HALAMAN

Saturday, March 25, 2017

Islam Ramah Yang Menebar Senyum



DUNIA HAWA - Berislam semestinya memunculkan kedamaian, baik damai di hati, damai dalam perbuatan, maupun damai dalam berhubungan dengan orang lain. Dengan adanya kedamaian akan muncul jaminan keselamatan. Baik keselamatan untuk diri sendiri, maupun keselamatan untuk orang lain dan lingkungannya.

Islam memiliki arti selamat. Rasulullah SAW.  sendiri menyatakan, bahwa  seorang muslim  adalah orang yang orang lain terjamin keselematannya, dari gangguan provokasi lisan maupun kejahilan tangan. Rasulullah  SAW. juga  menekankan  bahwa implemntasi keimanan adalah memberikan keamanan dan kedamaian atas harta dan kehidupan orang lain.

Al muslimu man salima al muslimuna  min lisanihi wa yadihi wa al muhajiru man hajara maa naha  Allah ‘ anhu wa almu’minu man aminahu al nasu ’ala dima’ihim wa amwalihim, Seorang muslim adalah orang kaum muslim lainnya terselamatkan  dari lisan dan tangannya, orang yang berhijrah  adalah orang yang meninggalkan  hal-hal terlarang  untuk dilakukannya dan seorang mukmin adalah orang yang memberikan keamanan bagi orang lain atas darah dan harta mereka’’ [HR. Tirmidzi dan Nasai ].

Dengan demikian menapaki jalan keislaman adalah menepiskan ketegangan, rasa ketakutan dan memastikan adanya kedamaian dalam kehidupan. Orang yang mengaku islam tetapi kerap kali menebar teror dan ketakutan jelas bukanlah idealitas seorang  muslim yang dicirikan oleh Rasulullah SAW.

Seorang teroris mudah sekali dikenal dari wajahnya  yang selalu tegang, tak pernah tersenyum, dan tak memiliki selera humor sama sekali. Saya ingin menyebut seorang Sahabat Rasulullah SAW. dari kalangan Ansor yang terkenal sebagai pelawak dan senang melucu. Namanya adalah Nuaiman Bin Amru. Banyak leluconnya yang menyebabkan Rasulullah SAW. tertawa, setiap kali Rasulullah SAW. berjumpa  dengan Nuaiman,  beliau tak dapat menahan diri untuk tersenyum.

Beberapa Sahabat pernah ‘dikerjai’ oleh Nuaiman dan akhirnya tertawa bersama. Bukan hanya Sahabat,  Rasulullah  SAW.pernah ‘ dijahili’ oleh Nuaiman dan karenanya memaklumi tingkah lakunya, karena tahu bahwa itu hanya sekedar lucu-lucuan dan seru-seruan saja agar suasana menjadi cair dan tidak tegang.

Suatu ketika Nuaiman melihat penjual madu  yang kepanasan dan keletihan setelah berkeliling menjajakan madunya di Madinah. Setelah seharian berkeliling tak satupun dagangannya terjual. Nuaiman menemui penjual madu itu dan diajaknya menuju rumah Rasulullah SAW. Setelah mendekati rumah Rasulullah SAW. Nuaiman menyuruh penjual madu menunggu seraya membawa sebotol madu, kemudian berikanlah madu itu kepada Rasulullah SAW.

“Ya Rasulullah , aku tahu engkau suka madu. Oleh karena itu aku berikan madu ini untukmu sebagai hadiah” sepintas Nuaiman senyum-senyum sendiri. Lalu ia menjumpai penjual madu dan mengatakan, “ aku akan pergi  karena masih ada urusan, sebentar lagi penghuni rumah itu akan keluar dan membayar kepadamu harga madu itu “

Sang penjual madu cukup lama menunggu, tapi tak satupun  yang keluar dari rumah itu. Maka ia beranjak menuju rumah dan mengetuk pintu, “ wahai penghuni rumah , bayarlah harga maduku “

Rasulullah SAW. di dalam rumah terkejut, tetapi segera memahami  bahwa ini pasti ulah Nuaiman yang sedang membuat lelucon,  agar Rasulullah SAW. tersenyum. Tanpa  berkata apapun Rasulullah SAW. menemui penjual madu dan membayar harga madu itu.

Tatkala beliau bertemu dengan Nuaiman di kemudian hari, beliau tersenyum dan berkata “ apa yang telah engkau lakukan terhadap keluarga Nabimu wahai Nuaiman ?”. sambil cengengesan Nuaiman menjawab “ ya Rasulullah, aku tahu engkau suka sekali menimati madu. Tapi aku tidak punya uang untuk membeli dan menghadiahkan kepadamu. Maka aku mengantarkan saja kepadamu dan semoga aku mendapat taufiq ke arah kebaikan”.

Lihatlah, betapa kehidupan keislaman di zaman Rasulullah SAW. pun begitu rileks, penuh dengan keceriaan, dan jauh dari ketegangan, apalagi ketakutan dan terror.

Propil Nuaiman kira-kira mirip  seperti Abu Nawas dan Juha, orang-orang yang penuh humor dan membuat kesan islam menjadi ceria dan tidak menegangkan. Sepertinya dalam perjalanan sejarah selalu saja da orang yang menceriakan suasana dengan lelucon dan humor yang menyegarkan, meski terkadang rada usil.

Tangerang,  Mess Guru,  Maret 2017.


@sartaman


No comments:

Post a Comment