DUNIA HAWA - Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menegaskan bahwa tidak pernah sekalipun ia menerobos jalur busway meskipun mengalami macet. Ini merupakan salah satu teladan yang diberikan oleh seorang pemimpin kepada warga Jakarta. Bahkan dengan tegas ia mengatakan bahwa tidak boleh ada kendaraan apapun yang dapat melintasi jalur TransJakarta selain bus TransJakarta, ambulans, dan mobil berpelat RI.
Pengakuan Ahok ini tentu merupakan sebuacerminan dari seorang pemimpin yang berada di atas peraturan, sebaliknya, ia juga dinaungi oleh hukum yang dibuatnya sendiri. Harusnya lumrah jikalau kita melihat bahwa Ahok sebagai Gubernur berhak untuk menggunakan jalur busway. Namun ia tetap tidak melakukan penerobosan jalur busway. Salut kepada Ahok dengan konsistensinya dan integritasnya! Sungguh berlawanan dengan Anies Sandi.
Menurut Ahok, ia merasa tidak konsisten jika pembuat peraturan, justru melanggar peraturan. Ini merupakan contoh yang justru tidak mendisiplinkan warga. Pada prinsipnya, Ahok merasa bahwa bagaimana atasan bertindak, tentu akan memengaruhi bawahannya. Ing ngarso sung tulodo, begitulah kalimat yang diucapkan oleh Ki Hadjar Dewantara. Artinya di depan memberikan teladan.
Selain untuk TransJakarta, Ahok mengatakan bahwa hanya ambulans dan mobil berpelat RI yang boleh melintasi jalur TransJakarta. Ahok kembali menegaskan bahwa dia tidak pernah menggunakan jalur TransJakarta, sebagai bentuk edukasi. Ini bentuk permainan politik yang sangat elegan dijalankan oleh Pak Ahok.
“Kan kita ngelarang orang masuk jalurbusway, ya kita sendiri harus disiplin. Bahkan Pak Jokowi, kita kasih yang pelat RI, itu boleh masuk busway. Pak Jokowi pun nggak pernah masuk. Kita ingin semua steril. Kalau busway itu steril, orang akan suka naik bus. Saya aja kalau macet mau ke (Jakarta) Selatan, saya berapa kali naik TransJakarta. Justru kita kesal kalaubusway macet di jalanan,” – Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)
Di sisi lain, kita melihat bagaimana Anies Sandi beberapa kali terpergok melintasi jalur TransJakarta. Ini bukanlah contoh yang baik diperlihatkan kepada warga Jakarta. Mereka yang belum terpilih saja sudah bisa seenaknya masuk jalur TransJakarta, bagaimana jikalau sudah terpilih? Ini adalah sebuah contoh yang buruk, saking buruknya, sikap dan tindakan mereka menyerupai preman jalanan yang bermimpi dapat menguasai jalanan.
Anies Sandi yang selama ini menikmati Jakarta hasil bikinan Pak Ahok, sekarang mulai merasa memiliki sedikit kekuasaan untuk melanggar dan merasa seenaknya. Lihat saja para pendukungnya yang mulai menempati beberapa titik Jakarta dan membuka lahan parkir liar. Kalijodo salah satu contohnya, para preman yang kemungkinan besar merupakan bawahan Daeng Azis sempat memenuhi kawasan parkir RPTRA Kalijodo, Jakarta.
“Itu (busway) hanya khusus pejabat yang RI. Saya pun gubernur nggak boleh pakai. Jadi kita nggak berani. (Tujuannya) untuk ngajarin edukasi, itu aja,” – Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)
Tentu para pembaca sungguh tidak bisa membayangkan apa jadinya Jakarta ke depan ketika dipimpin oleh pasangan Anies Sandi. Kita melihat Jakarta yang selama ini diperjuangkan teratur oleh Ahok Djarot sudah menjadi sebuah hal baik yang dilakukan. Namun sayangnya keteraturan ini diprediksi hanya sebentar dan tidak berlangsung lama. Per Oktober 2017, saya memprediksi bahwa akan ada sebuah kemunduran pesat yang berlangsung di Ibu Kota Indonesia tercinta kita Jakarta.
Ini bukan masalah yang sederhana, ini adalah masalah karakter dan kepribadian dari calon pemimpin kota DKI Jakarta. Kota yang dipimpin oleh pemimpin yang merasa lebih tinggi dari warganya, justru akan membawa kotanya tidak maju, dan bahkan mundur.
Pembiaran-pembiaran yang dilakukan oleh Anies Sandi terhadap para pendukungnya yang liar, barbar, dan radikal, menjadikan pendukungnya semakin merasa seenaknya. Ini harus menjadi perhatian kita bersama. Melihat dari cara kepemimpinan Ahok Djarot, tidak heran jika kita melihat para pendukung Ahok Djarot yang disebut Ahokers tertib. Di sisi lain, melihat kepemimpinan Anies Sandi dan karakter mereka, tidak heran jika para pendukungnya liar, barbar, rasis, dan suka menggunakan isu SARA.
Jadi siapkah kita menerima pemimpin kita yang mendiamkan para pendukungnya untuk menjadi liar, barabar, dan radikal? Selamat kepada warga Jakarta untuk pilihan Anda!
@hysebastian
No comments:
Post a Comment