DUNIA HAWA Apa sebenarnya yang harus diwaspadai oleh “makhluk” bernama komunis, sehingga banyak sekali kampanye anti-komunisme marak belakangan ini ? Saya bukanlah orang yang mendukung komunis dan tidak tertarik dengan jargon-jargon komunisme yang sudah usang. Serta saya juga temasuk yang mengutuk Pemberontakan PKI ( Partai Komunis Indonesia di Madiun (Madiun Affair 1948) terhadap pemerintahan NKRI yang sah.
PKI itu sudah lama menjadi abu sejak 1 abad yang lalu, dan sangatlah susah untuk “dibangkitkan dari kuburnya”. Jangankan PKI yang para pemimpinnya sudah dimusnahkan, para pemikirnya-pun sudah dibekukan dengan adanya TAP MPRS NO XXV/1966, dan para anggota para partainya pun sudah diganyang habis-habisan dimana-mana, juga (Partai Islam) seperti Partai Masyumi, yang para pentolannya masih banyak yang segar-bugar, kaum intelektualnya masih sehat walafiat, dan penggemarnya masih lumayan banyak, juga tidak mampu untuk bangkit kembali.
Ideologi komunisme juga sudah sekarat-njeprat, hidup segan mati tak mau, disikat habis oleh para rival-rivalnya, terutama kapitalisme dan Islamisme. Pula, hampir semua negara-negara “berbasis komunis” sudah bangkrut.
Hanya Korea Utara saja yang masih setia dengan komunisme secara murni meski rakyatnya sudah bosan karena hidup menderita dalam kemiskinan dan keterbelakangan serta muak melihat negaranya yang suka mengisolasikan diri.
Uni Soviet sebagai negara pengekspor utama komunisme yang didirikan pada 1922 oleh Vladimir Lenin sudah amburadul semenjak revolusi tahun 1991 yang menyebabkan negara ini bercerai-berai menjadi lima belas negara-negara kecil independen.
Dengan tumbangnya Uni Soviet, lambang “palu arit” dan segala atributnya telah ikut-ikutan lenyap dikubur bersama “kuburan majikan”-nya. Rusia sebagai “pewaris utama” Uni Soviet tidak memakai lambang “palu arit”, dan memang negara ini tidak lagi dipimpin oleh partai tunggal komunis melainkan sistem multi-partai.
Hal yang sama juga terjadi kepada China, China kini juga menjadi “negara gado-gado” setengah komunis setengah kapitalis. Sejak kepemimpinan Deng Xiaoping, negara Tirai Bambu ini mengikuti sistem perekonomian bergaya kapitalis yang bertumpu pada kekuatan pasar.
Jadi, apanya yang ditakutkan dari paham komunisme itu? Karena Atheis? Hanya orang-orang yang “lugu-njegu” dan “pikun sejarah” yang menganggap bahwa komunisme itu pasti sama dengan Atheis. Tidak ada hubungannya antara komunisme dan Atheis. Karl Marx bukan orang yang anti-agama. Ia hanya mengkritik keras para pelaku agama yang mandul dan gagal menggunakan agama sebagai “kekuatan revolusioner” untuk melawan industrialisme-kapitalisme ketika itu.
Marx geram dengan orang-orang yang hanya memakai agama sebagai “topeng monyet” untuk melegitimasi politik dan menutupi “kebobrokan” kekuasaan, sementara spirit dan fungsi profetis agama yang membebaskan kaum teraniaya, mengangkat derajat dan martabat kaum miskin, serta mengimbangi praktek-praktek culas politik kekuasaan nyaris tak berbunyi. Dalam konteks inilah harusnya kita membaca statemen-nya tentang (Religion Is Cocaine) “agama sebagai candu”.
Bukan Komunisme Lagi yang Harus Diwaspadai
Bukanlah ideologi komunisme lagi yang membahayakan tatanan Indonesia yang majemuk saat ini, serta mengancam sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara, melainkan sejumlah kelompok Islamisme yang diusung oleh sejumlah ormas Islam impor pendatang baru yang ingin mengubah negara ini menjadi sistem politik zaman batu yang bernama khilafah ,serta mengganti ideologi pluralis Pancasila dengan ideologi Islam.
Kelompok inilah yang harusnya diwaspadai oleh Masyarakat Indonesia, bukannya malah terus memburu “hantu komunis” yang tidak jelas rimbanya dan selalu mengkaitkan orang yang tidak setuju serta membubarkan ormas Islam yang anti Pancasila-Kebhinekaan di Cap PKI. sementara kita membiarkan sejumlah ormas Islam ekstrim “petakilan” berkeliaran seenaknya.
Juga bukanlah PKI yang membuat onar saat ini, apalagi dipandang meresahkan masyarakat, karena mereka memang sudah mati sehingga tidak perlu dikhawatirkan lagi. Yang seharusnya diwaspadai oleh masyarakat adalah kaum ekstrimis-teroris dan sejumlah kelompok “Islam pentungan” yang dengan seenaknya ingin mengubah dasar negara dan mengatur negara ini seolah-olah Indonesia ini adalah warisan nenek moyang mereka.
Juga bukanlah lagi kaum komunis yang dikhawatirkan dapat menghancurkan bangsa saat ini di masa mendatang, akan tetapi para pejabat rakus bin tikus dan koruptor yang menilep uang rakyat yang menggunakan kekuasaan untuk kepentingan pribadi, keluarga, dan kelompoknya, serta para politisi kerdil yang hanya memikirkan partainya saja bukan rakyat yang menjadi konstituennya.
Juga bukan hantu komunis yang harus diberangus maupun terus diburu, tetapi egoisme yang picik, nafsu politik yang serakah, serta hati dan pikiran yang kotor yang mestinya harus terus-menerus kita cuci dan bersihkan supaya menjadi “kesatria sejati” seperti Kiai Haji Misbach yang komunis itu. Iya kan, kan, kan ? Hehe.
No comments:
Post a Comment