DUNIA HAWA
Daud tercinta,
“Papa pulang gak?” itu pertanyaan kami juga Daud. Namun kini tentu lebih sulit lagi bagi Bapakmu Ahok untuk menjawabnya. Pengadilan baru saja menjatuhkan hukuman penjara dua tahun terhadap Bapakmu. Bukan karena Bapakmu bersalah, tapi karena palu hakim itu begitu takut pada kerumunan orang yang mengaku beragama namun pemarah, atau hakim itu menganggap Tuhan begitu naif sehingga menganggap bahwa kesaksian seorang ulama pezinah harus lebih didengar ketimbang seorang pemimpin Kafir yang sudah menyelematkan hidup banyak orang.
Daud tersayang,
Tepat satu bulan yang lalu, Bapakmu Ahok menulis di akun twitternya, “Selamat ulangtahun Daud, teruslah tumbuh jadi sosok yang kamu cita-citakan, jadilah besar melebihi yang bisa Bapak capai, Amin.” Bapakmu tentu tidak ingin kamu dipenjara melebihi hukuman yang dijatuhkan terhadapnya, tapi kalaupun itu harus kamu tempuh karena membela jalan yang sekarang ditempuhnya, tentu Bapakmu orang yang paling berbangga hati karenanya. Apalagi penjara bukan hanya tempat bagi orang yang bersalah, namun penjara juga terkadang menjadi tempat kematangan seorang pejuang menjadi paripurna.
Daud yang berani,
Penjara selalu punya dua sisi, sebuah bagian kelam yang terdiri dari para pelanggar hukum. Sebagian melakukannya karena memang secara serius mereka lakoni, namun ada juga yang masuk ke penjara karena terpaksa demi menyelamatkan martabat diri dan keluarganya. Namun Bapakmu Ahok tidak termasuk dalam bagian cerita itu, Bapakmu Ahok adalah bagian dari orang-orang yang telah melawan arus utama yang sedang mencoba melindas martabat dan harkat kemanusiaannya. Martabat kemanusiaan yang dititipkan Tuhan kepadanya, bahwa tidak seorangpun pernah bisa memilih terlahir sebagai etnis dan dari keluarga beragama tertentu. Identitas itu pemberian Tuhan, karenanya tak seorangpun berhak untuk merenggutnya. Ahok Bapakmu adalah sedikit dari etnis yang berani berdiri tegak mempertahankan titipan Tuhan tersebut. Betapa malunya kami yang mengaku beragama mayoritas, tapi tidak bisa memiliki keimanan seperti Bapakmu.
Daud yang kuat,
Penjara bagi orang-orang seperti ayahmu adalah tempat singgah untuk melakukan perenungan dan ziarah ke masa lalu mereka sebelum dijebloskan ke penjara. Penjara juga adalah tempat dimana mereka menghayati lebih dalam rencana langkah mereka ke depan. Banyak yang menjalaninya selama puluhan tahun, bahkan ada yang tidak pernah lagi bisa menghirup kebebasannya. Namun suara mereka Daud, abadi terdengar jauh dari bilik-bilik sempit tempat dimana tubuh mereka dikurung. Jiwa mereka harum menebar wangi ke seluruh penjuru negeri, bahkan ada yang menyeberangi samudera, menginspirasi para pembela kemanusiaan yang lain. Cerita mereka diceritakan turun temurun dan menjadi legenda umat manusia dari generasi ke generasi.
Daud yang berani,
Banyak buku dan buah pikiran jernih yang lahir dari dalam penjara. Mungkin menulis adalah pilihan yang terbaik demi merawat nalar mereka agar tidak ikut terpenjara. Kelak dimasa remaja, kamu akan temukan banyak novel, naskah, cerita, pikiran dan pembelaan manusia buih yang mampu menginspirasi manusia bebas. Orang seperti Bapakmu biasanya dipenjarakan bukan karena mereka lemah, tapi justru karena mereka sangat kuat sehingga membuat goyah mereka yang sok berkuasa. Bapakmu kini menjalani apa yang Nabi Yusuf dalam Al Quran, Kitab Suci agamaku berkata “Wahai Tuhanku! Penjara lebih aku sukai dari pada memenuhi ajakan mereka. Jika aku tidak Engkau hindarkan dari tipu daya mereka, niscaya aku cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentu aku termasuk orang yang bodoh.” (Q.S.Yusuf 12:33)
Daud yang dikasihi Tuhan,
Penjara tidak akan membunuh Bapakmu Ahok, bahkan penjara tidak akan pernah membuatnya tunduk dan menyerah, semakin tebal tembok penjara yang mengurungnya semakin tebal juga keimanan dia untuk terus menyuarakan kebenaran yang diyakininya. Semakin sempit sel tempatnya dikurung, maka semakin luas kabar tentang isi kepalanya dibicarakan orang. Bapakmu Ahok telah membangunkan banyak orang di negeri ini dari tidur dan merasa keadaan sedang baik-baik saja, sementara bahaya ternyata sudah tiba di pintu gerbang kemerdekaan yang sebentar lagi akan mereka ganti dengan keyakinan mereka sendiri. Bapakmu Ahok melakukannya karena janji setianya pada seorang sahabat dari Solo. Bapakmu menyediakan dirinya sebagai sasaran tembak sebelum tangan-tangan jahat itu mampu menyentuh pakaian sahabatnya.
Daud yang lucu,
Bapakmu Ahok sedang membangunkan orang-orang, seperti dirinya sering membangunkanmu dini hari. Namun tentu Bapakmu belum bisa pulang malam nanti, mungkin juga dua tahun ke depan. Namun percayalah, suatu saat Ahok Bapakmu itu akan pulang, dengan diarak ribuan manusia yang mencintainya. Belum ada yang tahu pasti kapan dia akan pulang, karena Bapakmu yang pemberani itu sedang mempertaruhkan semua yang dimilikinya untuk bangsanya. Tidak ada yang tahu kemana roda sejarah ini akan membawa kita semua, namun Bapakmu sudah ikhlas dan meletakkan dirinya ditangan Sang Maha Pencipta. Keimanan paripurna yang sangat sedikit dimiliki oleh manusia hari ini.
Daud yang kuat,
Tunggulah dan berdoalah sesuai Bahasa dan keyakinanmu, karena Tuhan pasti mendengar setiap doa, tidak peduli dia dipanjatkan oleh siapa dan dengan Bahasa apapun. KekuasaanNya meliputi segala sesuatu di langit dan di bumi. Mari kita berdoa untuk Bapakmu, kamu tidak pernah sendiri: ada Ibu Vero, ada Nicho, ada Nathalia, ada kami, ada jutaan orang di negeri ini dan diluar sana yang tidak akan berhenti berdoa bersamamu dengan agama dan Bahasa yang berbeda satu dengan yang lain. Doamu itulah kelak Daud, yang akan membawa pulang Bapakmu, tepat ketika pilar-pilar yang menopang rumah kita bersama ini bisa kami tegakkan kembali. Agar generasimu, generasi anakku, generasi anak-anak Indonesia yang lain, kelak tidak perlu lagi mengalami diskriminasi dan ketidakadilan seperti ini.
Daud, percayalah Tuhan bersama mereka yang jujur dan berani!
Jakarta, 13 Mei 2017
No comments:
Post a Comment