HALAMAN

Monday, April 24, 2017

Kalijodo Mulai Kumuh dan Dikuasai Preman



DUNIA HAWA - Kalijodo adalah simbol perjuangan Ahok-Djarot melawan prostitusi dan narkoba. Tempat yang dulu dikuasai banyak preman kini telah berubah menjadi taman yang indah berskala internasional. Namun belakangan ini wajah Kalijodo mulai kumuh, apakah ini hanya efek liburan saja atau karena Ahok sudah dipastikan tidak akan menjabat lagi?

Sudah lama Kalijodo menjadi sisi wajah buruk kota Jakarta dan sudah cukup lama ada keinginan untuk menutupnya, namun kerap kali menemui kegagalan. Bahkan FPI pun yang katanya hidup mulia mati syahid pun tidak sanggup menutup Kalijodo.

Lokalisasi Kalijodo di Jakarta dikenal karena kelompok bersenjata tajam dan tombak. Mereka pernah membuat Front Pembela Islam (FPI) kocar-kacir saat mencoba membubarkan tempat prostitusi itu.

Kombes Khrisna Murti membahas hal itu dalam bukunya. Khrisna pernah menjabat sebagai Kapolsek Penjaringan sehingga paham betul bagaimana kondisi para preman di sana.

Para bandar judi mengumpulkan pemuda pengangguran untuk mengamankan lapak-lapak judi di sana. Dalam struktur organisasi judi, kelompok yang menamakan dirinya ‘Anak Macan’ ini menduduki posisi paling bawah. Tugas mereka melindungi para bandar judi.

“Mereka seperti pasukan cadangan, ada yang menyebut jumlahnya sampai 1.000 orang,” tulis Kombes Khrisna Murti dalam buku Geger Kalijodo.

Para ‘Anak Macan’ ini tinggal di bangunan-bangunan yang tidak terpakai oleh bandar judi. Sebagian lagi di kontrakan sekitar lokalisasi.

Keberanian dan ketangguhan ‘Anak Macan’ ini teruji saat berhasil menghalau serangan FPI yang mencoba mengganggu lokasi perjudian. Sebagian anggota FPI bahkan lari ke jalan tol karena kalah saat menghadapi kelompok ‘Anak Macan’ ini.

Namun Kalijodo berhasil digusur justru oleh Ahok, gubernur yang mereka anggap kafir itu. Prestasi Ahok yang gemilang menggusur Kalijodo tidak  mampu membuka mata para pembencinya. Padahal perjuangan menggusur Kalijodo lebih berat ketimbang menjual saham pabrik bir yang telah dimiliki Pemprov sejak tahun 70’an.

Namun ketika Sandiaga mengatakan akan menjual saham tersebut, ramai-ramailah para onta memuji Sandiaga, tanpa berpikir siapa yang akan diuntungkan dengan penjualan saham tersebut, siapa yang akan membelinya? Siapa yang sanggup membelinya? Jangan-jangan rekanan bisnis Sandiaga juga yang membelinya? Menjual saham bir tidak menghentikan peredaran miras, kalau memang nahi munkar, tutup saja pabrik tersebut, blas!

Kalijodo yang sudah berganti wajah menjadi taman dengan berbagai fasilitas tersebut mulai dipenuhi lapak-lapak pedagang kali lima (PKL). Mereka tampak bebas bedagang minuman dan makanan ringan dipinggir jogging trek dan jalur hijau.

Kondisi taman seluas lebih dari dua hektare itu langsung penuh sampah, kumuh, dan jorok tak sedap dipandang mata.

Pantauan Warta Kota, sejumlah PKL liar di lingkungan Taman Kalijodo juga tak kalah maraknya dengan pengunjung yang mengisi hari liburnya. Mereka terlihat bebas berdagang di sembarang tempat dan tanpa pengawasan petugas terkait di taman itu.

Para PKL liar menjajakan makanan dan minuman ringan bagi para pengunjung di Taman Kalijodo. Keberadaan PKL liar ini pun sekilas menguntungkan pengunjung di Taman Kalijodo yang dahulu diresmikan langsung oleh Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).

Selain PKL, Kalijodo kini kembali dikuasai oleh para preman. Lima unit mesin parkir meter yang dipasang Pemerintah Provinsi DKI di pinggir Jalan Kepanduan II atau dekat lingkungan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) dan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kalijodo, kini sudah tak ada lagi.

Setelah mesin parkir tersebut tidak ada, kini muncul sejumlah orang diduga preman setempat memungut parkir dengan tarif tertentu.

Pengunjung taman yang kendaraannya diparkir di bibir jalan itu membayar parkir yang diminta juru parkir liar. Untuk motor Rp 5.000 dan mobil Rp 10.000.

Salah seorang pengunjung Taman Kalijodo, Andre (31) mengaku tidak tahu soal adanya mesin parkir meter yang kini tak ada lagi di sekitar Taman Kalijodo.

Namun warga Tebet, Jakarta Selatan ini mengeluh karena sebelumnya ia hanya membayar parkir mobil Rp 5.000, namun kini menjadi Rp 10.000.

“Ya saya bingung saja mas. Pas diresmikannya ini taman saya parkir mobil hanya Rp 5.000, bahkan pernah cuma Rp 3.000. Kok, sekarang jadi Rp 10 ribu. Intinya sekarang biaya parkirnya kok bisa naik dari Rp 5.000 jadi Rp 10.000 dan yang mungut juga bukan anggota Dinas Perhubungan ya. Sebelumnya dari Dishub tuh. Sekarang terlihat penjaga parkirnya kayak preman, meresahkan,” ungkap Andre saat bersama kedua anaknya mengisi libur panjang dengan jogging di sore hari, Minggu (23/04).

Apakah ini berhubungan dengan Ahok yang sudah pasti tidak akan menjabat lagi? Memang agak sulit menegakkan aturan disaat orang-orang sudah tau kalau kita sudah tidak akan menjabat lagi. Nampaknya preman dan pkl sejak sekarang sudah mulai berusaha menguasai lahan-lahan yang menurut mereka strategis. Padahal Ahok masih menjabat hingga Oktober 2017, lalu kenapa Ahok diam saja? kemungkinannya dia sedang sibuk mengejar target-target penting sebelum masa jabatannya selesai seperti menyempurnakan e-budgeting, jembatan semanggi, hingga MRT.

Semoga saja kelak dengan teknik merangkul-rangkul dari Gubernur yang baru dan muslim ini dapat menata kembali PKL dan preman-preman di Kalijodo. Bukan hanya Kalijodo tapi juga daerah-daerah lain di Jakarta yang akan kembali bermunculan PKL dan preman-preman.


Begitulah kelelawar


@gusti Yusuf


No comments:

Post a Comment