Foto : Potongan Tubuh Pelaku Bom Bunuh Diri di Kampung Melayu
DUNIA HAWA Tadinya saya ingin tidak buru-buru menulis tentang kejadian Bom Bunuh diri hari Rabu malam. Tapi ketika ramai akun akun kelompok bumi datar menyebut ini adalah pengalihan isu dan kerjaan Ahokers untuk balas dendam, saya menjadi marah dan gusar.
Ya, Semalam (tanggal 24 Mei 2017) kelompok FPI mengadakan pawai obor dengan berkeliling Jakarta, mulai dari Petamburan hingga terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur. Mereka membawa bendera, rebana, dan berjalan di lintasan jalur busway. Mereka menyebut ini adalah aksi untuk menyambut Ramadhan. Secara kasat mata memang tidak ada yang salah dengan pawai mereka ini. Tapi apakah begitu dakwah umat Islam yang benar? Membuat macet kendaraan, teriak tak beraturan? Membuat polisi kualahan mengatur jalanan? Tidak, dakwah yang baik itu tidak bikin repot orang! Tidak menimbulkan kegaduhan! Ini bukanlah dakwah hanya berbuat keonaran. Lihatlah! Mereka ini hanya unjuk kekuatan, ingin menunjukkan: ketika ketuanya kabur ke luar negeri dan terkena kasus seksual, mereka tetap solid untuk unjuk gigi di jalanan.
Di tempat lain bom secara tiba-tiba meledak dekat halte Trans-Jakarta. Polri kecolongan. Tiga polisi meninggal dan puluhan lainnya luka. Di tengah kesedihan itu, mereka mengatakan bahwa bom itu dilakukan oleh Ahokers? Whatt? Bukankah mereka itu yang menggunakan cara-cara kekerasan untuk menyebar ideologi mereka?
Mereka ini lempar batu sembunyi tangan. Maling yang teriak maling. Kita masih belum tahu siapa yang bertanggung jawab atas kasus ini. Tapi ideolgi yang dihembuskan oleh FPI, Tarbiyah-PKS, dan HTI, bisa menjadi pemicu seseorang untuk terus melakukan tindakan radikal, termasuk bom bunuh diri.
Kita tentu masih ingat ketika kader PKS tertangkap karena terlibat ISIS, mereka tetap membela. Ketika bom panci meledak di Bandung, mereka bilang ini rekayasa dan pengalihan isu. Saat bom molotov menewakan gereja di Samarinda, mereka juga bilang ini pengalihan isu. Ketika tim Densus 88 menebak Santoso, teroris paling mengerikan di Asia Tenggara, mereka bilang ia syahid. Heh, sampeyan ini Islam atau bukan?
Dan lihat sekarang! ketika Ahok sudah memilih diam unutuk mendiginkan suasana, mereka tetap membenci dan mengatakan ahokers lah dalangnya. Mereka bilang bahwa ini bentuk perlawanan agar Anies-Sandi kualahan mengatur Jakarta. Kita tidak boleh diam, akun-akun tersebut harus dilaporkan, agar tidak menambah kegaduhan.
Tipe kerja mereka memang seperti ini. Tipe pengecut. Ketika mereka merasa terlibat kasus tersbut, mereka akan berkoar-koar ini adalah pengalihan isu, lalu rame-rame menuding pihak lain pelakunya. Kita tentu masih ingat korupsi yang dilakukan Luthfi Hasan Ishaq dan Fathonah, pentolan PKS. Apa yang mereka katakan? Sama! Pengalihan isu dan menyalahkan pemerintah Jokowi.
Percayalah, kelompok mereka ini hanya unjuk kekuatan. Ketika FPI mulai dilumpuhkan dan HTI dibubarkan, pendukungnya tidak akan terima. Mereka akan terus melakukan tindakan radikal untuk menunjukkan ke-eksis-annya.. Bangsa Indonesia tidak boleh merasa takut. Ini sama persis yang dialakukan ISIS, membuat teror bom bunuh diri di banyak tempat. Jika orang-orang ketakutan akan muncul pemikiran bahwa kelompok radikal ini kuat, sehingga rakyat mudah diintimidasi. Lalu semakin besarlah kelompok teroris ini.
Jadi jangan pernah takut. Pemerintah juga harus bertindak cepat. Semua kelompok radikal ataupun pendukungnya semacam FPI dan PKS harus segera dibubarkan!
No comments:
Post a Comment