DUNIA HAWA - Sekiranya rakyat Indonesia, tentu mengapresiasi kerja keras Kepolisian Republik Indonesia hingga detik ini. Dan tidak bermaksud mengecilkan peran dari intitusi lain, dalam hal keamanan di negara kita. Akan tetapi lebih melihat dari fungsi, peran dan tugas Kepolisian untuk negara.
Tugas Kepolisian akhir-akhir ini, memang benar-benar diuji. Terutama yang menyangkut keamanan dan hajat rakyat banyak. Terorisme, radikalisme, demonstrasi, pilkada tentu menguras energi.
Tampilnya Jendral Tito Karnavian sebagai Kapolri mengawal negara dengan segala persoalannya cukup membuat tenang masyarakat. Jendral pilihan Presiden Jokowi ini nampak bersinergi. Kesan cerdas, bernas, tegas nampak terlihat. Hal ini pun, diakui oleh seorang Basuki Tjahaya Purnama (Ahok). Saat pelantikan Tito Karnavian menjadi Kapolri.
Kinerja Kepolisian dalam meredam berbagai gejolak di tengah masyarakat, dengan isu utama SARA sudah dibuktikan. Ketika ormas berbaju agama, berusaha mematik api di ranggas ilalang kering, yang sudah di design sedemikian rupa. Dan tidak cukup sekali, tapi hingga berjilid-jilid aksinya. Turun ke jalan-jalan berdemontrasi. Tidak tanggung-tanggung, klaim jutaan manusia kian membuat pongah.
Akan tetapi, di bawah kendali Sang Jendral cerdas nan bernas Tito Karnavian bersama jajarannya, aksi mereka yang rentan rusuh dapat diredam. Banyak pakar menilai, bahwa aksi tersebut tentu saja tidak sebatas tuntutan kepada Ahok. Akan tetapi ada aktor besar, serta tujuan akhir yang hendak dicapai. Dan terbukti sudah, penggerak juga konseptornya ditangkap dengan tuduhan makar.
Selain hal diatas, bau Pilkada DKI Jakarta juga sangat terasa. Benang merah pun semakin terang membentuk simpul yang mudah dibaca. Dan kentalnya terasa hingga detik ini. Kepolisian kembali harus diuji. Mobilisasi massa terus menerus dikerahkan oleh pihak-pihak tertentu. Pada final putaran kedua Pilkada DKI Jakarta yang dilaksanakan, pada tanggal 19 April 2017, esok hari.
Potensi rusuh sangat besar, mengingat mereka yang datang bukan warga DKI Jakarta. Tapi orang-orang luar, yang sama sekali tidak ada kepentingan terhadap pesta demokrasi rakyat Jakarta. Statement berbau keji, yang penuh provokasi, oleh tokoh mereka kian berpotensi ricuh. Berkata wasiat juga nyali pada jamaah. Benar-benar gegabah. Dan dapat melahirkan banyak bedebah.
Amunisi terakhir, yang dapat dilakukan pada putaran kedua Pilkada DKI Jakarta, bagi para kelompok yang secara terang benderang ada dibalik paslon Anies-Sandi ini adalah mobilisasi massa. Harapannya, meraup pemilih dengan cara intimidasi secara halus. Bermain psikologis, pada pemilih yang mencari aman. Karena dijaga, dilihat para lelaki berwajah asing, menatap nanar dengan seragam besarnya.
Dan sekarang, keinginan dan harapan mereka harus berhadapan dengan aparat negara. Pihak Kepolisian dalam hal ini Polda Metro Jaya telah mengeluarkan maklumat secara tegas. Seperti yang dilansir oleh detikcom. Maklumat itu berisikan larangan mobilisasi massa ke tempat pemungutan suara (TPS) saat pencoblosan.
“Memang betul isi maklumat tersebut untuk sekiranya diperhatikan betul oleh warga Jakarta maupun luar Jakarta, tidak boleh ada mobilisasi massa ke TPS,” tegas Kapolda Metro Jaya Irjen Mochamad Iriawan kepada detikcom, Senin (17/4/2017).
Maklumat bersama bernomor MAK/01/IV/2017, Nomor: 345/KPU-Prov-010/IV/2017, dan Nomor 405/KJK/HM.00.00/IV/2017 itu diteken pada 17 April 2017 oleh Kapolda Metro Jaya Irjen M Iriawan, Ketua KPU Provinsi DKI Jakarta Sumarno, dan Ketua Bawaslu DKI Jakarta Mimah Susanti.
Tentu saja, maklumat yang sudah dikeluarkan bermaksud meredam nafsu angkara berbalut baju agama dan mulut-mulut yang berjanji damai. Ibarat sedang onani digertak orang dari belakang. Kebayang beban psikologis orang tersebut langsung menciut. Mengadulah mereka pada junjungan, yang tidak juga move on sejak Pilpres 2014.
Kapolri Jendral Tito Karnavian semakin menjepit pergerakan. Mobilisasi massa harus ditindak tegas. Jika nekat, maka akan berhadapan dengan aparat. Seperti yang dilansir oleh kompascom.
“Saya sudah perintahkan Kapolda-Kapolda, baik Kapolda Lampung di Sumatera untuk melarang dan membuat maklumat menindaklanjuti maklumat Kapolda Metro Jaya. Kapolda lain harus mengeluarkan maklumat melarang,” ucapTito Karnavian.
“Kalau berangkat ke Jakarta dalam rangka pilkada atau politik bukan ibadah, saya perintahkan Kapolda gunakan diskresi dan amankan. Periksa mereka mau ke mana,” kata dia.
Tito menuturkan, saat ini kepolisian sudah menerima informasi terkait rencana pengerahan massa untuk mengamankan TPS saat putaran kedua Pilkada DKI Jakarta.
Menurut Tito, hal tersebut justru akan memberikan kesan intimidasi kepada para pemilih, baik secara psikis maupun psikologis. Dalam sebuah negara demokrasi, kata Tito, pemilih harus bebas dari rasa takut.
Terimakasih Ahok
Bau anyir SARA memang luar biasa. Momentum ini, benar-benar dimanfaatkan oleh sekelompok ormas, yang selama ini bersembunyi di punggung ibu pertiwi dan menyusun rencana jahat. Suka atau tidak, Ahok memang sang fenomenal. Semua mencari panggung karenanya.
Sekaliber AA Gym, Din Syamsudin hingga Amien Rais yang sudah mulai menua pun turun ke arena. Juga ulama-ulama yang semula tidak dikenal, tiba-tiba berpesta baju agama. Juga tokoh-tokoh yang ngebet akan kekuasaan nongol serupa ondel-ondel. Bersekutu atas nama bela agama. Dan, bak ular berbisa, ormas-ormas itu secara beringas mendesis di jalanan, akibat ucapan Ahok yang sebetulnya biasa saja.
Negara dan rakyat Indonesia, seharusnya berterimakasih pada Ahok. Ular telah keluar kendati belum semuanya. Namun setidaknya sebagian rakyat yang cerdas dapat melihat. Dan kemudian, hukum sosial pun, secara tidak langsung akan menerpa.
Dengan demikian pihak Kepolisian dengan lebih mudah dapat melihat. Sebagian sudah ada yang ditangkap. Dan tidak menutup kemungkinan, yang lain menyusul dan menyesal setelahnya.
Bravo Jendral Tito!
No comments:
Post a Comment