HALAMAN

Wednesday, May 3, 2017

Kaum Sarungan vs Kaum Gamis



DUNIA HAWA - Melihat video ceramah Habib Riziq di Madinah, ada poin menarik yang dia sampaikan. "Islam di Indonesia ini terbagi dua, yaitu Islam fundamentalis dan Islam tradisionalis. Sekarang ini kedua Islam ini sedang di adu domba. Terbayang ketika Islam fundamentalis dan Islam tradisionalis melebur jadi satu, maka Islam di Indonesia ini akan sangat kuat".

Perkataan Habib Riziq persis seperti apa yang sering saya sampaikan. Hanya bahasa HR kali ini bernada ketakutan.

Kenapa? Karena HR sudah tahu, siapa yang nanti akan jadi musuh besarnya. Layaknya virus, pasti ada anti virus.

Dan -menurut saya- virus radikal yang dibawa Islam fundamental hanya bisa dihadapi dengan Islam tradisional. Ketika akhirnya kedua Islam itu berhadap-hadapan, maka sulit bagi yang radikal memainkan "perang" yang selama ini mereka kuasai yaitu fitnah.

Senjata fitnah untuk menghancurkan karakter lawannya inilah yang selama ini menjadi andalan utama mereka. Mereka memainkan tafsir ayat untuk menyerang pemimpin non muslim. Mereka memainkan isu PKI untuk menghantam Jokowi dan jajaran pemerintahannya.

Tapi ketika para fundamentalis ini berhadapan dengan kekuatan Islam besar tradisional, fitnah apa yang bisa mereka lancarkan? Sama-sama Islam. Paling isu recehan seperti "penjaga gereja" dan lain-lain.

Islam tradisional inilah yang akan menjadi batu penghalang berkembangnya ideologi Islam fundamental yang condong radikal. Masyarakat akan terbelah dua dalam menanggapi "pertarungan" ke dua kubu ini, karena isu yang dipakai sama yaitu agama.

Lalu siapakah Islam tradisional yang HR maksudkan? Tentu saja Nahdlatul Ulama yang secara turun temurun menjaga adat dan budaya ke-Islaman di negeri ini. Islam tradisional inilah Islam pertama di Indonesia, sedangkan yang fundamental baru-baru ini saja ada.

Antivirus radikal memang ada di NU, dalam hal ini saya persempit lagi pengertiannya NU muda yang tergabung dalam organisasi GP Ansor dan Banser. Dan sudah terbukti, Islam tradisional berhadapan head to head dengan fundamental yang berbaju HTI. FPI dan lain-lain di beberapa daerah. Istilah gaulnya adalah kaum sarungan vs kaum gamis.

Tidak ada lagi yang pantas berhadapan dengan kaum radikal itu selain GP Ansor dan Banser. Bahkan dalam kekuatan massa, Ansor dan Banser sejatinya jauh lebih kuat jika dilihat dari jumlah anggotanya.

Hanya sayang sekali, Ansor dan Banser kekurangan satu unsur utama saja dalam peperangan yaitu logistik.

Logistik inilah yang menjadi masalah besar ketika Ansor dan Banser berhadapan dengan kaum radikal. Kubu sebelah memang secara logistik kuat karena mereka ditopang dana dari para politikus dan mafia yang mempunyai kepentingan pribadi.

Sedangkan Ansor dan Banser sementara ini hanya patungan di internal mereka sendiri untuk berjuang. Perbedaan kekuatan logistik ini jauh sekali. Makanya kita lihat si radikal ini bisa mengerahkan sampai ratusan ribu massa, sedangkan Banser dan Ansor hanya bisa maksimal ribuan saja.

Inilah yang seharusnya menjadi perhatian pemerintah dan kita yang perduli. Seharusnya kita memperhatikan logistik mereka yang sedang berperang, jangan sampai mereka kelaparan. Kalau lapar, ideologi mereka mudah dibeli oleh lawan dan ini menjadi bahaya baru bagi negara.

Sementara ini -dan mudah-mudahan sampai negara ini masih berdiri- Banser dan Ansor masih militan. Kita harus jaga mereka jangan sampai mereka kelelahan karena selain berjuang, mereka juga harus berfikir tentang dapur dan kebutuhan pokok lainnya yang mendesak.

Caranya sederhana, ikuti pola bergeraknya lawan. Anda yang pemilik perusahaan menengah dan besar, bisa berpartisipasi untuk menyalurkan sebagian keuntungan perusahaan demi memenuhi logistiknya mereka. Kalau selama ini anda memberi "uang keamanan" untuk FPI misalnya supaya usaha jangan diganggu, mending kasih ke Banser dan Ansor untuk menjaga perusahaan anda.

Bukan Banser dan Ansor mencari uang, tapi seharusnya kitalah yang sadar diri, karena tanpa kekuatan mereka sekarang ini, mungkin kita sudah tidak punya negara lagi.

Lalu dimana peran negara jika kedua kekuatan Islam itu berhadap-hadapan?

Negara cukup menjadi penyeimbang karena ketika negara menghantam yang radikal, mereka malah tumbuh besar dengan isu "negara sudah dikuasai PKI dan Islam harus melawannya". Playing victim adalah keahlian lain mereka selain fitnah dan propaganda.

Kalau kata Metallica, "Figth fire with fire..".

Api yang sudah dikorbankan si fundamentalis radikalis ekstrimis dengan sedikit kumis tipis dan jenggot tebalis, sudah tidak bisa lagi dipadamkan dengan air.

Mereka tidak bisa diajak sopan santun, karena malah menginjak-injak kewibawaan dan keutuhan bangsa kita. Mereka maen propaganda, kita balas propaganda. Mau main intimidasi, balas lagi dengan intimidasi. Hayo, mana yang lebih kuat.

"Jangan-jangan malah pecah bentrokan yang lebih luas.."

Tidak. Karena Banser dan Ansor sudah terbukti penjaga NKRI dan mereka mampu memainkan perannya dengan baik supaya tidak rusuh.

Lagian -asal tahu saja- si fundamentalis itu cuman gertak sambal aja. Mereka kambing yang mengaku singa. Buktinya, ada yang digelari singa Rasulullah, tapi kabur ketakutan dengan alasan umroh waktu dipanggil polisi.

Coba saja nanti Banser ma Ansor keluar taringnya sedikit, mereka lari sampe celananya menguning karena cepirit..

Setuju dengan pandangan saya?

Kalau setuju, kita toast secangkir kopi dulu dan sebarkan...

@denny siregar


No comments:

Post a Comment