HALAMAN

Monday, November 6, 2017

Langkah-Langkah Penanganan Infertilitas



DUNIA HAWA Infertilitas adalah kegagalan sepasang suami istri untuk mendapatkan kehamilan setelah melakukan hubungan seksual secara teratur tanpa kontrasepsi selama 1-2 tahun (WHO). Dikatakan infertilitas primer, bila pasangan tersebut belum pernah mengalami kehamilan sama sekali.

Infertilitas merupakan permasalahan yang sangat kompleks di bidang kesehatan reproduksi. Angka kejadian infertilitas di dunia setiap tahun adalah 1 dari 7 pasangan. Di Indonesia sendiri tahun 2009 terdapat 50 juta pasangan infertil. Menurut penelitian, sekitar 40-50% infertilitas disebabkan oleh faktor istri, 25-40% dari faktor suami, 10% keduanya dan 10% tidak diketahui sebabnya.

Penanganan infertilitas yang tepat harus dilakukan sesuai dengan penyebabnya. Gangguan ovulasi (pelepasan telur), endometriosis (tumbuhnya lapisan dalam rahim di luar rahim) dan oklusi tuba fallopii (penyumbatan saluran telur) merupakan penyebab utama faktor perempuan. Sedangkan faktor pria antara lain berkurangnya jumlah produksi sperma, sumbatan pada sistem pengeluaran sperma, terbentuknya antibodi terhadap sperma, kerusakan pada testis (buah zakar), dan gangguan hormonal.

Langkah Pemeriksaan Pasangan Infertil


Pemeriksaan yang diperlukan pada pasangan dengan infertilitas antara lain:

1. Anamnesis

Pengumpulan data dengan anamnesis untuk mengetahui sebab infertilitas. Usia saat pertama kali haid, apakah haid teratur, berapa lama terjadi haid, apakah ada rasa nyeri, keputihan yang tidak wajar, perdarahan setelah senggama, riwayat operasi, kontrasepsi, keguguran, infeksi pada organ reproduksi. Serta umur istri, lama perkawinan, dan keharmonisan hubungan keluarga. 

Gangguan pada siklus haid menunjukkan adanya gangguan hormon dan tidak terjadinya ovulasi. Umur istri merupakan faktor penting terkait seiring bertambahnya umur perempuan maka akan terjadi penurunan jumlah dan kualitas dari sel telur. Wanita dengan usia 35 tahun  ke atas akan lebih sulit hamil. Risiko melahirkan bayi dengan sindrom Down juga meningkat dibandingkan dengan wanita yang lebih muda. 

Berdasarkan penelitian Collins dkk kemungkinan kehamilan pada pasangan infertilitas < 3 tahun 1,49 kali  lebih besar. Sedangkan pasangan dengan keluhan infertilitas sekunder (pernah melahirkan sebelumnya) memiliki kemungkitan 1,38 kali lebih besar dibanding dengan pasangan dengan infertilitas primer. 
Konsumsi kafein yang berlebihan, merokok dan alkohol diperkirakan berhubungan dengan kejadian infertilitas. Paparan zat- zat beracun di lingkungan sekitar seperti cadmium dan mercury dilaporkan dapat menurunkan fertilitas pada wanita. Sedangkan paparan pestisida etilen glycol ether, insektisida, dan bahan kimia lainnya mempengaruhi fertilitas pada laki-laki.

2. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan pada pasangan dengan infertilitas meliputi tinggi badan, berat badan, pemeriksaan jantung, paru, perut dan organ reproduksi. Pada istri, kelainan kandungan/indung telur harus disingkirkan melalui pemeriksaan dalam dan USG. Pada suami harus dilakukan pemeriksaan saluran pengeluaran sperma dan buah zakar untuk menyingkirkan kemungkinan varikokel (pembengkakan pembuluh vena di kantung zakar) terutama bila analisis sperma tidak normal.

3. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Pada Istri


Langkah-Langkah Penanganan Infertilitas
Pada istri akan dilakukan pemeriksaan antara lain:

a. Deteksi ovulasi(pelepasan telur)

Pada perempuan dengan siklus haid normal 95% mengalami pelepasan telur, hal tersebut dapat dikonfirmasi dengan pemeriksaan kadar hormon progesteron. Dapat juga dilakukan pemeriksaan lendir serviks, LH urin dan suhu basal namun kemampuan deteksinya rendah. Pada perempuan dengan keluhan haid yang tidak teratur perlu dilakukan pemeriksaan hormon prolaktin.

b. Pemeriksaan Tuba Fallopii (saluran telur)

Pemeriksaan pada saluran telur yang menghubungkan indung telur dengan rahim. Dilakukan pemeriksaan dengan histerosalpingografi (HSG) merupakan pemeriksaan radiografi untuk melihat ukuran, bentuk rahim dan ada tidaknya sumbatan pada saluran telur memiliki tingkat keakuratan yang tinggi (sensitifitas 83% dan spesifitas 65%).

c. Pemeriksaan uterus/rahim

Pada wanita dengan perdarahan abnormal, rongga rahim abnormal pada HSG atau riwayat keguguran berulang maka perlu dilakukan evaluasi pada rahim.

Mioma uteri merupakan kelainan rahim yang paling sering pada wanita di atas 35 tahun sekitar 15-20%. Pada kebanyakan kasus mioma ini tidak bergejala. Mioma dapat berlokasi di subserosa(di bagian luar dinding rahim ke rongga panggul), intramural(di antara otot rahim) dan submukosa(di lapisan otot bagian dalam dari dinding rahim). Mioma pada submukosa yang dapat mempengaruhi kesuburan.

Bila dicurigai adanya abnormalitas pada rongga rahim maka akan dilakukan histeroskopi atau sonohisterogram (SHG). Histeroskopi merupakan tindakan medis dengan cara memasukkan suatu tabung yang terdapat kamera di ujungnya ke dalam rongga rahim, bagian dalam rahim divisualisasikan melalui monitor. Histeroskopi dapat digunakan untuk melihat rongga dalam rahim, saluran telur, rongga vagina dan seviks(leher rahim)

Pemeriksaan Pada Suami


Sedangkan pada suami akan dilakukan beberapa pemeriksaan antara lain:

a. Analisa semen

Parameter normal analisa semen menurut WHO: volume 2-5 cc, jumlah sperma > 15 juta/cc, motilitas > 32% gerak aktif dan maju, bentuk >5% bentuk normal. Bila analisa semen abnormal maka akan dilakukan pengambilan sampel ulang 3-4 minggu kemudian. Karena stress seperti demam dapat menyebabkan semen abnormal. Dalam kondisi ini perlu waktu 2-3 bulan untuk berkembang menjadi sperma yang matur. 

b. Pemeriksaan urologi

Bila didapatkan kelainan pada analisis semen, suami akan dilakukan pemeriksaan oleh dokter ahli urologi. Kelainan yang sering ditemukan adalah varikokel. Varikokel adalah pelebaran pembulih darah vena pada skrotum(kantung testis) yang akan meningkatkan suhu testis, sehingga dapat mempengaruhi produksi sperma.Varikokel menyebabkan infertilitas pada ±25% pria. 

Penanganan Infertilitas


Pengobatan optimal infertilitas adalah pengobatan dengan angka keberhasilan tinggi dengan resiko minimal.

1. Induksi ovulasi

Induksi ovulasi dilakukan pada wanita dengan gangguan perkembangan dan pelepasan telur. Pemberian obat klomifen sitrat merupakan lini pertama pengobatan gangguan pelepasan telur.Obat gonadotropin diberikan jika klomifen sitrat gagal mengoreksi kegagalan ovarium. Penggunaan klomifen sitrat dan gonadotropin memerlukan monitoring dengan pemeriksaan USG untuk mengukur ukuran dan jumlah folikel. Pemberian obat- obatan ini juga berisiko terjadinya kehamilan multipel (kembar dan triplet).

2. Inseminasi Intra-uterin (IIU)

IIU dipertimbangkan untuk infertilitas karena faktor serviks, masalah pada pria ringan dan infertilitas yang tidak dapat dijelaskan. IIU cara kerjanya dengan mengambil sperma suami saat istri berovulasi. Sperma yang terkumpul akan dilakukanpencucian (washing) dengan teknik tertentu, sehingga akan meningkatkan kualitasnya. Sperma yang terbaik dimasukkan ke rahim istri melalui kateter khusus melalui serviks(leher rahim) ke dalam rahim.

3. Program Bayi Tabung (Fertilisasi in vitro)

Tindakan fertilisasi in vitro terutama dilakukan atas indikasi:

1.    Faktor sperma yang berat dan tidak dapat dikoreksi

2.    Oklusi tuba bilateral

3.    Endometriosis derajat sedang-¬‐berat

4.    Infertilitas idiopatik yang telah menjalani IIU 4-¬‐6 x dan belum berhasil hamil 

5.    Gangguan ovulasi yang tidak berhasil dengan induksi ovulasi lini pertama dan lini kedua

Pemilihan teknik fertilisasi in vitro disesuaikan berdasarkan penyebab yang melatar belakangi infertilitas.Intra-cytoplasmic sperm injection (ICSI) merupakan teknik penyuntikan 1 sperma langsung ke dalam sel telur sehingga terjadi pembuahan. Teknik ini dilakukan pada sperma yang sangat sedikit atau sangat jelek kualitasnya.Keberhasilan FIV sekitar 22-40%, keberhasilan sangat tergantung dengan usia istri. Semakin usia bertambah, keberhasilan akan semakin menurun karena jumlah dan kualitas telur yang menurun. 

Menurut data asosiasi fertilisasi in vitro Indonesia (Perfitri) 2010 menunjukkan terdapat 2000 kasus FIV. Dari data 510 pasien yang  menjalani FIV, sebanyak  405 pasien di klinik Yasmin dan 105 pasien di klinik Kedoya antara Oktober 2014 sampai September 2015 didapatkan kemungkinan hamil di klinik Yasmin sebesar 64,8% dan di klinik Kedoya sebesar 45,7%.

Berdasarkan data, persentase program bayi tabung yang menghasilkan kelahiran hidup adalah sekitar:

•    41 persen pada wanita berusia dibawah 35 tahun.
•    31 persen untuk wanita berusia antara 35-37 tahun.
•    22 persen untuk wanita berusia antara 38-40 tahun.
•    12 persen untuk wanita berusia antara 41-42.

TINGKAT PELAYANAN INFERTILITAS
Tenaga pemberi pelayanan:

1. Tingkat 1: dokter umum

2. Tingkat 2:
a. Spesialis obstetri dan ginekologi
b. Spesialis andrologi
c. Spesialis urologi

3. Tingkat 3: subspesialis endokrinologi reproduksi dan infertilitas


@dr. Gita Pratama, SpOG(K), MrepSc

No comments:

Post a Comment