HALAMAN

Saturday, May 6, 2017

Ketakutan Prabowo Dengan Menangnya Anies-Sandi, Dan Pengakuan Jujur Pernah “Ditawari Saat Menjabat



DUNIA HAWA - Ada hal yang menarik kemarin malam, Prabowo Subianto membeberkan beberapa kata yang cukup unik terdengar darinya, beberapa stetment diantaranya adalah perihal kekhawatiran dirinya ketika Anies-Sandi menang, dan pengakuan dirinya bahwa dia pernah ditawari, diberi gratifikasi ini itu saat menjabat ( mungkin era Soeharto atau mungkin periode lain ).

Berikut kutipannya:


Pernyataan pertama: “Gue terus terang saja, Pak Anies, terus terang saja saya was-was. Gue was-was begitu lu menang, lu kalah gue nggak was-was,” kata Prabowo saat sembari sambutan pada acara Pesan Persatuan Anies-Sandi di Museum Bank Indonesia, Jalan Lada No 3, Jakarta Barat, Jumat (5/5/2017).

Pernyatan kedua “Biasanya kalau menang pejabat ni yah, karena gue pernah jadi pejabat dulu. Biasanya ada yang datang bawa ini bawa itu, macam-macam deh. ”

Membaca dugaan pernyataan pertama dan kedua.

Pertama perihal Gue was-was begitu lu menang, lu kalah gue nggak was-was. Ada apa maksud dengan pernyataan ini? Apakah ini adalah sebuah perkataan jujur dari hati prabowo yang berbentuk kekhawatiran apabila dengan terpilihnya mereka, akan jadi suatu ancaman?

Mungkin benar apa yang dikatakan Prabowo tersebut, ini akan menjadi ancaman khususnya buat Prabowo sendiri di masa yang akan datang 2 tahun dari sekarang masa Pilpres, seperti yang kita ketahui bersama, kemenangan Anies-Sandi merupakan kemenangan atas teror SARA yang dikeluarkan di setiap penjuru daerah, propaganda hoax dengan menyebutkan Jakarta Bersyariah, bagi-bagi sembako, yang semua itu dicetuskan oleh mereka sebagai kampanye dari Ahok-Djarot, padahal jelas ini adalah fitnah yang sampai sekarang Bawaslu pun tidak bisa membuktikan bahwa ini adalah ulah Ahok-Djarot.

Kemenangan Anies-Sandi ini sifatnya hanya euforia semata, karena ketakutan atas dasar ancaman “SARA” tersebut, yang mengatakan akan masuk neraka, atau kalau memilih Anies-Sandi maka jaminannya adalah surga, banyak ustad mengatakan demikian, oleh karenanya kita bisa kategorikan hal ini adalah kemenangan SARA.

Prabowo takut, rakyat Jakarta yang memilih hanya 3.2 Juta sedangkan ada 2.3 juta suara lain yang mendukung Ahok-Djarot, hitungan ini mungkin hanya kisaran di Jakarta saja, sesuai dengan data yang tersaji pada website pemilihan KPUD. Tapi bagaimana dengan mata seluruh penjuru Indonesia?

Berapa banyak orang yang mendukung? Atau berapa banyak orang yang kontra? Masih belum bisa dipastikan dengan jelas, tapi setidaknya dengan melihat kacamata Pilpres 2014 silam maka ada 70.633.576 suara yang mendukung Jokowi dan 62.262.844 suara mendukung Prabowo selisih 8.370.732 suara

Dari presentasi yang cukup berbeda jauh seperti itu, Prabowo sedang “Harap-Harap” cemas, kala apabila nanti Anies-Sandi tidak bisa mengeksekusi semua janji-janji kampanyenya, lalu kemudian yang hanya terlihat adalah unsur bagi-b agi 30 kursi, dan dana buat ormas, serta menguntungkan kalangan atas saja, kalangan elite politik yang mendukung mereka, maka tentu, mata rakyat Indonesia sebanyak 62 juta suara yang mendukung Prabowo bisa jadi akan berpindah, karena tidak lagi percaya dengan janji-janji kampanyenya.

Mengambil contoh ketika Anies-Sandi gagal dalam mengurus Jakarta, bagaimana Prabowo bisa mengurus Indonesia?

Pernyataan kedua perihal Biasanya ada yang datang bawa ini bawa itu, macam-macam deh. Secara tidak langsung disini Prabowo memberitahukan ke publik bahwa dia dahulu ketika kala itu menjabat sebagai tokoh politik Indonesia, banyak yang memberikannya gratifikasi dalam bentuk “macam-macam” deh pokoknya.

Ke-khawatirannya ini dia utarakan ke Anies-Sandi agar tidak tergoda dengan tawaran-tawaran tersebut, pertanyaan sederhana, apakah dahulu Prabowo pernah tergoda? Mungkin jawabnya ya tentu tidak. tapi mengambil contoh dari hal ini, kalau kita melihat kaca bahwa Sandiaga adalah sang pengusaha, dimana tujuan berpolitiknya masih “Dipertanyakan”

Kalau Sandiaga berkata saya ingin mengabdi kepada rakyat. Bung semua juga ingin mengabdi pada rakyat, membantu yang sedang mengalami kesusahan, hal itu lumrah sebagai manusia, tapi dibalik itu semua, kita harus melihat nilai-nilai dasarnya terlebih dahulu apa niatan itu murni untuk mengabdi atau tidak.

Kita lihat saja Jusuf Kalla dia menjadi “Matahari Kembar” saat masa SBY banyak kontrak usaha(tender) yang didapatkan oleh perusahaan Kalla Group, semua fasilitas kenyamanan yang JK terima adalah karena dirinya menjabat sebagai Wapres.

Bagaimana dengan Sandiaga nanti? Berapa banyak nilai-nilai peluang usaha yang akan semakin lancar dengan dirinya menjabat sebagai Wagub? Kala semua transaksinya banyak terjadi di Jakarta.

Apakah nanti Sandiaga tidak akan tergiur dengan tawaran kontrak yang macem-macem deh itu? Tujuannya tidak lain bukan untuk mengabdi buat rakyat, tapi buat perusahaannya pribadi, buat harta kekayaanya sendiri. Kita lihat saja nanti.

@bani


SHARE ARTIKEL INI AGAR LEBIH BANYAK PEMBACA

No comments:

Post a Comment