DUNIA HAWA - Sejak Ahok Djarot sudah dipastikan kalah dalam Pilkada DKI 2017, baru sekarang saya mampu menulis artikel lagi. Jujur saya kget, saya tidak menduga sebagian besar warga Jakarta ternyata sebegitu bodohnya dalam memilih gubernurnya. Ternyata status sebagai ibukota tidak menjamin warganya menjadi lebih pintar daripada daerah lainnya.
Kembalinya Mental Majikan di Birokrasi
Awalnya saya mengira proses penyesalan warga Jakarta akan dimulai setelah satu tahun Ahok berhenti dari jabatannya karena sudah ada kebiasaan bahwa 100 hari menjabat biasanya merupakan periode bulan madu di mana rakyat biasanya masih berpandangan positif terhadap pejabat yang terpilih. Namun saya salah besar. Proses penyesalan warga Jakarta ternyata tidak perlu waktu lama, bahkan saat ini sudah berlangsung.
Seorang oknum PNS yang marah-marah terhadap warga menjadi viral.
Bahkan oknum PNS ini menantang untuk dilaporkankan ke Ahok, dia tidak takut. Dia pantas untuk tidak takut, apalagi sekarang karena dengan kekalahan Ahok Djarot maka Ahok tidak berhak membuat keputusan penting, bahkan masalah mutasi pun bisa dipermasalahkan.
Saya sebenarnya tidak terlalu kaget kalau hal seperti ini terjadi, cuma yang saya kagetkan adalah betapa cepatnya perubahan sikap dan mental PNS. Ketika di bawah pengawasan Ahok, PNS bekerja sebagai pelayan warga yang telah membayar gajinya. Namun saat ini telah berubah dengan drastisnya menjadi layaknya seorang majikan yang minta dilayani oleh rakyat. Birokrasi sudah mulai kembali ke jaman sebelum era Jokowi dan Ahok.
Penyesalan Yang Selalu Datang Terlambat
Apakah Gubernur Anies akan menindak PNS seperti ini? Saya sangat ragu karena janji si Anies adalah dia akan merangkul semua pihak dan mencela Ahok karena dianggap mengintimidasi PNS. Anies malah akan memanjakan PNS supaya loyal terhadap dia, bukan terhadap rakyat.
Benar-benar disayangkan, sebenarnya warga Jakarta sudah memiliki seorang Gubernur bermental pelayan rakyat, malah ditukar dengan seorang Gubernur yang bermental majikan. Bagaimana tidak bermental majikan? Datang ke balaikota saja pakai helikopter. Kalau terlambat, tinggal serobot jalur busway. Bisa diibaratkan, warga Jakarta menukarkan sebatang emas murni yang bentuknya tidak terlalu indah dengan sebatang besi berkarat yang bentuknya indah. Maaf, kalau ini tidak bisa dikatakan sebagai bentuk kebodohan, saya tidak tahu lagi. Karena sejelek-jeleknya bentuk emas, harganya jauh lebih tinggi daripada besi sebagus apapun bentuknya. Layaknya emas yang tidak akan pernah berkarat, Ahok akan tetap mendapat tempat di hati rakyat Jakarta yang mengakui prestasinya. Sedangkan Anies dan Sandiaga, bagaikan besi yang saat ini bentuknya indah namun sudah hukum alam bahwa cepat atau lambat besi akan berkarat dan bentuk indah tersebut akan hilang, barulah rakyat Jakarta yang memilih pemimpinnya tanpa menggunakan otak akan sadar kegilaan mereka menukar emas dengan besi. Hal ini akan tercatat di dalam sejarah sebagai salah satu kejadian yang paling memalukan bagi rakyat Jakarta.
Saya yakin seyakin-yakinnya, akan tiba waktunya foto yang mirip seperti di atas ini akan tersebar di wilayah Jakarta untuk menjadi pengingat betapa bodohnya sebagian besar rakyat Jakarta dalam Pilkada DKI 2017.
Belum Mundur Saja Rakyat Sudah Rindu Ahok
Dalam sejarah pemerintahan DKI, bahkan mungkin di seluruh pemerintah daerah di Indonesia, belum pernah ada pejabat yang kalah dalam pilkada namun masih mendapat tempat di hati rakyatnya, bahkan sejak Ahok Djarot dipastikan kalah, karangan bunga terus berdatangan, bahkan karena karangan bunga yang datang tidak berhenti menyebabkan ruang terbuka di dalam Balai Kota Jakarta tidak cukup lagi menampung karangan bunga yang terus berdatangan itu sehingga harus diletakkan di trotoar. Kebiasaan selama ini, para pejabat yang mengirimkan karangan bunga kepada pemimpin baru yang terpilih, sedangkan yang terjadi saat ini malah sama sekali terbalik, malah petahana yang kalah dalam Pilkada DKI yang mendapat karangan bunga dari rakyatnya. Jika Ahok tidak dicintai rakyat Jakarta yang menggunakan otaknya, tidak mungkin rakyat Jakarta mau mengirimkan karangan bunga kepada Ahok sebagai apresiasi mereka.Bahkan dari hari ke hari, jumlah pengunjung yang mendatangi Balai Kota Jakarta makin banyak sampai pihak protokoler kewalahan Pihak protokoler kaget melihat warga yang datang makin hari makin banyak Bahkan warga sudah mulai datang sejak jam 06.30 WIB dan minimal ada 500 orang yang datang dalam satu hari saja. Bahkan karena banyaknya yang datang untuk berfoto dengan Ahok, sesi pengaduan tidak bisa dilakukan. Pihak protokoler sudah meminta agar warga minta agar tidak berfoto lagi karena Pak Ahok masih akan menjabat sampai Oktober 2017, namun warga tidak peduli dan tetap ingin berfoto dengan Pak Ahok. Mereka kuatir tidak ada lagi kesempatan berfoto karena mereka bisa melihat sendiri bahwa pengunjung Balai Kota Jakarta bukannya makin sedikit dengan kekalahan Ahok, malah sebaliknya makin hari makin banyak sehingga peluang untuk berfoto dengan Ahok otomatis juga akan makin menipis. Ahok telah merebut hati rakyat Jakarta, bahkan rakyat di luar Jakarta dengan prestasinya yang luar biasa. Apakah Gubernur DKI berikutnya bisa seperti itu? Saya sama sekali tidak yakin. Benar-benar kerugian besar untuk rakyat Jakarta.
No comments:
Post a Comment