DUNIA HAWA - “Syubban al-Yaum Rijal al-Ghad. Pemuda sekarang, calon pemimpin masa depan.”
Pemuda adalah tumpuan Bangsa dan Negara; ia penentu nasib bangsanya akan seperti apa. Bangsa dengan generasi pemuda yang hebat, di masa depan akan menjadi bangsa yang bermartabat. Untuk itu, jika ingin melihat masa depan sebuah bangsa, lihatlah generasi pemudanya.
Salah satu organisasi kepemudaan yang sudah teruji ganasnya zaman, adalah Gerakan Pemuda Ansor. Sayap organisasi Nahdlatul Ulama ini turut berkontribusi dalam melahirkan Republik yang kita cintai. Perjuangan penuh pengorbanan yang dilakukan pemuda-pemuda NU di masa lalu adalah fakta yang terjamin kasahihannya. Resolusi jihad yang dikumandangkan Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari menjadi pembakar semangat untuk berkorban demi tanah air tercinta.
Mengapa pemuda-pemuda NU di masa lalu siap berkorban demi tanah air tercinta? Membela Negara dan tanah air tercinta, bagi NU, adalah bagian dari keimanan.Hubbul wathon minal iman, cinta tanah air bagian dari iman.
Tanah air merupakan bagian yang harus dilindungi; ia pantas dibela sebab di dalamnya terdapat harga diri sebagai manusia. Dus, menjaga harga diri (hifdz al-‘Ird) termasuk perintah agama. Jadi, tak ada alasan untuk tidak meyakini bahwa membela negara merupakan kewajiban.
Menjaga NKRI
Munculnya kelompok yang mempropagandakan konsep khilafah menimbulkan persoalan besar, khususnya bagi masa depan negeri ini. Konsep NKRI yang sejatinya sudah final dan harga mati, oleh mereka dipertanyakan sebab, dalam asumsi mereka, konsep tersebut tak sesuai dengan tuntunan ilahi. Kelompok yang mengusung ideologi impor tersebut mencoba mengubah Pancasila yang tak lain adalah dasar dan falsafah Negara.
Dengan percaya diri mereka mengatakan bahwa Pancasila tak sesuai dengan ajaran agama (Islam). Oleh sebab itu, menurut mereka, tak ada pilihan lain kecuali mengubahnya.
Melihat kenyataan ini, peran pemuda, dalam hal ini adalah Pemuda Ansor akan sangat dibutuhkan. Bukan sekedar merawat, tapi lebih dari itu, yang diperlukan adalah menjaga dan mempertahankan NKRI. Bahkan jika perlu, harus ada “perlawanan” agar kelompok yang mengatasnamakan dirinya sebagai wakil Tuhan, dapat segera sadar dan kembali ke jalan yang benar.
GP Ansor sebagai garda terdepan penjaga dan pelindung NKRI telah melakukan “perlawanan” nyata terhadap kelompok-kelompok yang mencoba mengusik kesatuan Negara. Jadi, saat GP Ansor menolak aksi propaganda yang coba disebarkan HTI misalnya, jangan dimaknai sebagai perlawanan terhadap manusianya.
HTI pantas dilawan dan disingkirkan bukan semata-mata karena ilusi konsep khilafah yang mereka propagandakan. HTI adalah contoh yang baik untuk tidak diikuti, terutama dalam hal konsistensi antara prinsipn dan aksi. Mungkin karena mereka kelompok impor dan baru, maka Anda tak perlu heran jika mereka labil dalam bersikap dan mengambil keputusan.
Satu sisi, mereka menolak demokrasi. Namun, di sisi yang lain mereka turut menikmati fasilitas yang paling berharga dalam sebuah sistem demokratis: kebebasan.
Walhasil, Ansor hanya ingin melindungi konsep Negara yang dibangun oleh para pendiri bangsa dengan perjuangan dan pengorbanan yang tak ternilai. Saat para pendiri bangsa menyepakati NKRI dan Pancasila, mereka sudah meyakini bahwa konsep tersebut merupakan yang paling cocok untuk negara majemuk seperti Indonesia.
Jadi, jika ada kelompok yang baru lahir, mereka juga tak mempunyai kontribusi dalam perjuangan melahirkan negeri ini, kemudian dengan percaya diri mau mengubah konsep negara, maka hanya ada satu kata: lawan!
@saiful Bahri
SHARE ARTIKEL INI AGAR LEBIH BANYAK PEMBACA
No comments:
Post a Comment