HALAMAN

Sunday, June 4, 2017

Tuding KPK Macam-macam, Kubu Ini Akhirnya Terkesan seperti Cacing Kepanasan



DUNIA HAWA Nama ‘sesepuh’ Partai Amanat Nasional (PAN) Amien Rais yang terseret dalam kasus korupsi alat kesehatan (alkes) baru-baru ini ternyata memang dipolitisir oleh kubu mereka. Mulai dari permainan politik (bagi saya) yang dilakukan mbah Amien yang ingin menemui Pimpinan KPK, hingga lontaran isu-isu liar yang coba dimainkan oleh pendukungnya membuktikan bahwa kasus yang murni hukum ini mau ditarik ke politik (lagi).

Bumi Indonesia cukup gempar ketika nama Amien Rais, yang katanya Bapak Reformasi itu, disebut Jaksa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah menerima dana korupsi alkes ke rekeningnya sebanyak 6 kali, dengan total Rp 600 juta.

Sudah terbukti kok. Ini bukan stigma ataupun permainan kata-kata. Sudah terbukti berapa kali bahwa orang-orang yang menentang dan begitu menunjukkan keinginannya untuk menghancurkan mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok ternyata kebanyakan bukan orang-orang yang bersih dan negarawan di negeri ini.

Sebut saja mantan Hakim Mahkamah Konstitusi (MK) Patrialis Akbar yang dengan anehnya mengadakan sejenis konferesi pers yang menyatakan bahwa Ahok menistakan agama Islam pada awal bergulirnya kasus tersebut. Lalu, kita tahu sendiri itu yang katanya Imam Besar (suri teladan) Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab ternyata tidak lain adalah tokoh yang dijadikan tersangka kasus pornografi. Kini giliran Amien Rais kah? Tokoh nasional yang belakangan begitu gencar menebarkan isu bahwa Ahok korupsi ini ternyata justru terbuka kedok dugaan korupsinya.

“Ciri khas buku Marwan Batubara selalu objektif, semuanya berdasarkan fakta dan angka karena bersifat otentik dan otoritatif karena tidak mengada,” ujar Amien di Ruang Kura-kura 2, Senayan, Jakarta Selatan, Selasa (23/5/2017).

“Harapan kita, setelah baca buku ini, penegak hukum semestinya mempelajari korupsi Ahok lebih teliti dan diproses secara hukum,” kata Amien.

“Selama ini publik dibentuk media massa, kalau sosok ini (Ahok) jujur, bersih, dan tegas. Sehingga diperlakukan menjadi warga istimewa. Seharusnya semua, tapi yang satu ini istimewa,” tuturnya.

“Mudah-mudahan buku yang ditulis ini jadi membuka mata KPK dan lainnya. Saya heran, mudah-mudahan nggak berlaku lagi pencuri kecil dihukum berat dan pencuri besar dilepaskan, nanti akan timbul kehancuran,” tutur Amien dalam kata sambutannya.

Tuhan Tidak Tidur


Ini bukan stigma, dan ini bukan permainan kata-kata saja. Ini adalah bukti bahwa memang Tuhan tidak pernah tidur. Ketika isu dugaan korupsi ini terkuak ke masyarakat, tidak sedikit dari netizen yang mengucapkan “Gusti Mboten Sare“, yang artinya Tuhan tidak tidur.

Berteriak-teriak menuntut Ahok dipenjara dan memfitnah Ahok korupsi, ternyata Amien Rais justru tersangkut dugaan korupsi ini. Saya lebih percaya jaksa KPK bahwa memang benar ada aliran dana tersebut. Karena kalau tidak, mengapa orang ini seperti cacing kepanasan mau bertemu dengan pimpinan KPK coba? Mau mengajak deal-deal atau dorong-dorong sesuatu kah?

Kalau memang orang ini bersih, kenapa tiba-tiba mengaku dengan alibi menerima dana operasional dari Soetrisno Bachir? Itu hanya akal-akalan saja menurut saya agar dianggap bukan korupsi, tapi dana operasional. Apa masuk akal menerima dana operasional 600 juta dari salah seorang yang satu partai?

Lalu, yang memberinya berdalih pula katanya hanya pinjam meminjam. Mau bodohin siapa coba orang-orang ini? Ya kalau ketahuan bilang pinjam meminjam, kalau tidak ketahuan………. yaaaaaaaa……. gitu dehhhh.

Setelah namanya disebut seperti ini, mau pergi umrah pula. Ya boleh-boleh saja sih ya, semoga saja ya bukan akal-akalan saja.

Karena hal itu terjadi 10 tahun lalu, saya me-refresh memori saya. Pada waktu itu, Soetrisno Bachir mengatakan akan memberi bantuan untuk tugas operasional saya, untuk semua kegiatan sehingga tidak membebani pihak lain kalau saya pergi ke mana pun, travel, aksi, itu sudah kita sendiri yang bayar,” kata Amien di kediamannya di Jalan Gandaria, Jakarta Selatan, Jumat (2/6/2017).

“Itu pinjam meminjam, saya baru tanya tadi. Itu kan 10 tahun yang lalu jadi saya harus tanya lagi. Itu pinjam meminjam Rp 750 juta sudah dikembalikan,” ucap Soetrisno. 

Kalau saya dipanggil KPK padahal saya masih umroh, saya khawatir dianggap lari dari tanggung,” kata mantan Ketua MPR ini. 

Mulai Melempar Fitnah-fitnah


Sekarang, giliran pion-pion kecil pendukung PAN yang bekerja. Anggota Komisi III (komisi hukum) DPR dari PAN mulai melontarkan isu-isu yang berkaitan erat dengan sentimen sebagian masyarakat terhadap pemerintahan Presiden Jokowi.

Jaksa KPK pula yang sekarang dikaitkan dengan Kejaksaan Agung dan dianggap merupakan alat pemerintah untuk membalas dendam kepada pihak-pihak yang anti (atau minimal kritis) terhadap pemerintah. Ini adalah isu liar yang merupakan vitamin untuk kubu pembenci pemerintah untuk menggoreng-goreng dugaan korupsi Amien Rais ini agar tertutup dengan isu ketidaknetralan pemerintah dalam kasus hukum.

“Tapi kenapa yang disorot hanya aliran dana ke Pak Amien?” kata Muslim Ayub (Politisi PAN) saat dihubungi, Minggu (4/5/2017).

“Ada kecenderungan Kejaksaan bahkan KPK jadi alat kelompok tertentu untuk melakukan pembalasan terhadap orang-orang yang kritis terhadap pemerintahan,” ucap anggota Komisi III DPR ini. 

Sepertinya ada cacing-cacing yang selama ini hidup enak dengan kulit yang basah dan berlendir (you know what it is). Lalu, mulai mereka-mereka ini seperti cacing kepanasan ketika kini terbongkar kasusnya ke permukaan. Segala alibi dan cara pembelaan akhirnya digunakan, bahkan yang tidak masuk akal sekali pun. Ketika tidak berhasil, pada akhirnya mulai menggunakan isu sentimen terhadap pemerintah dengan menuding ini tindakan balas dendam belaka, dengan menuding bahwa ini masalah politik saja.

Kini, mereka telah menuding KPK macam-macam, dan sudah pasti akan ada warga yang terpengaruh dan percaya saja. Mungkin memang kini isu seperti ini adalah tameng yang sangat jitu untuk mencuci otak mereka-mereka yang tidak berpikir rasional.

Pada akhirnya, politisi-politisi ***** ini tidak berpikir apakah warga-warga yang bodoh dan seharusnya dituntun untuk berpikir benar ini menjadi semakin sesat atau tidak, karena yang mereka perdulikan hanya keselamatan raga kelompok elit mereka saja. Sungguh memalukan.

Terus saja berdalih, terus saja berbohong. Pada akhirnya kita lihat apakah tipu muslihat kalian ini membawa kalian kepada kebebasan, atau justru kepada kehancuran.

Seperti cacing kepanasan yang kasihan sekali ya………

@aryanto famili

No comments:

Post a Comment