingkan tauhidmu dengan iblis. Mayoritas manusia akan kalah jika diukur dari ritualnya. Iblis sudah beribadah kepada Tuhan 60 ribu tahun lamanya sebelum manusia pertama diciptakan..

Karena itu, iblis fasih ketika berbicara agama. Bahkan juga sangat fasih dalam memuji Tuhan.

Lalu apa yang membedakan iblis dengan ulama sebenarnya yang mengikuti Nabinya?

Jelas, AKHLAK.

Akhlak-lah yang menjadi pembeda, manakah manusia yang beragama untuk mencapai sifat keTuhanan dan mana manusia yang berTuhankan agama.

Iblis boleh mencapai ketinggian maqom ritual, tetapi ia miskin spiritual. Agama membuat jiwanya kering dan tandus, karena ia tidak pernah mengerti yang namanya MAKNA. Ia boleh canggih dengan ilmu yang ia miliki tapi tidak sedikitpun ia paham apa yang diucapkannya.

Sejatinya, pengetahuan itu seperti padi.

Semakin banyak isinya, ia akan semakin merunduk. Pemahamannya luas dan ia tidak akan sanggup sombong karena akhirnya mengetahui bahwa ia bukanlah apa-apa.

Nah, tangkai padi yang tegak ngacengan itu pasti gada isinya apa-apa..

Akhirnya, karena kosongnya ilmu tapi ia merasa berisi, yang keluar hanyalah caci maki tanpa ilmu sama sekali. Copas dan share ayat atau hadis tanpa pernah mencoba memahami apa yang ia bagikan.

Hanya dengan begitu saja ia merasa paling beriman dan meras sebagai golongan yg pasti masuk surga. Menyedihkan memang...

Bahkan makna tulisan inipun ia tidak paham.

Kesombongannya menutup dirinya dari nasehat baik yang sebenarnya berguna baginya. Kabut di akalnya begitu gelap sehingga cahaya setitik pun tudak bisa masuk meneranginya.

Yang terjadi, ia akan kembali mencaci. Percayalah..

Ia juga tidak paham apa itu secangkir kopi. Buatnya ketika air panas, berwarna hitam, ada manisnya, dan orang mengatakan “itu kopi”, ia akan mempercayainya. Bahkan jika sebenarnya yang dihidangkan di depannya adalah air comberan..

Meski begitu, kita harus menerima keberadaan mereka di sekitar kita. Anggap saja kita ada di sebuah taman. Ada suara jangkrik, suara burung, suara angin. Suara monyetpun ada. Eh, seruput dulu ah

@denny siregar 

No comments:

Post a Comment