HALAMAN

Thursday, April 20, 2017

Pak Ahok, Dengarkan Saya..



DUNIA HAWA
Selamat sore Pak Ahok...

Apa kabar bapak hari ini? Semoga selalu dalam lindungan Tuhan yang Maha Kuasa. Dan diberi ketabahan serta kelapangan hati, atas semua permasalahan yang bapak hadapi sampai hari ini.

Pak Ahok, telah sama-sama kita saksikan hasil perolehan suara kemarin. Hasilnya, sebagian besar warga Jakarta tidak ingin bapak melanjutkan pekerjaan 5 tahun ke depan. Bagi warga yang menaruh harapan kepada bapak, tentu ini suatu pukulan telak, mengapa orang yang sudah berbuat banyak untuk Jakarta, tidak dipercaya lagi seakan bapak tidak melakukan apa-apa?

Pak, mereka boleh berdalih jagoan mereka lebih hebat dari Anda. Mereka boleh berdalih telah melalui proses demokrasi yang seharusnya. Mereka boleh berdalih hanya menuruti perintah kitab suci dan agama. Meski kita semua tahu dengan mata telanjang, bahwa Anda dijatuhkan, dirusak, diinjak-injak, dan dizhalimi secara sistematis. Oleh mereka yang telah lama mengincar takhta.

Pak, kami tidak tahu. Bagaimana nasib kota ini ke depan tanpa bapak. Apakah kami masih bisa mengadu ke balai kota atas semua permasalahan kami. Apakah masih ada yang memperhatikan kesehatan dan pendidikan keluarga kami. Dan apakah semua kemajuan di kota ini dapat dipertahankan oleh gubernur terpilih nanti.

Pak, banyak yang gembira atas kemenangan lawan bapak. Tak terkecuali dua keluarga besar saya, dari pihak ayah maupun ibu, yang mana merupakan muslim yang taat. Mereka bersyukur Jakarta dipimpin oleh orang yang seagama. Selama masa kampanye kemarin, pak, grup WA keluarga besar penuh dengan dalil-dalil agama. Sungguh saya tidak setuju ayat yang begitu suci harus digunakan untuk menjatuhkan Anda. Walau akhirnya saya harus mengeluarkan diri dari grup, demi menjaga hubungan persaudaraan.

Pak, saya tulus menyayangi Anda. Meski Anda tidak mengenal siapa saya. Dan meski kita belum pernah bertemu sebelumnya. Kadang saya bertanya, apakah saya keliru, karena berbeda dari kebanyakan keluarga? Apakah saya berada di jalan yang salah, sehingga mereka sering berseru kepada saya agar kembali ke jalan yang benar?

Pak, ada hal tak kalah penting selain saya sebagai seorang muslim harus belajar agama. Ialah keadilan, memanusiakan manusia layaknya manusia. Itulah yang saya pelajari dari Anda selama ini, hingga tumbuh rasa cinta saya untuk bapak. Anda telah memanusiakan seluruh golongan warga Jakarta, namun maafkan kami pak, sebagian besar dari kami belum mampu memanusiakan Anda.

Pak Ahok, masih ada waktu 6 bulan bagi kami untuk melihat bapak di balai kota. Masih ada kesempatan bagi kami untuk melihat bapak terus bekerja. Meski harus kami sadari, setelah bulan Oktober berlalu, sosok bapak tidak akan kami lihat lagi. Tidak ada lagi Pak Ahok yang datang ke kampung-kampung warga, tidak ada lagi Pak Ahok berseragam coklat tengah bekerja. Tidak ada lagi Pak Ahok yang galak kepada ‘preman’ penuntut sesuatu yang bukan haknya. Semua tentang bapak akan lenyap dan berlalu, dengan sosok yang masih cukup asing di sanubari kami.

Pak, Anda boleh berkata kekuasaan itu Tuhan yang beri, Tuhan juga yang ambil. Mungkin Anda sudah menerima itu, sebagai orang yang amat bijaksana. Sebagai orang yang sabar tiada batas atas ujian yang mendera. Namun yang perlu Anda tahu, pak, lebih dari 40% warga telah membuktikan kedewasaannya dengan memilih bapak. Mereka yang tidak terpengaruh isu sara dan penistaan agama. Mereka itulah yang menaruh harapan kepada bapak terhadap masa depan kota tercinta ini. Tidakkah bapak ikut merasakan saja, bagaimana perasaan kami menerima semua hasil ini?

Pak, bapak boleh menyerah. Bapak boleh bilang akan beristirahat sejenak dari dunia politik. Bapak juga boleh bilang akan menikmati masa tua dengan meninggalkan negeri ini. Atau lebih pahit daripada itu, bapak ingin menerima hukuman bila akhirnya jeruji besi tengah menanti. Namun yang harus bapak ingat, bapak sudah meletakkan pondasi kepemimpinan yang mustahil ada yang bisa menggantikan. Tegakah bapak meninggalkan semua yang sudah bapak bangun bersama Pak Jokowi dan Pak Djarot?

Pak. Saya bersyukur terlahir di masa bapak memerintah. Karena apa yang terjadi hari ini, akan menjadi catatan sejarah di masa yang akan datang. Entah itu 50 tahun, atau 100 tahun lagi. Suatu penindasan terhadap seorang minoritas yang direnggut hak warga negaranya, oleh politisasi bernama agama.

Pak, banyak yang ingin saya luapkan kepada Anda. mungkin bila saya ada di hadapan bapak. Saya akan mencium tangan bapak. mengucap terima kasih atas semua pengorbanan bapak, kemudian menundukkan kepala. Tidak sanggup menampakkan wajah yang telah berurai air mata. Karena sebagai orang yang blak-blakan dengan suara khasnya, bapak akan menepuk pundak saya sambil berkata: “Udah, lo laki segala pake nangis. Laki tuh harus kuat!”

Pak, kami mencintai Anda. Tolong jangan berhenti mencintai kami. Jangan tinggalkan kami. Berjanjilah kepada kami, suatu saat Anda akan kembali. Dengan tanggung jawab yang lebih besar daripada sekadar Gubernur DKI. Walau saya tidak tahu kapan tepatnya suatu saat itu. Dan saya berharap saat itu, warga negeri ini sudah terbuka mata hatinya. juga sudah adil sejak dalam pikiran, hingga bisa memberi keputusan terbaik merawat NKRI yang tercinta ini.

Pak, dalam hitung cepat dan mungkin dalam hasil KPU, Anda telah kalah. Tapi tidak di hati kami. Ada sesuatu yang bapak tinggalkan kepada kami semua, bernama: “harapan”.

@muhammad bagus


No comments:

Post a Comment