DUNIA HAWA Ada sebuah kisah yang sangat heroik. Saking heroiknya, sehingga tidak pantas diteladani apalagi ditiru. Hanya orang bodoh yang mau meniru apa yang dilakukan orang yang satu ini. Ceritanya bermula dari sini. Cyber Crime Polda Lampung menangkap seorang pria bernama M Ali Amin Said di rumahnya di daerah Lampung.
Polisi menangkap orang ini karena telah menghina Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian di laman Facebook-nya. Kalau saya lihat sih, lebih tepatnya mengancam, meski ancamannya hanya berupa gertak sambal yang tidak pedas sama sekali.
Dan satu info mengenai orang ini, ternyata orang ini adalah seorang pengagum Rizieq lho. Dia menghina Kapolri karena tidak terima dengan tindakan kepolisian yang mengusut kasus chat mesum Rizieq Shihab. Seperti yang kita ketahui, Rizieq telah menjadi tersangka dalam kasus chat mesum, kelanjutannya tinggal menunggu kepulangan Rizieq kembali ke Indonesia. Orang ini tidak terima pujaannya diperlakukan seperti itu, tapi caranya sok heroik, disertai dengan ancaman pula. Kalimat ancaman itu berisi kata-kata dalam bahasa Palembang yang isinya sebagai berikut.
“Tito jika kau berani penjarakan ulama kami (Habib Rizieq Shihab), maka Demi Allah berarti kau sedang menggali liang kubur kau dewek. Jangan lari kau Mang Tito. Dak lamo lagi palak kau itu nak ku giling ku jadike adonan pempek. Tunggu bae kagek ado cerito pempek Palembang rasa Tito.”
Saya hanya bisa tertawa, karena sungguh lucu sekaligus bodoh. Saya malah merasa ancaman di tulisan itu tidak ada unsur ngerinya, melainkan lebih condong ke lawakan basi. Entah kenapa harus pakai analogi pempek, sehingga terkesan kurang garang maknanya. Tapi tak ada cerita, ini sudah masuk dalam bentuk ancaman, terlepas sengaja atau main-main, ini tak bisa dibiarkab. Kalau pun hanya iseng, kalau dibiarkan seperti ini, orang-orang akan berpikir ini hal yang biasa. Lama-lama mereka akan berani menebar ancaman.Orang ini juga pernah ikut pengajian Rizieq Shihab dan juga pernah ikut aksi-aksi yang digagas Rizieq beberapa waktu lalu.
Saya kadang berpikir, kenapa ada sebagian orang yang seperti ini, sungguh berani dan nekat menebar ancaman: kadang ancam polisi, bahkan pemerintah? Ini kalau di luar negeri, sudah dipastikan minimal ditangkap, dijadikan rempeyek atau bahkan kepala terbang entah ke mana. Mentang-mentang berlindung di balik agama dan demokrasi, lantas bisa sesuka hati dalam bertindak. Jago kandang di negeri sendiri bukan prestasi yang membanggakan. Coba saja lakukan hal seperti ini di Thailand atau kalau mau uji nyali lakukan ini di Korea Utara. Jaminan dan garansi dirudal sampai jadi abu. Kalau tidak senang, kritik dengan pedas, bukan dengan nyebar hoax, ancam atau pun intimidasi. Itu adalah pola yang selalu dijadikan panduan bagi seorang pengecut yang tak lebih dari seorang peresah masyarakat.
Dan lucunya ketika pemerintah bertindak tegas terhadap pelaku intimidasi, penyebar teror, kebencian atau hoax, semua itu dianggap sebagai bentuk kezaliman pemerintah. Di mana letak kewarasan dari pikiran seperti itu? Mau jadi apa negara ini kalau intimidasi, teror, hoax dan ujaran kebencian jadi santapan sehari-hari, bebas dilakukan tanpa ditindak?
Kebanyakan dari mereka memiliki pola perilaku yang sama, sama bodohnya, sama sumbu pendeknya. Sering gunakan cara yang menyimpang, tapi dianggapnya benar, sehingga melawan kalau pemerintah menindak tegas, padahal apa yang mereka lakukan sudah jauh menyimpang. Mungkin ide yang bagus kalau mereka ini dikelompokkan, dikumpul lalu dipindahkan ke sebuah pulau kosong dan biarkan mereka dirikan negara yang sesuai dengan kemauan dan yang cocok dengan pola perilaku mereka. Karena apa yang mereka lakukan ini kadang sulit dicerna oleh akal sehat kita.
Mungkin penangkapan ini terkesan keras, tapi tak ada pilihan lain. Karena pembiaran yang terus berlanjut akan menyebabkan makin banyaknya gerombolan sumbu pendek yang tingkahnya makin bikin mual. Setidaknya, jika terus konsisten, mereka akan berpikir ribuan kali sebelum bertindak, meski saya yakin akan ada beberapa yang tetap bandel dan tetap pada perilakunya yang seperti itu.
@xhardy
No comments:
Post a Comment